Perempuan di Islandia Raih Mayoritas Kursi di Parlemen

52 persen kandidat yang terpilih merupakan perempuan

Jakarta, IDN Times - Islandia pada hari Sabtu (25/9/2021) telah menyelenggarakan pemilihan parlemen yang diikuti oleh 10 partai. Hasil akhir pemilihan telah dirilis pada hari Minggu, yang menunjukkan pemilihan nasional untuk pertama kalinya memilih lebih banyak kandidat perempuan daripada laki-laki untuk menjadi anggota parlemen.

1. Negara Eropa pertama yang lebih dari setengah anggota parlemennya perempuan

Melansir dari BBC, dalam perhitungan akhir pemilihan menunjukkan dari 63 kursi parlemen, perempuan meraih 33 kursi atau 52 persen, yang berarti selama empat tahun ke depan parlemen di Islandia mayoritas anggotanya adalah perempuan. 33 kursi parlemen yang dimenangkan kandidat perempuan ini menandai peningkatan sembilan kursi dari pemilihan terakhir pada tahun 2017.

Hasil pemilu ini telah membuat Islandia menjadi negara Eropa pertama yang mayoritas keterwakilan di parlemen adalah perempuan. Negara yang terletak di Eropa bagian utara ini juga menjadi negara Eropa pertama yang setengah anggota parlemennya adalah perempuan, unggul dari Swedia yang 47 persen pejabat parlemennya perempuan.

Selain Islandia ada empat negara yang saat ini setengah kursi parlemennya diwakili oleh perempuan. Rwanda menjadi yang paling unggul, dengan perempuan membentuk 61,3 persen dari anggota majelis rendahnya. Kemudian kemudian diikuti oleh Kuba pada 53,4 persen, Nikaragua pada 50,6 persen dan Meksiko dan Uni Emirat Arab pada 50 persen.

2. Islandia merupakan negara dengan kesetaraan gender nomor satu di dunia

Perempuan di Islandia Raih Mayoritas Kursi di ParlemenIlustrasi gender. (Pexels.com/Magda Ehlers)

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Kamu Wajib Mengunjungi Perlan di Reykjavik, Islandia

Hasil pemilu ini menjadi hasil yang buruk bagi partai-partai kiri, di mana kandidat perempuan telah menjadi pilihan utama. Islandia tidak seperti negara lain yang memiliki kuota resmi untuk keterwakilan perempuan di parlemen, tapi beberapa partai di negara tersebut telah menetapkan jumlah minimum untuk kandidat perempuan.

Menurut pandangan Silja Bara Omarsdottir, seorang profesor politik mengatakan kuota gender yang diterapkan oleh partai-partai berhaluan kiri selama dekade terakhir telah menciptakan norma baru dalam kancah politik di Islandia, yang membuat pemilih tidak lagi mengabaikan kesetaraan gender ketika memilih kandidat, dikutip dari Associated Press.

Menurut laporan Forum Ekonomi Dunia yang dirilis pada bulan Maret menganggap negara itu sebagai negara dengan kesetaraan gender nomor satu di dunia. Hal itu telah diraih Islandia selama 12 tahun berturut-turut. 

Islandia merupakan negara yang ramah terhadap kesetaraan gender, dengan memiliki hak cuti yang sama untuk orang tua berjenis kelamin pria dan wanita, selain itu Islandia memiliki undang-undang pertamanya tentang upah yang sama untuk pria dan wanita sejak 1961, juga merupakan negara pertama di dunia yang memilih presiden wanita pada tahun 1980.

3. Koalisi tiga partai pemerintahan belum mengumumkan akan kembali bekerja sama

Perempuan di Islandia Raih Mayoritas Kursi di ParlemenPerdana Menteri Islandia, Katrin Jakobsdottir. (Twitter.com/Katrín Jakobsdóttir)

Melansir dari Reuters, partai koalisi pemerintahan Perdana Menteri Katrin Jakobsdottir telah meraih 37 kursi dalam pemilu kali ini, lima kursi lebih banyak daripada pemilu di tahun 2017. Pemerintah saat ini, terdiri dari koalisi Partai Gerakan Kiri-Hijau Jakobsdottir, Partai Kemerdekaan yang konservatif, dan Partai Progresif yang agraris tengah.

Ketiga partai yang memimpin pemerintahan saat ini belum mengumumkan apakah akan kembali bekerja sama atau tidak, tapi sebelum pemilihan telah melakukan pembicaraan mengenai kelanjutan kerja sama jika mereka kembali memegang mayoritas kursi di parlemen. Diperkirakan kerja sama akan diteruskan mengingat dukungan kuat dari para pemilih.

Partai Progresif dalam pemilu kali ini telah merayakan perolehan kursi terbanyak, meraih 13 kursi, lima lebih banyak dari sebelumnya. Partai ini dipimpin oleh Sigurdur Ingi Johannsson, yang menjabat sebagai perdana menteri kurang dari satu tahun pada 2016, menggantikan mantan perdana menteri dan pemimpin partai saat itu Sigmundur David Gunnlaugsson yang mengundurkan diri setelah skandal Panama Paper mencuat ke publik.

Partai Kemerdekaan yang konservatif kembali menjadi yang terbesar di parlemen dengan memenangkan 16 kursi, tidak berubah dari pemilihan terakhir. Partai Hijau mendapat delapan kursi, turun dari sebelas di pemilu 2017, dua anggota parlemen meninggalkan partai tak lama setelah pemilu sebelumnya.

Presiden Gudni Johannesson belum secara resmi menyerahkan mandat kepada partai yang akan bertugas membentuk pemerintahan berikutnya.

Dalam pemilu kali ini isu iklim telah menjadi agenda penting bagi pemilihan di negara yang dipenuhi gletser itu. Negara itu pada musim panas telah mencatat suhu di atas 20 derajat Celcius selama 59 hari yang menurut standar negara itu sangat hangat, yang mendorong gletser menyusut dan meningkatkan pemanasan global.

Baca Juga: Islandia: Pabrik Penghisap Karbon Dioksida Mulai Beroperasi

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya