Arab Saudi Hukum Mati Tiga Prajuritnya 

Terbukti telah berkhianat

Riyadh, IDN Times - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi pada hari Sabtu (10/04), mengumumkan bahwa tiga prajuritnya yang merupakan pegawai Kementerian Pertahanan Arab Saudi telah dihukum mati di Pangkalan Militer Daerah Selatan dekat perbatasan Saudi-Yaman. 

Pernyataan itu disampaikan Riyadh setelah Pengadilan Militer Arab Saudi sebelumnya telah menetapkan hukuman mati kepada tiga prajurit tersebut yang bernama, Mohammed bin Ahmed, Shaher bin Issa, dan Hamoud bin Ibrahim, karena terbukti telah melakukan aksi "pengkhianatan tingkat tinggi" dan "bekerja sama dengan musuh", seperti yang dilansir dari AlJazeera

1. Proses hukum dinilai berlangsung adil

Arab Saudi Hukum Mati Tiga Prajuritnya Ilustrasi Kejaksaan (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebagai salah satu negara dengan catatan pelanggaran HAM terburuk di dunia, banyak pihak yang tidak mempercayai sistem pengadilan di Arab Saudi. Dikutip dari Reuters, Pemerintah Arab Saudi menegaskan bahwa seluruh proses hukum yang berlangsung dalam proses investigasi dan pemberian hukuman terhadap tiga prajurit yang telah dihukum mati berjalan dengan adil.

Meskipun begitu, Amenesti Internasional mengecam proses pengadilan di Arab Saudi yang dinilai cacat dan tidak adil. Aktivis HAM internasional terus mendesak Pemerintah Arab Saudi untuk segera mengakhiri implementasi hukuman mati karena dipercaya telah banyak membunuh orang yang tidak bersalah, dimana Riyadh membantah semua tuduhan yang diberikan. 

2. Pemerintah Saudi tidak berikan penjelasan lebih lanjut

Arab Saudi Hukum Mati Tiga Prajuritnya Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman. twitter.com/NawafEgla

Alasan utama yang mengakhiri nyawa prajurit-prajurit Saudi itu adalah keterlibatan mereka dengan pihak musuh. Menurut informasi yang disampaikan Kementerian Pertahanan Arab Saudi, ketiga prajurit ini telah membantu "musuh" mendapatkan informasi sensitif dimana baik pihak militer maupun pemerintah tidak memberi keterangan lebih lanjut mengenai siapa "musuh" yang mereka maksud, dilansir dari AlJazeera.

Sampai saat ini tidak diketahui pasti negara atau pihak mana yang terlibat dalam kasus "pengkhianatan tingkat tinggi" tersebut. Namun, dikarenakan kondisi Arab Saudi yang tengah gencar melancarkan "pembersihan" untuk memperkuat posisi dan kedudukan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman, ada beberapa dugaan jika hukuman mati tersebut mengarah langsung ke dirinya.  

Baca Juga: Kurangi Emisi, Arab Saudi Berencana Tanam 10 Miliar Pohon

3. Pertempuran semakin sengit di Yaman

Peperangan di Negara Yaman yang terlihat semakin panas dalam beberapa minggu terakhir menjadi bukti bahwa aksi damai belum menjadi pilihan. Dilaporkan Reuters, pertempuran di Wilayah Marib antara Pasukan Houthi melawan Pasukan Pemerintah Yaman terus berlangsung sengit dimana situasi ini ikut diiringi serangan drone Houthi terhadap instalasi vital milik Riyadh, seperti kilang minyak dan bandara. 

Dalam beberapa minggu terakhir, setidaknya beberapa kilang minyak dan sebuah bandara di Arab Saudi menjadi target serangan drone dan rudal balistik Houthi. Kemampuan alutsista militer spektakuler yang dimiliki Pejuang Houthi diduga mendapat kiriman khusus dari Iran yang memang bersimpati dengan Houthi sejak lama. 

Baca Juga: Arab Saudi Izinkan Ibadah Haji 2020, Bagi Warga dan WNA di Saudi 

Karl Gading S. Photo Verified Writer Karl Gading S.

History Lovers and International Conflict Observer....

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya