PBB: Pemerkosaan dan Kelaparan Meningkat di Tigray

Diperkirakan ada 4,5 juta warga Tigray butuh bantuan

Tigray, IDN Times - Pertempuran Tigray yang meletus November tahun lalu telah menimbulkan permasalahan kepada penduduknya. Ketua bantuan kemanusiaan PBB Mark Lowcock pada hari Kamis, 15 April menyampaikan kepada 15 Dewan Keamanan PBB mengenai meningkatnya krisis kekerasan seksual dan kelaparan di Tigray.

Kondisi Tigray saat ini sangat mengkhawatirkan. PBB juga menyampaikan bahwa pasukan Eritrea yang membantu tentara pemerintah pusat belum ditarik kembali ke negara mereka.

1.  Sejak pertempuran dimulai telah ada 829 kasus pemerkosaan

Melansir dari The Hill, Lowcock menyampaikan bahwa kekerasan seksual telah dijadikan senjata perang oleh pasukan Eritrea dan Ethiopia di wilayah Tigray. Sejak meletusnya pertempuran di Tigray pada bulan November tahun lalu pejabat tinggi kesehatan masyarakat untuk pemerintahan sementara di Tigray Dr. Fasika Amdeselassie menyampaikan bahwa ada 829 kasus pemerkosaan yang dilaporkan oleh lima rumah sakit.

"Hampir seperempat laporan yang diterima oleh satu lembaga melibatkan pemerkosaan berkelompok, dengan banyak pria menyerang korban; dalam beberapa kasus, wanita telah berulang kali diperkosa selama beberapa hari. Anak perempuan berusia delapan tahun menjadi sasaran," kata Lowcock.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada pekan lalu menyampaikan bahwa pelanggaran kemanusiaan dan hak asasi manusia yang terjadi di Ethiopia adalah "keprihatinan besar". Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Emily Horne, menyampaikan bahwa pemerintah AS siap membantu krisis di Ethiopia.

Melansir dari VOA News, pejabat PBB yang memantau dan bekerja untuk mencegah kekerasan seksual dalam konflik, Pramila Patten, menyampaikan bahwa butuh berbulan-bulan untuk mengetahui dampak kekejaman yang dilakukan dalam konflik. Patten juga menyampaikan bahwa petugas kesehatan terus mencatat kasus-kasus baru pemerkosaan, meski mereka takut mengalami serangan pembalasan pihak yang terkait.

2. Kelaparan di Tigray

PBB: Pemerkosaan dan Kelaparan Meningkat di TigrayPemberian bantuan pangan kepada warga Tigray.sumber:twitter.com/UN Humanitarian

Melansir dari VOA News, selain krisis pelecehan seksual di Tigray kelaparan juga menjadi masalah yang masih terus terjadi. Lowcock memberitahu bahwa pada minggu ini ada empat orang yang meninggal karena kelaparan, dia juga menyampaikan ada 150 orang yang meninggal karena kelaparan di Ofla woreda, wilayah di selatan Mekelle. karena situasi tersebut Lowcock mengatakan kepada anggota dewan. "Ini seharusnya membuat kita semua waspada. Itu adalah tanda dari apa yang akan terjadi jika lebih banyak tindakan tidak diambil. Kelaparan sebagai senjata"

Lowcock mengatakan bahwa hingga akhir Maret, menurut data dari Biro Tenaga Kerja dan Urusan Sosial Ethiopia memperkirakan 1,7 juta orang di Tigray telah mengungsi dari rumah mereka. Pejabat PBB itu juga menyampaikan bahwa saat ini para pekerja bantuan mengalami kesulitan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan dan rentan, karena "sebagian besar" Tigray sepenuhnya atau sebagian tidak dapat diakses oleh pekerja bantuan, baik karena perkelahian atau penolakan akses.

Konflik yang meletus di Tigray dimulai sekitar musim panen, yang diikuti oleh serangan belalang yang yang menggangu panen. Kerawanan pangan meningkat, dan pasokan pangan musim depan juga terancam, bila pertempuran tidak berhenti tepat waktu bagi petani untuk menanam.

PBB memperkirakan setidaknya ada 4,5 juta dari hampir 6 juta penduduk Tigray yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Pemerintah Ethiopia telah menempatkan angka tersebut lebih tinggi, pada 91 persen dari populasi. Terlepas dari rintangan dan bahaya, jumlah kemanusiaan telah mampu menjangkau lebih dari 1,7 juta orang dengan beberapa berupa bantuan darurat. Minggu depan, PBB akan meminta dana 1,5 miliar dolar AS (Rp21 triliun) untuk membantu 16 juta orang di Ethiopia tahun ini.

Baca Juga: Pakistan Hukum Mati 2 Pelaku Pemerkosaan

3. Pasukan Eritrea di Tigray belum ditarik

Melansir dari Reuters, pertempuran antara pasukan pemerintah federal dan bekas partai yang berkuasa di Tigray yang meletus November tahun lalu telah menewaskan ribuan orang. Dalam pertempuran itu pasukan dari Eritrea telah membantu pasukan pemerintah pusat Ethiopia. Adanya pasukan mereka di Tigray telah berulang kali dibantah pemerintah Eritrea. Namun, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengakui kehadiran mereka. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan AS telah menuntut pasukan Eritrea mundur dari Tigray.

Pada 26 Maret, Abiy menyampaikan bahwa Eritrea telah setuju untuk menarik pasukannya dari Tigray, tapi Lowcock menyampaikan tidak ada penarikan pasukan Eritrea. Dia juga menyampaikan bahwa ada laporan mengenai tentara Eritrea yang sekarang mengenakan seragam militer Ethiopia.

Perwakilan Ethiopia untuk PBB, Taye Atskeselassie Amde, mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah sedang menyelidiki semua pelanggaran hak. Dia menuduh Lowcock, "berperilaku tidak seperti seorang kemanusiaan tetapi musuh yang bertekad untuk melakukan semacam pembalasan. Pelanggaran hak asasi manusia terlalu serius dan berat untuk dijadikan bahan spekulasi. Sangat disayangkan kepala OCHA (Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan) melakukan tindakan seperti itu di hadapan Dewan Keamanan PBB. Tidak ada celah dalam akses kemanusiaan."

Misi PBB Eritrea di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Lowcock. Bulan lalu, Menteri Informasi Eritrea Yemane Gebremeskel mengatakan bahwa kekerasan seksual dan pemerkosaan "adalah kekejian bagi masyarakat Eritrea" dan harus dihukum berat jika itu terjadi.

Baca Juga: Eks Menteri Prancis Dipenjara karena Kasus Pemerkosaan 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya