Serikat Pekerja Industri Hollywood Dukung Aksi Mogok Kerja

Jam kerja kru bisa mencapai belasan jam per hari

Jakarta, IDN Times - Industri  televisi dan film Hollywood terancam untuk menghentikan produksi setelah pekerja di belakang layar industri tersebut pada hari Senin (4/10/2021) mengancam untuk melakukan mogok kerja. Para pekerja menuntut kondisi kerja yang lebih baik dan gaji yang lebih layak.

Mogok kerja ini mendapat dukungan dari serikat pekerja Aliansi Internasional Karyawan Panggung Teater (IATSE), yang merupakan pertama kalinya IATSE mendukung aksi mogok kerja. Mogok kerja akan dilakukan jika tidak dapat mencapai kesepakatan dengan produser tentang kontrak baru.

1. 98 persen pekerja mendukung mogok kerja

Serikat Pekerja Industri Hollywood Dukung Aksi Mogok KerjaIlustrasi kru film di lokasi syuting. (Unsplash.com/Chris Murray)

Melansir dari The Independent, pekerja yang tergabung dalam IATSE telah melakukan pemungutan suara untuk mogok kerja. Lebih dari 90 persen yang memenuhi syarat memberikan suara atau hampir 60 ribu pekerja, dengan 98 persen pekerja memilih memberikan dukungan untuk melakukan aksi mogok.

Presiden IATSE Matthew Loeb, dalam sebuah pernyataan mengatakan pemungutan suara dilakukan untuk memperoleh kualitas hidup serta kesehatan dan keselamatan pekerja. Loeb telah meminta pekerja diberikan waktu istirahat yang lebih banyak, upah yang lebih layak, dan dana kesehatan dan pensiun.

Pemungutan suara ini dilakukan setelah IATSE gagal mencapai kesepakatan dengan Aliansi Produser Film dan Televisi (AMPTP), yang mewakili perusahaan produksi film dan televisi besar, dalam negosiasi yang berlangsung berbulan-bulan.

Pemogokan pekerja yang tergabung dalam IATSE akan membuat produksi Hollywood terhenti karena industri itu mewakili lebih dari 150 ribu pekerja di belakang layar di Amerika Serikat dan Kanada. Terakhir kali mogok kerja terjadi pada 2007 yang dilakukan oleh penulis di Hollywood, yang membuat produksi dihentikan selama tiga bulan dan menggatikan acara dengan tayangan ulang komedi dan drama.

Permintaan IATSE  mendapat dukungan dari pemeran, sutradara, dan penulis di Hollywood. Dukungan juga diperoleh dari Kongres.

2. Proyek di layanan streaming diminta meningkatkan upah

Serikat Pekerja Industri Hollywood Dukung Aksi Mogok KerjaIlustrasi laptop yang menampilkan layanan streaming film. (Unsplash.com/Tech Daily)

Melansir dari Reuters, IATSE dan AMPTP akan melakukan pertemuan pada hari Selasa (5/10) untuk melanjutkan negosiasi. Belum ada kejelasan mengenai pmbicaraan yang akan dilakukan dalam pertemuan. Loeb mengigatkan jika ingin menghindari pemogokan tawaran yang diajukan harus masuk akal.

Layanan streaming seperti Netflix, Disney+, Apple TV+, dan Amazon Prime Video, telah diminta untuk memperhatikan jam kerja yang saat ini bisa mencapai hingga 14 jam karena permintaan film dan serial yang meningkat.

Serikat telah menyerukan peningkatan gaji untuk mereka yang bekerja untuk proyek streaming, yang saat ini dibayar lebih rendah daripada bekerja di acara TV kabel dan arus utama di bawah perjanjian yang ditandatangani pada 2009, ketika pemutaran secara daring masih dalam masa pertumbuhan.

AMPTP telah menawarkan waktu istirahat dan upah yang lebih untuk proyek streaming, tapi jumlah yang ditawarkan masih di bawah produksi tayangan di televisi dan bioskop.

Baca Juga: 5 Aktor Hollywood yang Kariernya Hancur karena Kasus Pelecehan Seksual

3. Cerita pekerja di industri Hollywood yang bekerja belasan jam per hari

Serikat Pekerja Industri Hollywood Dukung Aksi Mogok KerjaIlustrasi kru film di lokasi syuting. (Unsplash.com/Jakob Owens)

Melansir dari BBC, kru produksi di Hollywood telah menyampaikan mengenai kondisi jam kerja mereka yang berlebihan di jalan-jalan Los Angeles, dengan memberitahu mereka harus bekerja lebih dari 15 jam per hari dan bisa menghabiskan waktu kerja dalam seminggu mencapai 70 hingga 80 jam.

Thomas Pieczkolon, seorang penata suara mengatakan pada hari Senin, saat pekerja berkumpul di Sunset Boulevard, Los Angeles, mengenai waktu kerjanya yang bisa mencapai sembilan jam sebelum dapat istirahat makan dan kemudian harus bekerja lagi. Pieczkolon mengatakan baru-baru ini waktu kerjanya di hari Senin telah mencapai hampir 18 jam.

Rekan kerja Pieczkolon, Jade Thompson, seorang penata kostum mengatakan jam kerja yang berlebih membuat mereka harus pulang dalam keadaan lelah dan masih harus melakukan perjalanan pulang yang panjang, bahkan dia memiliki obrolan grup WhatsApp untuk memastikan semua rekan kerjanya sampai di rumah dengan selamat.

Lisa Clark, yang bekerja sebagai penata lokasi syuting ini menyampaikan perusahaan yang berbisnis dalam pemutaran daring telah mendapatkan keuntungan dari mereka karena membayar jauh lebih murah untuk proyek di jaringan televisi.

Clark memberitahu dia telah diminta melakukan pekerjaan yang berlebihan, dengan diminta untuk menyiapakan ratusan penataan syuting dengan waktu hanya 10 minggu, yang biasanya untuk proyek layar lebar memakan waktu enam bulan. Waktu yang kurang itu dianggap Clark sebagai hal yang tidak masuk akal.

Baca Juga: 5 Aktor Hollywood yang Kariernya Hancur karena Kasus Pelecehan Seksual

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya