Uni Emirat Arab Sebut Milisi Ekstrimis Kuasai Ibu Kota Libya

Ancaman besar bagi Libya

Dubai, IDN Times - Pemerintah Uni Emirat Arab, pada hari Kamis (02/05) menyatakan bahwa Ibu Kota Libya, Tripoli, dikuasai oleh milisi ekstrimis yang terlibat dalam berbagai aksi serangan teroris.

Pernyataan ini menjadi sebuah bentuk dukungan Pemerintah UEA kepada pemimpin pihak oposisi dan Libyan National Army (LNA), Khalifa Haftar, yang sekarang sedang bertempur untuk merebut Tripoli dari tangan milisi loyalis Pemerintah Libya yang diakui PBB, seperti yang dilansir dari Reuters

1. Perang terhadap teroris harus menjadi prioritas di Libya

Uni Emirat Arab Sebut Milisi Ekstrimis Kuasai Ibu Kota LibyaThe National

Dikutip dari France24, Pemerintah Uni Emirat Arab berkomitmen penuh dan yakin bahwa yang harus menjadi perhatian utama di Libya adalah perang melawan teroris. Kehadiran berbagai kelompok teroris yang berfliasi dengan ISIS dan Al Qaeda membuat situasi keamanan di Libya menjadi sangat buruk serta berbahaya untuk negara sekitarnya.

Beberapa kelompok teroris yang juga mulai menyusup masuk kedalam pasukan loyalis Pemerintah Libya membuat perkembangan milisi ekstrimis begitu cepat. Oleh sebab inilah, mengapa Pemerintah UEA menyatakan bahwa milisi loyalis Pemerintah Libya merupakan milisi ekstrimis yang harus menjadi prioritas untuk dihancurkan.

"Perjanjian Abu Dhabi menawarkan kesempatan untuk mendukung proses yang dipimpin PBB. Sementara itu milisi ekstrimis terus menguasai Ibu Kota (Libya) dan mengagalkan upaya solusi politik", ujar Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash. 

Baca Juga: WHO: Sudah 146 Orang Tewas di Konflik Perebutan Ibu Kota Libya

2. UEA beri dukungan penuh kepada Khalifa Haftar

Uni Emirat Arab Sebut Milisi Ekstrimis Kuasai Ibu Kota LibyaNBC News

Kondisi keamanan dan politik yang begitu parah di Libya setelah kejatuhan Muammar Khadafi membuat Pemerintah UEA memilih seseorang yang memang memiliki kekuatan dan komitmen penuh untuk mengembalikan kestabilan. Khalifa Haftar pemimpin pasukan Libyan National Army (LNA) menjadi pilihan Pemerintah UEA dan beberapa Negara Teluk untuk merebut kembali Libya dari tangan ekstrimis, dilansir dari Reuters

Setelah menjadi sekutu penting UEA dan Negara Teluk, Haftar menerima banyak bantuan alutsista dan logistik militer untuk melanjutkan pertempurannya melawan kelompok-kelompok teroris dan sisa milisi loyalis Pemerintah Libya. Menjadi pihak oposisi tanpa legitimasi yang jelas, Khalifa Haftar masih harus berjuang untuk menaklukkan Pemerintahan Libya pimpinan Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang diakui PBB. 

3. Tripoli yang terkepung

Uni Emirat Arab Sebut Milisi Ekstrimis Kuasai Ibu Kota LibyaThe Japan Times

Sejak tiga minggu yang lalu, pasukan LNA sudah melancarkan serangan dan mengepung Tripoli demi menghancurkan sisa-sisa kelompok teroris dan milisi loyalis Pemerintah Libya. Melalui perintah langsung Khalifa Haftar, pasukan LNA terus menggempur Tripoli meskipun sudah mendapat peringatan dari PBB.

Pemerintah Libya yang tidak memiliki tentara sama sekali hanya dapat bertahan dan berjuang melalui dukungan sukarelawan yang membentuk milisi. Sedangkan Haftar yang merupakan mantan orang terdekat Khadafi mewarisi seluruh sisa kekuatan militer Libya setelah Perang Saudara Libya berakhir. Estimasi PBB mencatat sudah lebih dari 350 orang terbunuh dan 1.800 lainnya terluka sejak operasi penyerangan Tripoli dilancarkan LNA.

Baca Juga: Pasukan Pemberontak Kian Dekat, Ibu Kota Libya Dikepung Cekam

Karl Gading S. Photo Verified Writer Karl Gading S.

History Lovers and International Conflict Observer....

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya