5 Negara dengan Konflik Berdarah yang Terbanyak Libatkan Tentara Anak

Masa depan mereka direngut untuk pertempuran berdarah

Jakarta, IDN Times - Kekejaman dalam perang membuat setiap orang yang berada di sekitarnya akan sangat tersiksa, tidak terkecuali anak-anak. Dikutip dari Reuters, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (21/6/2021), baru saja mengeluarkan sebuah laporan tahunan.

Laporan itu menyebut pada 2020, sekitar 8.500 anak telah direkrut menjadi prajurit. Setidaknya 2.700 tentara anak dinyatakan terbunuh akibat perang yang sebagian besar berlangsung di Afrika dan Timur Tengah.

Kondisi negara yang mayoritas sedang dilanda perang saudara itu, membuat anak-anak dengan mudah direkrut oleh pihak yang tidak bertanggung jawab demi memperkuat jumlah pasukan maupun dilecehkan. 

Berikut adalah lima negara di dunia berdasarkan laporan PBB yang masih aktif menggunakan anak-anak sebagai tentara.

Baca Juga: PBB: 8.521 Anak-Anak Digunakan Sebagai Tentara pada 2020 

1. Somalia

5 Negara dengan Konflik Berdarah yang Terbanyak Libatkan Tentara AnakSuasana di sekitar salah satu wilayah yang berada di Somalia. (Unsplash.com/hajjidirir)

Sempat dipercaya dapat menjadi negara yang makmur di tanduk Afrika, Somalia harus terjerumus ke dalam perang saudara sejak 1991 hingga hari ini. Situasi itu akhirnya membuat negara tersebut terus diselemuti perang dan kekacauan. Generasi muda mereka pun terlibat berperang demi kepentingan sepihak. 

Menurut laporan dari PBB per 21 Juni 2021, terdapat 1.716 tentara anak yang masih aktif digunakan berbagai pihak yang beperang di Somalia, baik pemberontak, pemerintah, hingga kelompok teroris. Selama konflik berlangsung, sekitar 200 anak dilaporkan terbunuh dan 800 anak lainnya cacat seumur hidup.

Kondisi yang tidak terkendali ini memaksa PBB untuk mendesak pemerintah Somalia untuk melindungi generasi masa depan. PBB juga mendesak Somalia menghukum berat setiap orang yang dengan sengaja merekrut anak-anak menjadi seorang prajurit. Namun, dengan situasi negara yang tidak menentu dan lemahnya kontrol pemerintah, penggunaan tentara anak di Somalia diperkirakan akan terus berlanjut. 

2. Republik Demokratik Kongo

5 Negara dengan Konflik Berdarah yang Terbanyak Libatkan Tentara AnakPrajurit Kongo dalam operasi penumpasan pasukan pemberontak di Kongo bagian timur. twitter.com/Metricsafrica

Negara kaya dengan sumber daya alam mineral yang melimpah itu, ternyata tidak menjamin kestabilan dan keamanan yang diperlukan rakyatnya. Itulah yang terjadi di Republik Demokratik Kongo yang masih diselemuti perang saudara berdarah sejak 1996 hingga sekarang. 

Tanpa ada komitmen penuh untuk perlindungan anak di Kongo, ratusan anak terus direkrut oleh pihak pemerintah maupun pemberontak. Berdasarkan laporan PBB per 21 Juni 2021, Kongo tercatat masih memiliki 788 tentara anak yang terdiri dari 687 laki-laki dan 101 perempuan.

Pertempuran yang aktif antara pasukan pemerintah dan pemberontak membuat tentara anak serta anak-anak pada umumnya terus ikut menjadi korban. PBB mencatat sekitar 200 anak terbunuh dan 140 lainnya cacat seumur hidup. 

Kekerasan seksual juga dialami para tentara anak yang direkrut secara paksa. PBB menghitung terdapat 3.000 pelanggaran serius, seperti pelecehan dan pemerkosaan, terhadap tentara anak dan anak-anak di Kongo. Tidak ada tanggung jawab yang jelas dari Pemerintah Republik Demokratik Kongo mengenai kasus ini. 

Baca Juga: Fakta Terkini Gejolak di Republik Demokratik Kongo, Korban Berjatuhan!

3. Suriah

5 Negara dengan Konflik Berdarah yang Terbanyak Libatkan Tentara AnakPrajurit dan kendaraan tempur Pasukan Suriah. twitter.com/realsyriaa

Perang saudara yang berkecamuk di Suriah sejak 2011 antara pasukan pemerintah Suriah dan pemberontak hingga teroris, seperti ISIS, menciptakan kondisi yang sempurna untuk melibatkan anak-anak dalam pepeperangan sengit mereka.

Hal ini dibuktikan dengan informasi yang disampaikan PBB per 21 Juni 2021. Laporan resmi PBB menyebutkan terdapat 813 tentara anak yang terlibat aktif di seluruh medan perang di Suriah. Walaupun pemerintah di bawah pimpinan Presiden Bashar al Assad berhasil menguasi sebagian besar wilayah Suriah, PBB masih mencatat bahwa anak-anak tetap menjadi target dengan korban tewas hingga 512 orang dan 699 lainnya cacat seumur hidup.

Berdasarkan informasi dari PBB, sebagian besar tentara anak di Suriah memang direkrut bebas oleh kelompok teroris, seperti Tahrir Al-Sham, yang bermarkas di Provinsi Idlib sebagai benteng terakhir pemberontak Free Syrian Army (FSA). Perekrutan yang berkelanjutan ini juga menjadi alasan tingginya jumlah anak-anak yang tewas dalam pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak di sekitar Kota Idlib. 

4. Yaman

5 Negara dengan Konflik Berdarah yang Terbanyak Libatkan Tentara AnakSeorang warga Yaman meminta perang di Yaman untuk segera diakhiri. (Twitter.com/DrAbdirahmanA)

Pada awal-awal perang saudara Yaman mulai membara pada 2014, ribuan anak dikabarkan telah direkrut oleh pemberontak Houthi, demi mendukung perangnya melawan pemerintah Yaman. Komunitas internasional, secara khusus PBB, mengecam keputusan Houthi karena aksinya itu menyebabkan ratusan hingga ribuan tentara anak di Yaman menjadi korban kekejaman perang. 

Tetapi seiring berlanjutnya perang hingga hari ini, jumlah tentara anak yang masih beraksi di Yaman sudah berkurang drastis. Setidaknya per 21 Juni 2021, PBB hanya mencatat terdapat 163 tentara anak di Yaman yang sebagian besar merupakan hasil rekrutmen pemberontak Houthi.

Meskipun terlihat sedikit, tingkat korban anak-anak akibat perang yang berlarut-larut serta gencarnya serangan udara yang dilakukan Koalisi Arab Saudi. Tercatat 1.124 anak harus menjadi korban tewas dan cacat. 

Baca Juga: 5 Negara Penyumbang Prajurit Terbanyak di Afganistan, Siapa Tersisa?

5. Afganistan

5 Negara dengan Konflik Berdarah yang Terbanyak Libatkan Tentara AnakANTARA FOTO/REUTERS/Parwiz

Meskipun negosiasi damai antara Taliban dan pemerintah Afganistan masih berlanjut sampai saat ini, keduanya terus terlibat aktif dalam pertempuran skala besar maupun kecil di seluruh penjuru negeri. Pertempuran ini juga melibatkan anak-anak sebagai seorang prajurit yang dapat diandalkan. 

Berdasarkan laporan PBB yang diterbitkan per 21 Juni 2021, PBB mencatat masih terdapat 196 tentara anak yang direkrut oleh Taliban serta pemerintah Afganistan. Walaupun jumlah tentara anak mereka terlihat sedikit, namun lebih dari 700 anak di Afganistan terbunuh sebagai akibat pertempuran langsung atau tertembak secara tidak sengaja. 

Hengkangnya pasukan Amerika Serikat sedikit demi sedikit dari Afganistan, memicu pertempuran besar dalam beberapa bulan terakhir antara Taliban dan pasukan pemerintah Afganistan. Beberapa ahli mulai mengkhawatirkan kondisi ini dapat meningkatkan jumlah rekrutmen tentara anak yang dilakukan pihak Taliban maupun pemerintah Afganistan guna menyokong peperangan berdarah mereka. 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya