Rusia, AS, dan Prancis Desak Gencatan Senjata di Kaukasus

Api peperangan terus berkobar di Nagorno-Karabakh

Moskow, IDN Times - Pemerintah Federasi Rusia, Republik Prancis, dan Amerika Serikat, pada hari Kamis (01/10), menyetujui bahwa pertempuran di wilayah sengketa Nargono-Karabakh antara Pasukan Armenia dan Azerbaijan harus segera dihentikan. 

Meskipun tiga negara kuat mendesak kedua pihak untuk melakukan gencatan senjata, menurut Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, situasi di Nagorno-Karabakh tidak memungkinkan bagi Armenia untuk bernegosiasi dengan Azerbaijan, seperti yang dilansir dari AlJazeera

1. Putin dan Macron setuju OSCE harus mengambil peran lebih jauh

Rusia, AS, dan Prancis Desak Gencatan Senjata di KaukasusIlustrasi terjadinya perbincangan melalui telepon antara Putin dan Macron, pada 1 Oktober 2020. twitter.com/RussianEmbassy

Situasi yang semakin parah di Nagorno-Karabakh dan dugaan keterlibatan Turki, membuat Presiden Vladimir Putin dan Presiden Emmanuel Macron sangat khawatir. Dilansir dari Reuters, baik Putin dan Macron dalam perbincangan mereka di saluran telepon, menyetujui jika Grup Minsk yang merupakan bagian dari Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) untuk memediasi konflik yang terjadi di Wilayah Kaukasus. 

Di dalam keanggotaan Grup Minsk sendiri, Armenia dan Azerbaijan, adalah anggota permanen bersama Italia, Jerman, Belarusia, Turki, Swedia, dan Finlandia. Kedua pemerintahan (Rusia-Prancis) sangat berharap jika Grup Minsk dapat segera menyelesaikan masalah ini sebelum menjadi lebih parah. Federasi Rusia juga sudah mengajukan diri untuk menyelenggarakan negosiasi perdamaian antara Kementerian Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan.

2. Melalui OSCE, Prancis, AS, dan Rusia, desak gencatan senjata 

Rusia, AS, dan Prancis Desak Gencatan Senjata di KaukasusLogo OSCE. twitter.com/RF_OSCE

Tidak main-main, Prancis, AS, dan Rusia, sangat mendesak Armenia dan Azerbaijan untuk segera menyetujui gencatan senjata. Melalui pernyataan bersama sebagai Wakil Ketua OSCE, Prancis, AS, dan Rusia, meminta semua pihak untuk segera mendeklarasikan gencatan senjata sebelum situasi berubah menjadi lebih buruk, seperti yang disampaikan Reuters.

Meskipun begitu, Turki yang dianggap Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terlibat dan mengirim pejuang asing untuk berperang di Nagorno-Karabakh, mereka menyatakan jika ketiga negara kuat itu (Prancis-AS-Rusia) tidak memiliki peran untuk membawa perdamaian bagi konflik Armenia dan Azerbaijan. Menurut Presiden Turki, Reccep Tayyip Erdogan, gencatan senjata hanya akan dapat terjadi jika seluruh Pasukan Armenia menarik diri dari Wilayah Nagorno-Karabakh. 

Baca Juga: Menolak Berunding, Azerbaijan-Armenia Lanjut Perang

3. Pasukan Armenia dan Azerbaijan tidak berhenti saling serang

Konflik berdarah yang kembali dimulai sejak hari Minggu (27/09), terlihat terus memuncak hingga hari ini Kamis (01/10), tanpa ada tanda kesepakatan dilangsungkannya negosiasi. Menurut catatan resmi terakhir, setidaknya sudah lebih dari 100 orang dinyatakan meninggal dunia sebagai akibat Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan yang merupakan salah satu kelanjutan dari sejarah kelam di Wilayah Kaukasus, dilansir dari AlJazeera

Belum ada yang tahu pasti berapa besar kehancuran yang telah dialami kedua belah pihak dalam beberapa hari terakhir. Walaupun informasi independen masih sulit untuk didapatkan, Kementerian Pertahanan Azerbaijan dan Armenia terus mengunggah video-video bukti kehancuran "musuh" melalui saluran Youtube mereka yang bisa diakses dengan mudah. 

4. Beberapa jurnalis internasional terluka

Konflik yang menyebarluas di Nagorno-Karabakh menarik banyak jurnalis asing untuk meliput kondisi terkini di sana. Dilaporkan dari Fox13, setidaknya dua jurnalis asing dari surat kabar Prancis, La Monde, satu orang juru kamera, dan wartawan yang merupakan kru dari kantor berita Armenia, News24, dinyatakan terluka di Kota Martuni, Nagorno-Karabakh, ketika kota tersebut dibombardir artileri. 

Kementerian Pertahanan Armenia menjelaskan jika semua jurnalis maupun wartawan yang terluka sudah dibawa dan dirawat di rumah sakit. Kota Martuni sendiri terletak di kawasan sengketa, Nagorno-Karabakh, yang menjadi lokasi pertempuran dahsyat. Armenia langsung menuduh Azerbaijan, dimana mereka menganggap Militer Azerbaijan dengan sengaja menargetkan kota-kota yang penuh dengan warga sipil. 

Baca Juga: Azerbaijan dan Armenia Kembali Terlibat Perang Soal Nagorno-Karabakh

Karl Gading S. Photo Verified Writer Karl Gading S.

History Lovers and International Conflict Observer....

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya