Pemimpin Chechnya Mau Kirim 3 Putra Remajanya Berperang di Ukraina

Sebelumnya menyarankan Rusia menggunakan senjata nuklir

Jakarta, IDN Times - Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov, Senin (3/10/2022), menyampaikan bahwa dia akan segera mengirim ketiga putranya yang masih remaja untuk berperang di Ukraina. Chechnya merupakan sebuah wilayah republik di Rusia.

Dalam perang di Ukraina, Kadyrov telah mengirim pasukan Chechnya ikut bertempur di Ukraina. Kadyrov telah memimpin Chechnya sejak 2007 setelah ditunjuk sebagai presiden wilayah itu oleh Presiden Vladimir Putin.

Baca Juga: Kacau! Pria Skizofrenia Rusia Dipaksa Ikut Perang di Ukraina

1. Mengklaim putranya telah menerina pelatihan militer

Pemimpin Chechnya Mau Kirim 3 Putra Remajanya Berperang di UkrainaIlustrasi tentara yang sedang berlatih menembak. (Unsplash.com/Kony)

Melansir The Independent, pengumuman Kadyrov mengenai ketiga putranya yang masih remaja untuk ikut berperang di Ukraina disampaikan melalui sebuah unggahan di Telegram. Dalam postingan itu menyampaikan bahwa ketiganya telah menerima latihan militer sejak dini.

“Usia kecil tidak boleh mengganggu pelatihan para pembela Tanah Air kita. Akhmat, Eli dan Adam masing-masing berusia 16, 15 dan 14 tahun. Tetapi pelatihan militer mereka dimulai sejak lama, hampir sejak usia dini. Dan aku tidak bercanda."

"Waktunya telah tiba untuk menunjukkan diri mereka dalam pertempuran nyata, dan saya hanya menyambut keinginan mereka. Segera mereka akan pergi ke garis depan dan akan berada di bagian paling sulit dari garis kontak.”

Unggahan itu disertai video yang menunjukkan ketiga putranya menembakkan berbagai senjata di tempat pelatihan.

Menugaskan anak-anak di bawah usia 15 tahun untuk berpartisipasi dalam perang dianggap sebagai kejahatan perang oleh Pengadilan Kriminal Internasional. Rusia diketahui telah menandatangani perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertujuan untuk mencegah anak-anak di bawah usia 18 tahun ikut dalam peperangan.

Baca Juga: Wilayah Ukraina Dicaplok Rusia, Biden: Menginjak-injak Piagam PBB

2. Meminta Rusia menggunakan senjata nuklir

Pemimpin Chechnya Mau Kirim 3 Putra Remajanya Berperang di UkrainaBendera Rusia. (PIxabay.com/IGORN)

Sebelum mengumumkan bahwa akan mengirim putranya ikut bertempur, Kadyrov telah meminta agar Moskow menggunakan senjata nuklir untuk menyerang Ukraina. Saran itu disampaikan pada akhir pekan kemarin.

Namun, Moskow menentang saran tersebut, yang disampaikan oleh Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin. Peskov mengatakan bahwa Kadyrov memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya, tapi pendekatan militer Rusia tidak boleh didorong oleh emosi.

"Ini adalah momen yang sangat emosional. Kepala daerah punya hak untuk menyampaikan pendapatnya. Tetapi bahkan di saat-saat sulit, emosi harus dijauhkan dari penilaian apa pun. Jadi kami lebih memilih untuk tetap berpegang pada penilaian yang seimbang dan objektif," kata Peskov.

Peskov mengatakan dasar untuk setiap penggunaan senjata nuklir ditetapkan dalam doktrin nuklir Rusia. Pedoman tersebut menjelaskan bahwa penggunaan senjata nuklir dapat digunakan jika senjata pemusnah massal lainnya dipakai untuk melawan Rusia, atau jika negara Rusia menghadapi ancaman eksistensial dari senjata konvensional.

Rusia diketahui memiliki persenjataan atom terbesar di dunia, termasuk senjata nuklir taktis hasil rendah yang dirancang menyerang pasukan lawan.

Bulan lalu, Putin memperingatkan Barat bahwa Rusia siap menggunakan senjata nuklir untuk melindungi wilayahnya dan meaangeskan itu bukan hanya gertakan. Putin beberapa hari lalu, mengatakan Amerika Serikat telah menciptakan preseden dengan menjatuhkan bom nuklir di Jepang pada akhir Perang Dunia Kedua.

Baca Juga: AS Akan Kirim Senjata ke Ukraina untuk Perangi Rusia Senilai Rp16 T

3. Rusia berusaha mencaplok empat wilayah Ukraina dengan referendum

Pemimpin Chechnya Mau Kirim 3 Putra Remajanya Berperang di UkrainaBendera Ukraina. (Unsplash.com/Yehor Milohrodskyi)

Melansir BBC, saran Kadyrov merupakan tanggapan atas mundurnya pasukan Rusia dari kota Lyman di wilayah Donetsk. Kemunduran di Lyman juga terjadi hanya sehari setelah upacara penandatanganan akbar untuk mencaplok empat wilayah Ukraina, yaitu di Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, dengan mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia.

Upaya mencaplok wilayah itu telah ditentang oleh Ukraina dan sekutu Baratnya, yang menyatakan referendum tidak sah. Pada Minggu malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa pasukan Ukraina telah berhasil merebut kembali beberapa wilayah di Kherson.

Dari empat wilayah Ukraina yang berusaha direbut Rusia, tidak ada satu pun yang dikuasai sepenuhnya oleh Rusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana aneksasi akan bekerja, terutama untuk wilayah yang dikuasai Ukraina.

Kremlin tekah menyampaikan bahwa mereka akan "berkonsultasi" dengan penduduk wilayah Zaporizhzhia dan Kherson mengenai di mana perbatasan seharusnya berada. Ini menunjukkan bahwa Rusia mungkin tidak akan mengklaim seluruh wilayah.

Di Luhansk dan Donetsk situasinya berbeda. Tepat sebelum perang dimulai, Putin mengakui seluruh wilayah itu sebagai republik independen, yang sekarang tekah diklaim memilih untuk bergabung dengan Rusia.

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya