Ukraina Klaim Punya Bukti Rusia Jadi Dalang Serangan Siber

Rusia dituduh berniat invasi Ukraina

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Ukarina pada hari Minggu (16/1/2022), mengklaim mereka memiliki bukti bahwa Rusia merupakan pelaku di balik serangan malware, atau perangkat lunak berbahaya yang menyerang 70 situs web pemerintah Ukraina pada 13 dan 14 Januari. Terkait serangan itu Microsoft telah memperingatakan bahaya dari malware yang melumpuhkan situs pemerintah Ukraina.

1. Ukraina mengklaim menemukan petunjuk serangan dilakukan dinas keamanan Rusia

Ukraina Klaim Punya Bukti Rusia Jadi Dalang Serangan SiberBendera Ukraina. (Unsplash.com/Yehor Milohrodskyi)

Melansir dari The Guardian, Kementerian Transformasi Digital Ukraina pada hari Minggu menyampaikan bahwa semua bukti yang ditemukan menunjukkan Rusia berada di balik serangan siber, menuduh Moskow terus mengobarkan perang hibrida.

Kiev sebelumnya pada Jumat malam telah mengklaim pihaknya telah menemukan petunjuk awal yang menunjukkan dinas keamanan Rusia mungkin berada di balik serangan siber tersebut.

Terkait serangan itu pemerintah Ukraina meminta warga untuk tidak panik, dengan menjamin informasi pribadi mereka telah dilindungi.  Ukraina menganggap serangan siber tidak hanya untuk memberikan ancaman kepada masyarakat, tapi juga untuk mengacaukan situasi di Ukraina, menghentikan pekerjaan sektor publik, dan merusak kepercayaan orang Ukraina kepada pihak berwenang.

Menanggapi tuduhan Ukraina, juru bicara Presiden Rusia, Vladimir Putin, Dmitry Peskov telah membantah negaranya sebagai pelaku serangan. Peskov juga mengatakan Ukraina selalu menuduh Rusia atas berbagai hal, seperti menyalahkan Rusia atas cuaca buruk di Ukraina.

2. Microsoft memperingatkan korban serangan dapat lebih banyak dari perkiraan awal

Baca Juga: Web Pemerintah Ukraina jadi Sasaran Serangan Siber Masif

Melansir dari The Guardian, perusahaan teknologi terkemuka asal AS, Microsoft pada hari Minggu memberikan peringatan kepada Ukraina mengenai serangan itu yang kemungkinan dapat merusak dan mempengaruhi lebih banyak organisasi daripada yang sebelumnya diperkirakan. Hal itu berdasarkan identifikasi tim investigasi Microsoft.

Microsoft mengatakan sistem yang menyusup ke komputer ini telah menjangkau beberapa organisasi pemerintah, nirlaba, dan teknologi informasi, yang berbasis di Ukraina.  Perusahaan itu belum dapat memperkirakan berapa total korban serangan ini.

Microsoft menyampaikan mereka terus menganalisis malware dan memperingatkan itu dapat membuat infrastruktur digital pemerintah tidak dapat dioperasikan.

Dalam keterangannya perusahaan AS itu menyampaikan malware dirancang agar seperti ransomware, tapi sebenarnya peretasan itu tidak ditujukan untuk meminta tebusan uang agar komputer dapat dipulihkan, melainkan untuk merusak perangkat yang disusupi.

Meski Kiev telah menuduh Moskow sebagai peretas, tapi Microsoft menyampaikan belum berhasil mengidentifikasi pelaku di balik serangan itu.

3. Serangan siber lainnya terhadap Ukraina yang dikaitkan dengan Rusia

Ukraina Klaim Punya Bukti Rusia Jadi Dalang Serangan SiberIlustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Serangan siber sebelumnya yang menyerang Ukraina juga dikaitkan dengan Rusia. Pada 2014 peretas Rusia dilaporkan telah menganggu pemilu di Ukraina. Pada 2015 dan 2016 listrik di beberapa wilayah Ukraina terputus oleh malware yang dikenal sebagai NotPetya, serangan itu menurut Departemen Kehakiman AS dilakukan oleh intelijen militer Rusia, dikutip dari CNN.

Pada 2017, NotPetya juga menyerang Ukraina, yang menyebar ke berbagai perusahaan multinasional dan menyebabkan banyak kerugian ekonomi. Kerugian akibat serangan itu dilaporkan mencapai lebih dari 10 miliar dolar AS (Rp143,1 triliun), dikutip dari DW.

Serangan malware ini terjadi saat Rusia telah mengumpulkan puluhan ribu tentaranya di perbatasan dengan Ukraina, setelah pembicaraan antara barat dan Moskow gagal meredakan situasi. Terkait keberadaan pasukan Rusia ada peringatan dari AS pada 14 Januari yang menyampaikan Rusia sedang merencanakan operasi palsu yang berpotensi untuk membenarkan invasi ke Ukraina.

Hubungan Rusia dan Ukraina tidak berlangsung baik yang disebabkan oleh beberapa hal seperti Rusia yang mendukung separatis di Ukraina timur yang telah memerangi pemerintah Kiev sejak 2014, selain itu sejak 2014 Rusia telah mencaplok Semenanjung Krimea yang berada di bagian selatan Ukraina.

Baca Juga: Ukraina Bekukan Aset Mantan Presiden Poroshenko

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya