Swiss Lakukan Referendum Terhadap 4 Masalah

Ada dua proposal mengenai pestisida

Zurich, IDN Times - Pada hari Minggu (13/6/2021), waktu setempat, warga Swiss menuju tempat pemungutan suara untuk memilih referendum terhadap undang-undang terorisme, emisi karbon dioksida (CO2), dana darurat COVID-19, dan larangan pestisida. Pemungutan suara ini merupakan bagian sistem demokrasi langsung Swiss.

1. Rencana undang-undang CO2 Swiss dinggap tidak membantu lingkungan

Swiss Lakukan Referendum Terhadap 4 MasalahIlustrasi pabrik yang mengeluarkan emisi CO2. (Unsplash.com/Patrick Hendry)

Dilansir Swissinfo, jika RUU ini disetujui diharapkan dapat membantu mengekang efek negatif dari perubahan iklim, tanpa menghukum penduduk atau perusahaan. Dalam rencana ini pemerintah akan meningkatkan biaya tambahan pada bahan bakar, mengenakan retribusi penerbangan, dan importir mobil wajib untuk menjual kendaraan yang lebih hemat energi. Berdasarkan RUU tersebut, 75 persen pengurangan emisi CO2 di Swiss harus terjadi di dalam perbatasan negara, sedangkan sisanya 25 persen dapat dicapai melalui langkah-langkah di luar negeri.

Pendukung referendum ini memandang bahwa perlu adanya tundakan dari gletser Swiss yang mencair, frekuensi gelombang panas, kekeringan yang lebih tinggi, dan meningkatnya intensitas bencana alam. Namun, penentang rencana undang-undang ini menyampaikan baahwa aturan itu tidak akan membuat perbedaan kritis terhadap pemanasan global karena negara yang seharunya berperan besar dalam hal ini adalah Tiongkok dan AS, yang merupakan penyumbang emisi CO2 terbesar, sementara Swiss hanya hanya bertanggung jawab atas 0,1 persen emisi karbon global. Mereka juga menemukan langkah-langkah hukuman yang tidak proporsional, mendorong biaya energi untuk bisnis dan rumah tangga.

Pendapat itu dianggap telah membantu mempersempit kesenjangan antara pendukung dan penentang RUU tersebut. Survei terbaru oleh lembaga polling GfS BernTautan menunjukkan undang-undang yang diamandemen masih mendapat dukungan mayoritas 54 persen melawan 43 persen. Pada bulan Mei, sebelum kampanye berjalan lancar, para pendukung menikmati keunggulan 25 persen poin yang lebih nyaman, menurut jajak pendapat oleh Swiss Broadcasting Corporation, perusahaan induk Swissinfo.

Penolakan terhadap aturan ini telah menjadi gangguan besar dan melawan tren politik di Swiss, di mana Partai Hijau mendapatkan tempat seperti di bagian lain Eropa. Disetujui pada September 2020, revisi undang-undang CO2 mendapat dukungan dari semua pihak, kecuali Partai Rakyat sayap kanan. Terinspirasi oleh aktivis iklim muda asal Swedia, Greta Thunberg, kaum muda Swiss secara teratur turun ke jalan pada akhir pekan menyerukan perlindungan yang lebih kuat di planet ini sebelum pandemik.

Swiss ingin memangkas emisi rumah kaca menjadi 50 persen dari tingkat tahun 1990 pada tahun 2030, kemudian pada tahun 2050 bertujuan untuk menjadi netral iklim, tetapi bagaimana cara terbaik untuk mencapainya telah menjadi bahan perdebatan.

2. Referendum dana darurat COVID-19 dan terorisme

Baca Juga: Jatuh Dari Gedung, Diplomat Swiss di Iran Meninggal Dunia

Dilansir Reuters, warga Swiss juga akan melakukan pemilihan terhadap aturan terosime, sebuah undang-undang yang memberi polisi kekuatan baru untuk memerangi terorisme menghadapi pemungutan suara. Undang-undang tersebut memudahkan polisi untuk memantau dan membatasi pergerakan calon pelanggar, dengan perintah penahanan dan larangan bepergian bagi tersangka berusia 12 tahun.

Langkah-langkah tersebut oleh pemerintah sebagai upaya mencegah serangan teroris, tetapi penentang mengatakan mereka berisiko membahayakan anak-anak dan membuat orang disiksa di luar negeri.

Pemilih juga akan memutuskan  undang-undang dana COVID-19 sementara, yang menurut para penentang tidak memiliki konsultasi publik yang cukup sebelum diperkenalkan tahun lalu, membutuhkan dukungan pemilih.  Undang-undang itu direncanakan untuk mengalokasikan 35 miliar franc Swiss (Rp553 trilun), dalam rangka mendukung industri restoran, hotel, budaya, olahraga, dan media.

3. Larangan pestisida tidak disukai petani

Swiss Lakukan Referendum Terhadap 4 MasalahIlustrasi petani. (Pexels.com/Anna Shvets)

Dilansir BBC, warga Swiss juga akan memberikan suara dalam referendum melarang pestisida sintetis. Pestisida adalah bahan kimia atau biologi yang digunakan untuk mengendalikan hama. Ada dua inisiatif yang ditawarkan, yang dinamakan inisiatif Anti Pestisida yang melarang petani memakai pestisida mereka sama sekali dalam waktu 10 tahun, kedua inisiatif Air Minun yang mengakhiri subsidi kepada petani yang menggunakan pestisida buatan.

Pendukung referendum menunjukkan tingkat pestisida yang mengkhawatirkan dalam air, dan kerusakan pada tanaman dan hewan. Jika aturan inisiatif Anti Pestisida disetujui Swiss akan melangkah lebih jauh daripada segelintir kota dan wilayah di seluruh dunia yang telah melarang semua pestisida sintetis. Swiss akan menjadi begara kedua yang melarang pestisida setelah Bhutan pada tahun 2013. Swiss merupakan produsen pestisida terbesar di dunia.

Dalam inisiatif Air Minum, yang mengatakan pestisida buatan mencemari air Swiss, ingin mengalihkan subsidi kepada petani yang menggunakan pestisida buatan.

Kedua proposal ini didukung secara luas oleh pemilih muda perkotaan, namun bagi petani Swiss larangan itu akan memberatkan mereka dalam 20 tahun terakhir pekerjaan dan pendapatan mereka terus menurun, dan sekarang mereka sangat marah. Martin Haab, presiden Asosiasi Petani Zurich mengenai rencana larangan itu menyampaikan.

"Anda menemukan banyak orang, terutama di kota-kota, mereka bahkan tidak tahu apa artinya bertani. Jadi, jika mereka memiliki dua tomat di kebun mereka di depan jendela, mereka pikir mereka mengerti bertani dan mereka tahu bagaimana bertani organik."

Lobi pertanian Swiss kuat, dan jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki keunggulan. Namun, jika pemilih menolak larangan, perdebatan tentang pestisida ini begitu intens sehingga tidak akan hilang. Semua orang setuju bahwa lingkungan asli negara itu harus dilindungi, mereka hanya tidak setuju bagaimana caranya.

Baca Juga: Akhirnya! Swiss Tak Lagi Paksa Tentara Perempuan Pakai Dalaman Pria

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya