Suhu Capai 48 Celcius, Italia Pecahkan Rekor Terpanas Eropa

Gelombang panas telah memicu kebakaran

Roma, IDN Times - Gelombang panas yang melanda Italia, terutama wilayah di Pulau Sisilia, dilaporkan suhu panas yang tercatat pada hari Rabu (11/8/2021) telah melampaui rekor terpanas yang pernah tercatat di Eropa. Suhu yang tercatat menunjukkan bahwa panas di salah satu kota di Sisilia mencapai 48,8 derajat Celcius.

1. Pemerintah telah mengeluarkan peringatan gelombang panas

Suhu Capai 48 Celcius, Italia Pecahkan Rekor Terpanas EropaIlustrasi suhu panas. (Pixabay.com/geralt)

Dilansir BBC, gelombang panas yang mencapai 48,8 derajat Celcius dilaporkan oleh otoritas regional yang tercatat di Syracuse salah satu kota di Pulau Sisilia. Suhu ekstrem yang melanda itu masih perlu diverifikasi oleh World Meteorological Organization (WMO), sebuah badan meteorologi dari PBB.

Berdasarkan catatan WMO rekor suhu panas sebelumnya yang tercatat di Eropa mencapai 48 derajat Celcius, yang melanda wilayah Athena, Yunani, pada tahun 1977. Dalam gelombang panas terbaru di Italia ini disebabkan oleh fenomena antisiklon, yang merupakan angin berskala besar di sekitar wilayah dengan tekanan atmosfer tinggi. 

Gelombang panas itu diperkirakan akan menuju utara yang akan meningkatkan suhu di kota-kota Italia termasuk di ibu kota, Roma.  Gelombang panas yang melanda membuat Kementerian Kesehatan mengeluarkan peringatan "merah" untuk panas ekstrem di beberapa wilayah, diperkirakan jumlah wilayah yang menghadapi risiko kesehatan akibat gelombang panas ini akan meningkat dari delapan menjadi 15 pada hari Jumat pekan ini.

2. Kebakaran melanda Italia

Suhu Capai 48 Celcius, Italia Pecahkan Rekor Terpanas EropaIlustrasi Kebakaran (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir The Independent, seperti wilayah dunia lainnya yang terdampak gelombang panas Italia telah mengalami kebakaran hebat dalam beberapa pekan terakhir. Api telah berkobar dengan ganas melanda wilayah Sisilia dan Calabria hanya dalam waktu setengah hari ada lebih dari 300 operasi pemadam kebakaran dilakukan.

Kebakaran di Sisilia telah membuat pohon hancur dan mengancam rumah, terutama di bagian tengah dan selatan pulau tersebut. Di Calabria ada seorang pria berusia 76 tahun tewas akibat kebakaran.  Wilayah Puglia juga mengalami kebakaran.

Kebakaran parah lainnya dalam beberapa pekan terakhir juga melanda wilayah Eropa lainnya di Yunani, Siprus, dan Turki, yang menimbulkan korban jiwa dan orang-orang harus meninggalkan rumah mereka. Di wilayah Mediterania di Afrika Utara, Aljazair dan Tunisia juga mengalami kebakaran hebat. Kebakaran hutan juga terus menghancurkan wilayah AS di California dan bagian lain Amerika Utara setelah gelombang panas melanda.

Baca Juga: Italia akan Berlakukan Sertifikat Vaksin COVID-19

3. Perubahan ilklim membuat cuaca lebih panas

Suhu Capai 48 Celcius, Italia Pecahkan Rekor Terpanas EropaIlustrasi perubahan iklim. (Pixabay.com/geralt)

Dilansir The Guardian, gelombang panas telah membentang dari wilayah Mediterania di Afrika utara hingga ke Eropa. Catatan suhu panas ekstrem lainnya diperkirakan akan kembali terjadi dalam waktu dekat. Rekor suhu panas juga melanda Kanada, wilayah barat Amerika Serikat (AS), Finlandia, Estonia, Turki, dan di Moskow, Rusia.

Perubahan iklim disebabkan oleh berbagai faktor, menurut ilmuwan emisi bahan bakar fosil dan hutan yang menipisnya telah menyebabkan cuaca ekstrem, sejak era industri dimulai suhu dunia telah meningkat sebesar 1,2 derajat Celcius.

Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), badan PBB yang menilai risiko perubahan iklim dalam laporan yang dirilis hari Senin menyampaikan bahwa cuaca ekstrem saat ini karena perubahan iklim dan dampak yang lebih buruk dapat dikurangi jika pemerintah bertindak cepat. Cuaca ekstem seperti hujan deras yang menyebabkan banjir telah melanda Jerman dan Tiongkok.

Owen Gaffney, seorang analis di Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim telah mengigatkan dampak perubahan iklim akan menyebabkan wilayah yang panas akan semakin panas, sementara  wilayah lain bisa semakin dingin. 

Ilmuwan dari Universitas Oxford, Friederike Otto, yang merupakan direktur perubahan lingkungan di universitas tersebut mengigatkan bahwa suhu ekstrem, dan khususnya panas ekstrem, melanda di seluruh dunia dan perlu ada tindakan agar dampak tidak menjadi lebih buruk.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Italia Meledak Pasca Juara Piala Eropa 2020

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya