Selama 2021 Inggris Tahan 25 Anak Terkait Kejahatan Teror

Periode sebelumnya ada 17 anak ditangkap

Jakarta, IDN Times - Data yang dirilis Departemen Dalam Negeri Inggris Raya pada hari Kamis (9/12/2021) menunjukkan ada 25 anak di bawah umur, kurang dari 18 tahun, yang ditahan pada tahun ini hingga bulan September, ditangkap atas kejahatan teror.

Penangkapan terhadap anak-anak telah membuat kepolisian khawatir dan menyerukan agar orang tua mengambil tindakan pencegahan. Kejahatan terorisme telah mengusik Inggris Raya selama musim gugur ini dengan dua serangan teror.

1. Pembatasan COVID-19 meningkatkan waktu mencari materi ekstremis

Selama 2021 Inggris Tahan 25 Anak Terkait Kejahatan TerorIlustrasi orang yang mencari materi ekstremis melalui laptop. (Unsplash.com/Glenn Carstens-Peters)

Melansir dari The Guardian, berdasarkan keterangan Departemen Dalam Negeri 25 anak yang ditahan itu, kebanyakan bertindak karena dipengaruhi ideologi sayap kanan. Jumlah ini telah meningkat dibandingkan periode sebelumnya, dengan 17 penangkapan. Orang di bawah 18 tahun menyumbang 13 persen dari semua penangkapan teror tahun ini, periode sebelumnya 8 persen.

Peningkatan ini telah dikaitkan dengan dampak penutupan sekolah akibat pandemik. Penutupan telah membuat kaum muda kesepian dan memiliki lebih banyak waktu luang untuk mencari materi ekstremis secara daring, dan mereka yang tidak diawasi juga merupakan faktor yang mendorong peningkatan. Pihak ekstremis telah menggunakan teori konspirasi COVID-19 dan game online sebagai sarana perekrutan anak muda. 

Belajar secara daring telah mengurangi pengaturan pendidikan dalam membantu perilaku dan sekolah untuk melaporkan kasus yang menjadi perhatian untuk pencegahan.

Pembatasan sosialisasi juga telah mengurangi penangkapan terhadap orang dewasa terkait terorisme sebesar 13 persen.

Data Departemen Dalam Negeri juga menunjukkan kaum muda lainnya yang ditangkap, dengan 17 tersangka berusia 18-20 tahun dan 16 tersangka berusia 20-24 tahun.

2. Penangkapan anak di bawah umur

Baca Juga: Inggris: 1.115 Migran Lintasi Selat Inggris dalam 2 Hari

Pada periode ini enam anak telah didakwa dengan pelanggaran terkait teror dan tiga lainnya telah dihukum. Pekan lalu, seorang remaja berusia 17 tahun didakwa memiliki dan membagikan publikasi teroris, sidang lebih lanjut diharapkan pada tahun depan. Pada bulan Februari, seorang remaja berusia 13 tahun dinyatakan bersalah karena memiliki panduan pembuatan bom dan menyebarkan materi sayap kanan secara daring.

Melansir dari BBC, Wakil Asisten Komisaris Dean Haydon, koordinator nasional senior untuk kepolisian kontra-terorisme, mengatakan peningkatan penangkapan terhadap anak-anak membuat khawatir. Dia menyerukan agar orang tua dan anggota keluarga harus mengikutkan anak ke dalam program pencegahan jika takut anak dapat menjadi ekstremisme yang berbahaya.

Haydon mengatakan Inggris Raya saat ini sedang menghadapi  ancaman teror yang berkelanjutan dan tempo tinggi. Dia meminta orang-orang untuk waspada dan ikut melindungi negara saat menuju perayaan Natal.

Kepala MI5 Ken McCallum pada awal tahun ini mengatakan bahwa ancaman terorisme sayap kanan ekstrim telah tumbuh dan berubah selama lima sampai 10 tahun terakhir, meningkat di kalangan remaja. McCallum mengatakan dia sedih karena penangkapan anak di bawah usia 18 tahun, beberapa bahkan kurang dari 16 tahun.

3. Jumlah orang kulit putih yang ditangkap meningkat

Selama 2021 Inggris Tahan 25 Anak Terkait Kejahatan TerorIlustrasi penangkapan. (Unsplash.com/niu niu)

Melansir dari The Independent, Departemen Dalam Negeri juga merilis data kejahatan terorisme berdasarkan ras, menunjukkan penangkapan orang kulit putih tahun ini sebanyak 101 orang, dua kali lipat tersangka etnis Asia sebanyak 49 orang. Orang kulit putih menyumbang 54 persen dari total penangkapan, naik 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara yang berpenampilan etnis Asia menyumbang 26 persen, turun 12 persen.

82 persen tersangka yang ditangkap adalah warga negara Inggris Raya atau memiliki kewarganegaraan ganda. Pada 2002 persentase hanya sebesar 33 persen. Pada akhir September menunjukkan dari 281 orang yang ditahan karena pelanggaran terkait terorisme, 71 persen dikategorikan memiliki pandangan ekstremisme yang dikaitkan dengan agama Islam, 22 persen sayap kanan, dan 7 persen lainnya.

Kepolisian anti-terorisme pada hari Kamis mengatakan telah menggagalkan tujuh aksi teror "tahap akhir" sejak awal pandemi virus corona, sehingga total sejak Maret 2017 menjadi 32 aksi yang berhasil dicegah. Dari kasus yang dicegah 18 dikaitkan dengan motif agama Islam,12 oleh ekstremis sayap kanan, dan dua dalam kategori yang mencakup semua ideologi lainnya.

Selama musim gugur tahun ini ada dua serangan teror, yang pertama pada bulan Oktober, seorang anggota parlemen Sir David Amess ditikam sampai mati di daerah pemilihannya di Leigh-on-sea, Essex, dikaitkan dengan motif agama. Bulan lalu terjadi ledakan bom bunuh diri di dalam taksi di luar rumah sakit di Liverpool, belum diketahui penyebab orang itu melakukan serangan.

Baca Juga: Gegara Omricron, Liga Inggris Terancam Digelar Tanpa Penonton Lagi

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya