Perang di Perbatasan Kongo-Rwanda Nyaris Terjadi Gegara Penembakan Ini

Dalam insiden itu dua tentara Rwanda terluka

Jakarta, IDN Times - Seorang tentara dari Republik Demokratik Kongo (RDK) tewas ditembak oleh polisi Rwanda pada Jumat (17/6/2022). Insiden ini terjadi di perbatasan dan telah dikonfirmasi oleh kedua negara.

Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara, karena RDK menuduh tetangganya itu mendukung kelompok pemberontak M23.

1. Keterangan kedua negara atas insiden penembakan

Perang di Perbatasan Kongo-Rwanda Nyaris Terjadi Gegara Penembakan IniIlustrasi penembakan. (Pexels.com/Skitterphoto)

Melansir France 24, menurut seorang polisi RDK, tentara dari negaranya telah bergerak maju dan melepaskan tembakan ke arah perbatasan Rwanda. Aksi itu kemudian dibalas pasukan Rwanda yang menyebabkan tentara itu tewas.

Setelahnya terjadi baku tembak antara kedua belah pihak. Dia memberitahu akibat pertempuran itu beberapa warga sipil yang menunggu untuk menyeberangi perbatasan terluka.

Berdasarkan keterangan tentara Rwanda, insiden ini bermula ketika seorang pasukan RDK melintasi perbatasan dan menembaki tentara serta warga sipil dengan senapan serbu AK-47, yang menyebabkan dua tentara Rwanda terluka.

Tentara itu menjelaskan, akibat tembakan itu, seorang dari mereka merespons dengan menembak mati tentara RDK yang berada 25 meter di dalam wilayah Rwanda.

Jenazah tentara yang tewas itu telah dibawa kembali ke Goma kota terdekat negaranya yang berada di perbatasan. Saat tubuh tentara itu dibawa orang-orang bertepuk tangan dan meneriakinya sebagai pahlawan.

Orang-orang juga mencoba menuju ke pos perbatasan sambil meneriakan slogan anti etnis Tutsi dan menyebut Presiden Rwanda, Paul Kagame, sebagai pembunuh. Polisi berhasil mencegah mereka menerobos perbatasan dan perbatasan sempat ditutup sementara.

Adanya insiden ini membuat pengamat dari organisasi multinasional Konferensi Internasional Wilayah Danau Besar telah melakukan perundingan dengan pejabat keduan negara di perbatasan.

Baca Juga: Kisah Kekejaman Raja Leopold II Belgia ketika Menjajah RD Kongo

2.Rwanda dituduh mendukung kelompok M23

Melansir BBC, akhir-akhir ini hubungan kedua negara semakin memburuk karena serangan yang dilakukan oleh pemberontak M23 di wilayah RDK. Kelompok itu dituduh RDK mendapat dukungan dari pemerintah Rwanda. Tuduhan didasari oleh etnis Tutsi yang mendominasi pemerintahan Rwanda.

Kelompok M23 muncul pada 2012 sebagai salah satu dari sejumlah besar milisi yang bertempur di timur wilayah RDK yang kaya mineral. Pemberontak M23 berakhir pada 2013. Pada pemberontakan M23 saat itu pemerintah dan pakar PBB menuduh Rwanda mendukung M23, yang selalu dibantah Rwanda.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, kelompok tersebut telah kembali melancarkan serangan. Pada Jumat dilaporkan pertempuran kembali terjadi antara pemberontak dan tentara RDK, dengan pasukan M23 menembak jatuh sebuah helikopter militer.

Pada awal pekan ini, M23 berhasil merebut kota Bunagana, yang dianggap RDK sebagai bagian serangan Rwanda. Juru bicara pemerintah RDK, Patrick Muyaya, menyampaikan bahwa dua tentara Rwanda telah ditangkap oleh pihaknya, yang diklaim sebagai bukti Rwanda mendukung M23. Muyaya menegaskan bahwa negaranya tidak ingin bertempur dengan Rwanda.

3. RDK menolak partisipasi pasukan Rwanda

Perang di Perbatasan Kongo-Rwanda Nyaris Terjadi Gegara Penembakan IniIlustrasi personel militer. (Pexels.com/Pixabay)

Melansir Reuters, perselisihan dengan Rwanda membuat pemerintah RDK dalam sebuah pernyataan meminta bantuan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson untuk menekan Rwanda, agar menarik pasukannya dari negaranya menjelang pertemuan yang akan diselenggarakan oleh Rwanda minggu depan.

Kenya, yang saat ini menjadi ketua Komunitas Afrika Timur yang beranggotakan tujuh negara, telah menyerukan pengerahan pasukan gabungan kelompok itu untuk membantu menciptakan perdamaian di RDK. Seruan itu disambut baik oleh RDK, tapi mengatakan tidak akan menerima partisipasi pasukan Rwanda.

Yolande Makolo, juru bicara pemerintah Rwanda, mengatakan bahwa Rwanda akan menyumbangkan pasukannya dan akan menyerukan dialog dengan RDK.

Kedua negara ini memiliki sejarah yang membuat hubungan mereka sulit berjalan hangat, karena Rwanda pernah dua kali mengivasi wilayah timur tetangganya itu pada 1990-an, yang pengaruhnya masih berlanjut.

Rwanda menyampaikan invasi itu diperlukan, untuk menyerang milisi etnis Hutu yang bertanggung jawab atas genosida pada 1994 terhadap lebih dari 800 ribu orang Tutsi dan Hutu moderat di wilayahnya.

Baca Juga: Kongo Tuduh Rwanda Kirim Pasukan 500 Khusus Lintasi Perbatasan

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya