Ratusan Orang Ditahan Saat Kericuhan Protes di Tunisia

10 tahun Arab Spring berlalu, Tunisia masih terpuruk

Tunis, IDN Times - Protes besar-besaran telah terjadi di seluruh Tunisia setelah beberapa hari merayakan satu dekade runtuhnya rezim Zein El Abidine Ben Ali. Peristiwa tersebut merupakan bagian revolusi Arab Spring pada tahun 2011 di Tunisia.

Kerusuhan terjadi dalam protes di Tunisia bentrokan antara warga dan petugas kemananan terus berlangsung. Mereka yang protes kebanyakan merupan generasi muda Tunisia yang sangat kecewa dengan pemerintahan saat ini.

1. Mereka yang ditahan kebanyakan adalah generasi muda

Ratusan Orang Ditahan Saat Kericuhan Protes di TunisiaIlustrasi Penjara (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir dari France 24, Kerusuhan di Tunisia terjadi setelah pmerintah melakukan pembatasan nasional pada hari Kamis, yang merupakan hari peringatan di Tunisia yang menandai 10 tahun jatuhnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali dari kekuasaan selama revolusi Arab Spring.

Selama tiga hari mengalami kerusuhan selama unjuk rasa melalui juru bicara kementerian dalam negeri Khaled Hayouni, pada hari Senin, 18 Januari menyampaikan bahwa total ada 632 orang ditangkap, kebanyakan para generasi muda yang berusia 15, 20 dan 25 tahun. Mereka ditangkap karena melakukan pembakaran ban dan tong sampah lalu juga melempar batu ke kepolisian selama bentrokan berlangsung.

Melansir dari Washington Post, pada Senin malam unjuk rasa terus berlangsung di mana sebagian besar pengunjuk rasa merupakan generasi muda dan mereka mulai membakar ban dan barang lainnya. Untuk menghentikan aksi mereka petugas telah menembakan gas air mata dan meriam air.

Pada Selasa pagi petugas militer dan kepolisian telah ditugaskan melakukan penjagaan di gedung-gedung publik dan menghentikan mereka yang masih melakukan protes.

Kelompok hak asasi manusia yaitu Amnesti Internasional pada hari Senin telah menyerukan para demonstran yang ditahan untuk segera dibebaskan.

"Aparat keamanan harus segera menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan yang tidak perlu dan berlebihan untuk membubarkan pengunjuk rasa di ibu kota dan beberapa gubernur, melawan marginalisasi, kekerasan polisi, kemiskinan dan kurangnya kesempatan bekerja." Tulis Amnesti Internasional di Twitter.

2. Arab Spring tidak banyak membawa perubahan untuk Tunisia

Ratusan Orang Ditahan Saat Kericuhan Protes di TunisiaPara warga Tunisia yang melakukan unjuk rasa karena tidak puas dengan kondisi Tunisia. Sumber:twitter.com/ Ghaya Ben Mbarek غاية بن مبارك

Revolusi Arab Spring diawali di 2010 dengan unjuk rasa di Tunisia yang berhasil memaksa penguasa saat itu Zein el Abidine Ben Ali untuk turun dari puncak kekuasaan di 2011. Kejadian protes besar-besar satu dekade lalu dimulai pada bulan Desember, ketika itu seorang pemuda penjual sayur bernama Mohammed Bouazizi nekat membakar dirinya, sebagai bentuk protes terhadap kondisi ekonomi dan dugaan kekejaman kepolisian. Lalu revolusi berlanjut ke Mesir, Libya, Yaman, dan Suriah.

Melansir dari Washington Post,  setelah menggulingkan pemerintahan satu dekade lalu Tunisia dianggap sebagai satu-satunya negara yang demokrasi melalui revolusi Arab Spring. Meski begitu Tunisia harus menghadapi berbagai persoalan lainnya yang masih menimbulkan ketidakpuasan rakyat. Mereka warga Tunisia masih banyak yang hidup dalam kemiskinan, sulit mendapatkan pekerjaan dan merasa adanya ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan.

Youssef Cherif, seorang analis politik darj Afrika Utara yang berafiliasi dengan Universitas Columbia menyampakai. “Tunisia cukup bebas untuk memberikan izin protes besar-besaran seperti itu tanpa banyak pertumpahan darah, tetapi rakyatnya tidak senang dengan kepemimpinan politik dan kepemimpinan negara dan masih mencari perubahan."

Peringatan atas runtuhnya kekuasaan Zein el Abidine Ben Ali di Tunisia setiap tahunnya selalu berlangsung rusuh.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Meningkat, Tunisia akan Lockdown 4 Hari 

3. Perekonomian dan perselisihan di pemerintah menjadi faktor kerusuhan

Ratusan Orang Ditahan Saat Kericuhan Protes di TunisiaPara demonstran Tunisia muak dengan perekonomian negara. Sumber:twitter.com/Salsabil Chellali

Sosiolog politik dari Mesir, Said Sadek, mengatakan ke VOA News, mengenai kerusuhan protes di Tunisia, yang menurutnya faktor utama kerusuhan akibat perselisihan antara tiga pemimpin tertinggi negara itu, Presiden Qais Said, Perdana Menteri Hichem Mechichi dan ketua parlemen Rashid al Ghanouchi.

Khattar Abou Diab, yang mengajar ilmu politik di Universitas Paris menyampaikan ke VOA News, bahwa penyebab kerusuhan karena kemiskinan, marginalisasi, dan keputusasaan, yang menimbulkan ketidakpuasaan warga terutama pada generasi muda mereka merasa perubahan saat ini Tunisia masih terpuruk. Ia juga menyampaikan bahwa Partai Al-Nahda dari Ikhwanul Muslimin, masih, "mencoba menjadikan dirinya perantara kekuasaan utama di Tunisia dan ingin mendirikan rezim otoriter di bawah kamuflase sistem multi-partai. Telah kehilangan sebagian besar pengaruhnya sejak jatuhnya rezim Ben Ali, bersama dengan banyak anggotanya dan sebagian besar kredibilitasnya. Mereka masih pandai melakukan manuver politik."

Saat ini perekonomian Tunisia sedang terpuruk dalam 10 tahun terakhir ekonomi terus terguncang. Tingkat pengangguran yang tinggi, penurunan standar hidup, terus menimbulkan kekecawaan pada warga. Ditambah lagi dengan pandemi virus corona yang menambah kesengsaraan ekonomi dan sosial, semakin menghancurkan ekonomi yang sangat bergantung pada pariwisata. Pembatasan interaksi yang dilakukan semakin menimbulkan ketidakpuasan warga terhadap pemerintah.

Melansir dari Washington Post, dari Januari sampai Oktober tahun lalu telah terjadi lebih dari 6.500 aksi unjuk rasa, yang sebagian besar dipicu kebijakan ekonomi dan sosial, menurut Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial. Para warga Tunisia juga memandang pemerintah telah korup, tidak efisien dan ketidakpuasan terhadap kinerja polisi terutama di wilayah yang miskin mereka merasa tindakan polisi lebih keras di wilayah itu.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Meningkat, Tunisia akan Lockdown 4 Hari 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya