Prancis Alami Musim Dingin Terkering Sejak 1959 

Prancis sudah 32 hari tidak diguyur hujan

Jakarta, IDN Times - Menteri Transisi Ekologi Prancis Christophe Bechu, pada Rabu (22/2/2023), mengatakan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan untuk memperkenalkan pembatasan penggunaan air di beberapa wilayah mulai Maret.

Hal itu dilakukan karena Prancis sedang mengalami musim dingin terkering dalam 64 tahun terakhir atau sejak 1959.

Badan meteorologi Meteo-France melaporkan bahwa Prancis telah 32 hari tidak mengalami hujan. Pada tahun lalu, Prancis mengalami suhu panas tertingginya.

1. Pembatasan penggunaan air

Prancis Alami Musim Dingin Terkering Sejak 1959 Ilustrasi kran air. (Unsplash.com/Luis Tosta)

Melansir Reuters, Bechu mengatakan bahwa saat ini pembatasan penyiraman dan irigasi sudah diterapkan di 87 kota di selatan, yang biasanya terjadi di musim panas, bukan saat musim dingin. Dia mengatakan para pejabat akan bertemu pada 24 dan 27 Febuari untuk membahas perpanjangan pembatasan.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Prancis dalam keadaan waspada," kata Bechu.

Menteri itu tidak merinci tindakan yang mungkin dilakukan. Tapi, dia mengatakan akan mengambil kebijakan berdasarkan kasus per kasus di area tertentu, untuk menghindari tindakan darurat yang lebih keras menjelang musim panas. Sebagai contoh, pengisian air kolam renang akan dibatasi di beberapa wilayah.

Meteo-France menyampaikan, hujan diperkirakan akan kembali ke Prancis bagian selatan pada Rabu, dan menekankan bahwa curah hujan selama tiga bulan ke depan akan sangat penting untuk air tanah dan sungai kembali ke level normal menjelang musim panas. Sejak Agustus 2021 ada tiga bulan defisit hujan.

Baca Juga: Ngaku Dengar Bisikan, Murid Prancis Tikam Gurunya hingga Tewas

2. Ada kekhwatiran kekeringan pengaruhi pertanian

FranceAgriMer, badan pertanian Prancis, mengatakan bahwa saat ini tanaman sereal yang ditanam sebelum musim dingin tetap dalam kondisi baik.

Badan itu menyampaikan kekhawatiran tanaman yang ditanam di musim semi seperti jagung dan gula bit mungkin mengalami tekanan air, seperti selama kekeringan tahun lalu.

Serikat petani FNSEA mengatakan, kekeringan telah memicu petani meningkatkan penanaman di musim dingin seperti gandum dan menyisakan lebih sedikit ruang untuk varietas musim semi tahun ini.

"Petani telah menyesuaikan penaburan mereka," kata Christiane Lambert, Presiden FNSEA.

3. Kekeringan juga melanda Italia

Negara lain di Eropa, Inggris, Spanyol dan Italia, juga mengalami rekor cuaca terpanasnya pada tahun lalu.

Melansir BBC, laporan yang dirilis oleh Nature Climate Change pada bulan lalu memperingatkan bahwa Pegunungan Alpen, pegunungan paling penting di Eropa untuk memasok sungai, mengalami pengurangan durasi tutupan salju sebesar 5,6 persen per dekade selama 50 tahun terakhir. Hujan salju di Pegunungan Alpen Italia juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 53 persen.

Sungai Po, sungai terbesar di Italia telah mengalami penurunan ketinggian 61 persen di bawah normal. Kekeringan yang terjadi di Sungai Po membuat Italia pada Juli tahun lalu mengumumkan keadaan darurat di lima wilayah utara sekitar sungai tersebut. Air surut di Venesia membuat gondola dan taksi air tidak dapat bergerak karena kanal berlumpur dan fondasi bangunan di Kanal Besar telah terekspos.

Kekeringan di Italia telah menimbulkan kekhawatiran mengenai pengelolaan krisis air, yang menurut para ahli akan semakin sering terjadi karena perubahan iklim.

"Tahun 2023 baru saja dimulai, tapi menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan dalam hal cuaca ekstrem dan tingkat kekeringan," kata Giorgio Zampetti, direktur Kelompok lingkungan Legambiente, mengimbau pemerintah untuk menyetujui strategi air nasional.

Baca Juga: Eks PM Italia Bebas dari Tuduhan Sewa Pelacur di Pesta Bunga 2010

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya