Korea Selatan Tolak Avigan Jepang Sebagai Opsi Pengobatan Virus Corona

Apa alasan Korea tak mau menggunakan Avigan?

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan mengatakan tidak akan menggunakan obat anti-influenza (Avigan) yang berasal dari Jepang, sebagai sebuah opsi pengobatan virus corona atau COVID-19.

Otoritas kesehatan Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya meragukan kualitas Avigan tersebut.

"Kami ragu akan kemanjuran atau khasiat dan efek samping potensial dari Avigan itu jika digunakan sebagai obat virus corona," kata otoritas kesehatan Korea Selatan seperti dikutip dari Yonhap, Senin (16/3).

1. Korea Selatan tidak akan mengimpor Avigan karena tidak ada data klinis yang membuktikan kemanjuran dan khasiat dari obat tersebut

Korea Selatan Tolak Avigan Jepang Sebagai Opsi Pengobatan Virus CoronaSejumlah prajurit menyemprotkan desinfektan di dalam komplek apartemen yang sedang diisolasi setelah laporan infeksi massal penyakit COVID-19 di Daegu, Korea Selatan, pada 9 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Avigan merupakan sebuah antivirus yang dikembangkan oleh Fujifilm Holdings Corp, yang dilombakan sebagai salah satu obat potensial untuk opsi pengobatan COVID-19.

Avigan dikatakan efektif menjadi salah satu opsi pengobatan COVID-19, lantaran hingga saat ini belum adanya sebuah pengobatan khusus.

Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan Korea Selatan mengatakan telah memutuskan untuk tidak mengimpor Avigan, setelah tim ahli penyakit menular di sini memastikan dengan benar bahwa tidak ada data klinis yang cukup untuk membuktikan kemanjuran dan khasiat dari obat tersebut.

Baca Juga: Peneliti LIPI: Chloroquine dan Avigan Aman bagi Penderita Pneumonia

2. Avigan memiliki efek samping serius

Korea Selatan Tolak Avigan Jepang Sebagai Opsi Pengobatan Virus CoronaPetugas medis membawa seorang pasien yang diduga terkena COVID-19 dengan tandu Negative Pressure Isolation ke sebuah fasilitas Kyungpook National University Hospital di Daegu, Korea Selatan, pada 6 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Pada 2014 silam, Jepang telah menyetujui Avigan sebagai suatu jenis obat cadangan yang dapat untuk influenza reemergent. Namun, Avigan tersebut belum diperbolehkan untuk digunakan dalam mengobati flu biasa.

Avigan tidak dapat digunakan sebagai obat flu, lantaran berdasarkan sebuah penelitian penggunaan obat Avigan yang dilakukan kepada seekor hewan, menunjukkan bahwa Avigan berpotensi merusak janin hewan tersebut.

"Avigan tidak hanya menunjukkan kemanjuran selama studi uji tetapi juga tidak ada data uji klinis yang dilakukan pada pasien," kata seorang spesialis ahli penyakit menular Korea Selatan Oh Myoung-don.

"Obat ini juga menunjukkan efek samping yang serius, seperti kematian janin dalam penelitian pada hewan," tambahnya.

3. Pemerintah Seoul sempat mengizinkan obat Remdesivir dan VSF sebagai opsi percobaan pengobatan COVID-19

Korea Selatan Tolak Avigan Jepang Sebagai Opsi Pengobatan Virus CoronaPara prajurit Korea Selatan memakai baju pelindung membersihkan jalan di Seoul, Korea Selatan, pada 5 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Sebelumnya pemerintah Seoul telah mengizinkan Gilead Sciences Inc. Untuk mengobati pasien virus corona atau COVID-19 menggunakan obat remdesivir.

Remdesivir merupakan obat anti-viral eksperimental, yang diteliti yang dikembangkan oleh sebuah raksasa farmasi AS, Gilead Sciences.Ramdesivir sebelumnya juga diuji coba pada virus Ebola.

Tak hanya itu, Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan Korea Selatan juga telah mengizinkan obat anti-virus bernama Virus Suppressing Factor (VSF), yang dikembangkan secara lokal untuk mengobati pasien COVID-19, atas permintaan Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul.

Pasien COVID-19 dilakukan suatu terapi yang disebut HzVSFv13, yang merupakan suatu jenis injeksi VSF yang dikembangkan oleh perusahaan bio menengah ImmuneMed.

Sejauh ini, sebagian besar pasien virus corona telah diberikan perawatan maksimal untuk meredakan gejala virus corona. Sementara untuk pasien yang dalam kondisi parah, akan diberikan kombinasi obat flu dan Kaletra, yang merupakan sebuah obat anti-retroviral yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi global AbbVie Inc yang digunakan untuk mengobati HIV.

Baca Juga: Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinya

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya