Khamenei: AS Harus Cabut Sanksi Sebelum Kesepakatan Nuklir
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tehran, IDN Times - Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada hari Minggu (07/02), menyatakan jika Iran hanya akan kembali ke Kesepakatan Nuklir Iran 2015 apabila Pemerintah AS terlebih dahulu mencabut sanksinya terhadap Iran.
Keputusan "final dan tidak bisa diubah" tersebut menjadi jawaban persyaratan utama yang diberikan Pemerintah Iran kepada AS sebagai satu-satunya cara agar Iran dan Amerika Serikat dapat kembali menerapkan Kesepakatan Nuklir Iran 2015 secara menyeluruh, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. AS didesak bergerak terlebih dahulu sebelum Iran
Ketegangan diplomatik yang menyelimuti hubungan AS-Iran, membuat kedua negara enggan untuk saling mengalah satu sama lain. Dikutip dari Reuters, dalam pernyataannya Ayatollah Ali Khamenei menegaskan jika Amerika Serikat harus terlebih dahulu mencabut seluruh sanksi yang telah mereka jatuhkan kepada Iran sebagai bentuk tanggung jawab Washington atas penarikan diri secara sepihaknya dari kesepakatan nuklir pada tahun 2018 lalu.
Meskipun begitu, Presiden AS, Joe Biden, menolak memberikan kelonggaran dan menekankan jika sanksi akan mulai dicabut apabila Pemerintah Iran terlebih dahulu menghentikan proses pengayaan uraniumnya serta mulai mematuhi Kesepakatan Nuklir Iran 2015. Hal ini menunjukkan jika kedua negara sudah mulai memasuki tahap kebuntuan dalam upaya menormalisasi hubungan melalui kesekapatan nuklir.
2. Pemerintah Iran siap kembali penuhi persyaratan Kesepakatan Nuklir Iran 2015
Editor’s picks
Semenjak Presiden Biden telah disumpah di Gedung Capitol, Iran selalu menegaskan jika mereka siap memenuhi kembali syarat-syarat Kesepakatan Nuklir Iran 2015. Baik Presiden Iran, Hassan Rouhani, dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, keduanya mengakui hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja bagi Negara Iran untuk dapat langsung kembali memenuhi persayaratan kesepakatan nuklir setelah AS menarik sanksi-sanksinya, dilansir dari npr.
Ketekatan yang ditunjukkan Iran untuk mau kembali mematuhi Kesepakatan Nuklir Iran 2015, memberi kesempatan besar bagi AS agar berhasil mengantisipasi pengayaan uranium di atas standar oleh Tehran. Namun, dikarenakan Presiden Biden yang belum sepenuhnya mempercayai Iran, hal tersebut menghambat proses normalisasi kedua negara.
Baca Juga: Joe Biden Resmi Tangguhkan Kebijakan Imigrasi Era Trump
3. Biden berupaya menutupi eskalasi Trump terhadap Iran
Hubungan diplomatik yang memburuk antara AS dan Iran ketika Presiden Donald Trump memimpin, menjadi peninggalan pahit yang sedang Presiden Biden tuntaskan. Dilaporkan npr, menurut Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, kebijakan yang telah diambil AS di bawah kepemimpinan Presiden Trump hanya menyebabkan "eskalasi nuklir" sehingga mendorong kemampuan nuklir dan rudal balistik yang Iran miliki mencapai titik yang Amerika Serikat tidak inginkan.
Kemampuan yang berhasil diraih Iran cukup meresahkan Pemerintah AS dan Biden sebagai Presiden AS pengganti Trump melalui instrumen diplomasinya kembali mendesak Pemerintah Iran untuk secepatnya mematuhi Kesepakatan Nuklir Iran 2015. Kekhawatiran inilah yang menjadi alasan mengapa Washington tidak mau terlebih dahulu mencabut sanksinya sebelum ada pergerakan dari Tehran.
Baca Juga: Tiongkok Operasikan Reaktor Nuklir Terbaru yang Bisa Bertahan 60 Tahun
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.