UE: Perusahaan yang Terlibat Krisis Migran akan Dihukum

Aturan berlaku untuk semua jenis transportasi

Jakarta, IDN Times - Komisi Uni Eropa (UE) pada hari Selasa (23/11/2021), memperkenalkan undang-undang untuk memasukan perusahaan transportasi yang terlibat dalam krisis migran di perbatasan Belarusia dengan anggota UE ke dalam daftar hitam.  Aturan baru ini akan menghukum perusahaan transportasi yang membantu dan bersekongkol dengan penyelundupan dan perdagangan manusia.

1. Hukuman yang akan diterapkan UE

UE: Perusahaan yang Terlibat Krisis Migran akan DihukumPresiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen. (Twitter.com/Ursula von der Leyen)

Melansir dari Euro News, aturan baru ini akan berlaku untuk semua jenis tranposrtasi. Perusahaan yang dihukum yang terlibat penyelundupan migran, dengan mengorganisir, mengarahkan, membantu, bersekongkol, memfasilitasi, atau menasihati pelanggaran. Untuk menjatuhi hukumannya UE perlu menyertakan bukti dan memberi perusahaan kesempatan untuk menanggapi tuduhan.

Daftar hitam akan dilakukan melalui penangguhan di negara anggota UE, seperti hak untuk menyediakan layanan transportasi, untuk terbang dan transit, mengisi bahan bakar, untuk melakukan pemeliharaan, dan berlabuh di pelabuhan. Selain itu UE dapat mencabut lisensi dan otorisasi, juga membatasi operasi transportasi di wilayah UE.

Hukum baru ini dapat berlaku setelah disetujui oleh parlemen di Brussels dan Dewan Eropa. Para anggota memiliki waktu dua minggu untuk mengajukan keberatan. Sanksi dapat tetap berlaku hingga satu tahun dan ditinjau setiap saat. Peraturan ini jika mempengaruhi penumpang UE, maka akan ada kompensasi yang diberikan.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen dalam menyampaikan aturan ini di parlemen, mengatakan peraturan ini perlu ada karena para migran diberikan janji palsu. Dia menganggap krisis saat ini di perbatasan dengan Belarusia bukan krisis migrasi, melainkan upaya rezim otoriter untuk mencoba mengacaukan UE.

Komisaris UE untuk transportasi Adina Vlean, berharap perusahaan transportasi akan dengan sendirinya menghindari keterkaitkan kejahatan perdagangan dan penyelundupan, sehingga hukum dalam aturan ini tidak perlu digunakan.

2. Larangan untuk maskapai Belarusia

Baca Juga: Yeay! Uni Eropa Buka Perbatasan untuk Pelancong dari Indonesia

Melansir dari DW, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan UE juga berencana melarang maskapai Belarusia yang bernama Belavia dari penyewaan jet. Michel mengatakan keputusan negara-negara anggota untuk menjatuhi sanksi yang lebih luas sudah semakin dekat, yang akan mencakup larangan penyewaan pesawat dari perusahaan yang berbasis di UE.

UE telah menjatuhi beberapa sanksi terhadap Belarusia karena tindakan kerasnya terhadap pengunjuk rasa yang menolak pemilihan pada tahun lalu, yang dianggap sebagai penipuan. 

Maskapai Belarusia saat ini masih dilarang terbang di wilayah UE, keputusan yang diambil pada Juni setelah Minsk mengalihkan pesawat penumpang Ryanair untuk ke Minsk untuk menangkap jurnalis Roman Protasevich.

Beberapa maskapai penerbangan lain telah membatasi penerbangan ke Minsk sejak UE, termasuk Turkish Airlines dan Irak Airways, dilakukan  setelah pejabat UE memulai pembicaraan dengan pemerintah Timur Tengah mengenai masalah ini, dikutip dari The Guardian.

3. UE gelontorkan dana untuk bantu krisis perbatasan

UE: Perusahaan yang Terlibat Krisis Migran akan DihukumPatok perbatasan Polandia-Belarusia. (twitter.com/Straż Graniczna)

Melansir dari Euro News, UE saat ini dalam mengatasi krisis migran yang terjadi di perbatasan dengan Belarusia sedang memfokuskan upaya program pemulangan para pencari suaka, melakukan kerja sama dengan PBB dan palang merah.

Pada hari Selasa, blok tersebut mengumumkan dana 3,5 juta euro (Rp56,2 miliar) untuk program pengembalian migran secara sukarela dan 700 ribu euro (Rp11,2 miliar) untuk bantuan kemanusiaan. UE juga memberikan 200 juta euro (Rp3,2 triliun) untuk membantu manajemen perbatasan di Latvia, Lithuania, dan Polandia, tidak termasuk pembangunan kawat berduri dan dinding yang tidak disetujui UE.

Berdasarkan keterangan pejabat UE, sejak krisis perbatasan terjadi telah ada sekitar 7.500 orang dari Timur Tengah yang mencapai Lithuania, Latvia, dan Polandia melalui Belarusia. Sudah ada 8 ribu orang yang memasuki Polandia melalui Belarusia dan telah dikirim ke Jerman.

Mereka yang menyeberangi perbatasan merupakan orang-orang yang meninggalkan negara mereka di Afrika dan Timur tengah yang dilanda konflik dan kemiskinan.

Baca Juga: Rusia: Uni Eropa Harus Beri Bantuan Finansial ke Belarusia

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya