Terancam Konflik Besar, Presiden Taiwan Ajak Tiongkok Berdialog
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Taipei, IDN Times - Presiden Republik Tiongkok atau Taiwan, Tsai Ing-wen, pada hari Sabtu (10/10), menyampaikan bahwa dirinya mengajak Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok untuk berdialog demi menjaga kestabilan di Selat Taiwan.
Ajakan ini diserukan Presiden Tsai ketika sedang berpidato memperingati Hari Raya Nasional Taiwan, dimana ia menjelaskan jika situasi di Selat Taiwan "sangat tegang" setelah meningkatnya aktivitas Militer RRT di sekitar Selat Taiwan maupun berdekatan dengan Pulau Taiwan sendiri, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Taiwan mencari "dialog bermakna" dengan Tiongkok
Ketegangan antara Taiwan dan Tiongkok dalam satu bulan terakhir membawa kedua negara ke ambang konflik bersenjata. Dikutip dari Bloomberg, mengetahui bahwa Taiwan harus menghindari perang terbuka dengan Tiongkok, Presiden Tsai Ing-wen meminta Pemerintah Tiongkok untuk mau bersama-sama memilih jalur damai melalui "dialog bermakna".
Tsai menegaskan jika Pemerintah Tiongkok harus mendengarkan suara Taiwan sehingga rekonsiliasi dapat terwujud. Tiongkok sendiri secara sepihak memutus dialog bilateral dengan Taiwan setelah Tsai Ing-wen terpilih menjadi Presiden Taiwan pada tahun 2016 dikarenakan pandangan anti-Tiongkok yang Tsai miliki.
2. Presiden Tsai Ing-wen bersumpah untuk mempertahankan Taiwan
Meskipun Presiden Tsai mengajak Tiongkok untuk berdialog, ia juga menyadari apabila jalur damai tidak terpilih maka Taiwan harus siap mempertahankan kedaulatannya. Selain cara damai, Tsai Ing-wen dalam pernyataannya bersumpah untuk mempertahankan kedaulatan Taiwan dengan memprioritaskan angkatan bersenjatannya melalui prinsip tidak mencari perang, tetapi juga tidak takut untuk berperang, dilansir dari Reuters.
Editor’s picks
Mendapat pasokan alutsista dari Amerika Serikat membuat Taiwan menjadi ancaman terberat bagi Republik Rakyat Tiongkok untuk benar-benar menguasai seluruh lepas pantainya. Karena dukungan yang kuat dari AS, Tsai dalam pidato kenegaraannya menyatakan, "komitmen kami terhadap kedaulatan dan nilai-nilai demokrasi tidak akan berubah, tetapi kami juga akan menjaga fleksibilitas dan responsif terhadap perubahan."
Baca Juga: Survei: Pandangan Negatif ke Tiongkok Makin Tinggi di Negara Maju
3. Tiongkok tegaskan aksinya hanya menjawab "kolusi" AS-Taiwan
Pada bulan September 2020, ketegangan memuncak antara Taiwan dan Tiongkok setelah terjadinya peningkatan aktivitas Militer Tiongkok, terutama angkatan laut dan udaranya, dimana sebagian dari aktivitas militer tersebut dianggap sebagai ancaman serius karena telah melakukan provokasi menurut Pemerintah Taiwan.
Dilaporkan Reuters, Tiongkok menyebutkan jika seluruh aksi militernya di sekitar Pulau Taiwan merupakan jawaban atas berlangsungnya "kolusi" antara Pemerintah Taiwan-AS, dan hal tersebut mengundang amarah besar bagi Tiongkok.
Perjuangan Taiwan untuk meraih kemerdekaan penuh dan lepas dari cengkraman Tiongkok sudah lama diupayakan dari tahun 1971 setelah mayoritas pemerintah dunia mengadopsi kebijakan "satu Tiongkok" yang memihak kepada Republik Rakyat Tiongkok, bukan Republik Tiongkok atau Taiwan.
Kekalahan dalam Perang Saudara Tiongkok tahun 1949, memaksa mereka untuk lari ke Pulau Formosa dan mendirikan pemerintahan independen terpisah dari Daratan Utama (RRT). Namun, dikarenakan RRT yang berambisi untuk menyatukan Pulau Taiwan sebagai salah satu provinsinya, ancaman invasi selalu menghantui Taiwan dan oleh sebab itulah mengapa Pemerintah Taiwan terus mendekati AS untuk mencari dukungan persenjataan serta diplomatik.
Baca Juga: Meski Andalkan Vaksin dari Tiongkok, Tapi RI Tetap Tegas soal LCS
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.