[UPDATE] Kasus COVID-19 Dunia per 16 Juli 2020 Tembus 13,5 Juta

Secara global, 582,596 orang meninggal akibat COVID-19

Jakarta, IDN Times - Belum ada tanda-tanda mereda, virus corona yang menyebarkan penyakit COVID-19 kini sudah menjangkiti 13.596.583 orang di 188 negara, termasuk Indonesia. Dari jumlah tersebut, 3.491.936 kasus berada di Amerika Serikat.

Angka kasus tersebut berdasarkan data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) John Hopkins, Kamis (16/17/2020) pukul 07.00 WIB.

1. Kasus COVID-19 terbanyak di Amerika Serikat

[UPDATE] Kasus COVID-19 Dunia per 16 Juli 2020 Tembus 13,5 JutaWarga mengunjungi Mal Destiny USA di Syracuse, New York, Amerika Serikat, pada 10 Juli 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Maranie Staab

Amerika Serikat masih menjadi negara penyumbang kasus virus corona terbanyak nomor satu di dunia dengan angka 3.491.936. Sedangkan kasus kematian di Negeri Paman Sam sudah tembus 137.277 kasus.

Berbanding terbalik dengan kasus kesembuhan, Amerika Serikat justru menempati peringkat kedua dengan angka 1.075.882.

Baca Juga: Tren Kasus Positif di DIY Naik, 396 Orang Terinfeksi Virus Corona

2. Kasus sembuh terbanyak masih dari Brasil

[UPDATE] Kasus COVID-19 Dunia per 16 Juli 2020 Tembus 13,5 JutaPara penumpang berjalan di stasiun kereta Central do Brasil di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19) di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat (26/6/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Ricardo Moraes

Sementara itu, Brasil menjadi negara nomor satu kasus sembuh COVID-19 terbanyak dengan angka 1.350.098 Untuk jumlah kasus COVID-19, Brasil menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan angka 1.966.748. Sebanyak 75.366 orang dinyatakan meninggal.

India kemudian menyusul dengan angka 936.181 kasus. Sebanyak 24.309 orang meninggal dunia dan 592.032 kasus sembuh.

3. Penularan COVID-19 bisa melalui airborne

[UPDATE] Kasus COVID-19 Dunia per 16 Juli 2020 Tembus 13,5 JutaANTARA FOTO/REUTERS/Bruno Kelly

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis, 9 Juli 2020, memberikan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa COVID-19 dapat menular melalui udara atau istilahnya airborne. Inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa penyakit tersebut cepat menyebar ke seluruh dunia. 

Oleh karena itu di hari yang sama, WHO merilis panduan baru mengenai penularan COVID-19 melalui situs resminya. Ada beberapa pembaruan yang perlu kamu ketahui.

Penularan utama COVID-19 tetaplah melalui kontak dengan pasien. Baik kontak langsung, tidak langsung, atau berada di dekat mereka. WHO mengatakan bahwa hal ini terjadi karena pasien COVID-19 mengeluarkan droplet dari saluran pernapasannya ketika berbicara, batuk, bersin, atau menyanyi. 

Cairan dari pernapasan tersebut bisa dibagi menjadi dua macam, yakni respiratory droplet (berukuran lebih dari lima hingga sepuluh mikrometer) dan droplet nuclei atau aerosol (berukuran kurang dari lima mikrometer). 

Respiratory droplet dapat mengenai orang lain yang berada dalam radius satu meter dengan pasien. Ketika cairan itu mengenai mata, hidung, dan mulut, maka besar kemungkinan mereka untuk tertular. Sementara itu, droplet nuclei atau aerosol ditularkan melalui udara.

Kita sering mendengar istilah "airborne", namun apa artinya?

WHO mengatakan bahwa transmisi airborne terjadi ketika virus disebarkan melalui droplet nuclei atau aerosol yang tetap bisa menular ketika dilepaskan ke udara. Selain itu, droplet nuclei bisa menggantung di udara dalam jarak dan waktu yang lama. 

Sebelumnya, WHO mengatakan bahwa transmisi ini dimungkinkan ketika kita berada di lingkungan rumah sakit. Sebab ada sejumlah prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Namun lingkup tersebut kini membesar. 

Mengutip laporan WHO, ada beberapa studi yang dilakukan di rumah sakit untuk mengamati keberadaan virus di udara. Ternyata walaupun tidak ada prosedur medis yang melibatkan aerosol, RNA SARS-CoV-2 tetap ditemukan di udara. Namun ada pula studi yang menentangnya. 

Lebih lanjut, terdapat pula bukti bahwa aerosol juga diproduksi ketika kita berbicara dan batuk. Oleh karena itu, walaupun studi mengenai sifat airborne dari COVID-19 masih terbatas, ada baiknya untuk tetap menerapkan pencegahan berbasis airborne. 

Penularan airborne ini utamanya terjadi di ruangan yang tertutup, ramai, dan tidak ada ventilasi yang memadai. Contohnya ruangan gym, restoran, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Semarang Zona Merah COVID-19, Para Ojol Dilengkapi Sekat Pelindung

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Dwifantya Aquina
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya