Bentrok dengan Kremlin, NATO Pastikan Ingin Lanjut Dialog
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal North Atlantic Treaty Organization (NATO) Jens Stoltenberg menjelaskan bahwa mereka masih perlu berdialog dengan Rusia. Pernyataan itu disampaikan Stoltenberg, Rabu (20/10) setelah pemerintah Rusia resmi menutup misi diplomatiknya dengan NATO pasca pengusiran delapan Delegasi Rusia untuk NATO.
Dikutip dari Reuters, NATO tuduh Rusia menggunakan delegasinya mematai-matai jaringan sistem komputer pakta pertahanan di Eropa tersebut. Kremlin menyangkal seluruh tuduhan yang dilayangkan dan langsung merespon tegas.
1. Dialog hanya bisa mengandalkan orang-orang tertentu
Meskipun pemerintah Rusia masih memberikan kesempatan dialog melalui Kedutaan Besar Rusia di Belgia, namun tidak sembarang orang bisa terlibat.
Melansir Reuters, untuk saat ini hanya ada empat orang yang dapat melanjutkan dialog, yakni Staf Umum Militer Rusia Valery Gerasimov, Panglima Tertinggi Pasukan NATO di Eropa Tod Wolters, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Alur pembicaraan dari masing-masing pejabat itu bahkan sudah diatur sedemikian rupa. Gerasimov sebagai perwakilan militer Rusia akan berdialog bersama Wolters sebagai perwakilan militer NATO, sedangkan Stoltenberg sebagai Sekjen NATO hanya akan dapat berdialog dengan Lavrov.
2. Sekjen NATO akui hubungan NATO-Rusia terburuk pasca Perang Dingin
Editor’s picks
Siapa sangka kejatuhan Uni Soviet 1991 ternyata gagal mengakhiri permusuhan NATO dengan musuh bebuyutannya di timur. NATO dan Rusia yang sempat saling menjembatani kepentingan mereka masing-masing terlihat mulai semakin menjauh hingga mendekati konfrontasi.
Kondisi ini ternyata ikut diakui Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang menilai hubungan NATO-Rusia untuk sekarang adalah yang terburuk setelah Perang Dingin, seperti yang dilansir dari Reuters.
Di kala terpuruknya relasi kedua entitas terkuat di Eropa itu, Stoltenberg menegaskan bukan berarti NATO enggan berkomunikasi dengan Rusia. Oleh sebab itulah, ia ingin dialog dua arah NATO-Rusia harus tetap dilanjutkan bagaimana pun juga.
3. Dewan NATO-Rusia mulai memasuki fase kritis
Lepas ditinggal Uni Soviet, Rusia dan NATO berusaha menormalisasi hubungan yang sangat koersif akibat Perang Dingin. Pada 1997, kanal dialog antara Rusia-NATO berhasil digelar dan satu tahun berikutnya kedua pihak resmi saling mengirim perwakilannya. Barulah di 2002, Dewan NATO-Rusia dikukuhkan sebagai jalur komunikasi permanen Rusia bersama "mantan" musuhnya.
Dilaporkan TRT World, walaupun keberadaan Dewan NATO-Rusia sangat membantu dialog antara Rusia dan NATO, tetapi sejak Aneksasi Krimea 2014 oleh Rusia eksistensi badan penghubung tersebut dicap masuk ke fase kritis.
Banyak ahli sependapat jika Konflik Krimea adalah titik balik relasi Rusia-NATO. Tanpa adanya komunikasi yang jelas antar keduanya maka akan semakin sulit bagi Rusia maupun NATO untuk mengantisipasi berbagai hal yang tidak mereka inginkan. Sehingga ancaman konflik bahkan perang terbuka semakin lebar.
Baca Juga: Sekjen NATO: Belum Saatnya Pasukan NATO Tinggalkan Afghanistan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.