Menalaah Fakta Hotel Hilton Kontroversial di Xinjiang

Ketika bisnis menjadi nomor satu

Jakarta, IDN Times - Xinjiang sudah bukan wilayah asing bagi masyarakat dunia, karena sering menjadi perhatian media internasional akibat adanya indikasi penindasan yang dilakukan Pemerintah Tiongkok terhadap Masyarakat Muslim Uighur.

Beijing tidak segan mengirim ribuan sampai jutaan Masyarakat Uighur ke kamp re-edukasi hingga Tiongkok, juga dilaporkan menghancurkan banyak tempat ibadah Umat Muslim di Xinjiang.

Dikutip dari Reuters, Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang mencap aksi yang dilakukan pemerintah Tiongkok di Xinjiang sebagai genosida, sekarang mulai mendesak sebuah perusahaan hotel terkenal dari AS, yaitu Hilton, untuk menghentikan proyek pembangunan hotelnya di Wilayah Xinjiang.

Washington melihat bisnis Hilton yang membangun hotel di Daerah Xinjiang di mana mereka juga merupakan perusahaan swasta asal AS, akan mempersulit posisinya sebagai salah satu negara yang selalu mengedepankan HAM dan memperjuangkan Masyarakat Uighur.

Berikut adalah fakta-fakta terkait pembangunan Hotel Hilton di Xinjiang. 

Baca Juga: Mengukur Kekuatan Nuklir Tiongkok yang Mulai Bikin AS Kebat-Kebit

1. Dibangun di atas lahan masjid yang dihancurkan pemerintah Tiongkok

Menalaah Fakta Hotel Hilton Kontroversial di XinjiangIDN Times/Uni Lubis

Pembangunan hotel yang dilakukan perusahaan Hilton Worldwide di Xinjiang sudah sempat terungkap di media internasional sejak Juni 2021. Keputusan Hilton yang memilih Xinjiang sebagai wilayah destinasinya dicap sebagai keputusan kontroversial oleh berbagai pihak, meskipun terdapat satu alasan serius mengapa banyak yang mengecam mereka. 

Menurut hasil laporan Council on American-Islamic Relations (CAIR), sebuah manajemen hotel dengan nama Hampton yang merupakan anak perusahaan dari Hilton, dilaporkan tengah membangun hotelnya di atas lahan sebuah masjid yang sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh pemerintah Tiongkok, seperti yang dilansir dari Al Jazeera.

Sebagai salah satu wilayah di Republik Rakyat Tiongkok yang mendapat pengawasan ketat dari pemerintah, Xinjiang sedang mengalami transformasi besar-besaran untuk menjadi destinasi wisata, namun hal tersebut mereka tempuh dengan menyingkirkan tempat-tempat suci yang sudah lama menjadi bagian dari Masyarakat Uighur itu sendiri.

Kontroversi inilah yang menjadi alasan mengapa pemerintah Amerika Serikat mulai menanggapi masalah ini dengan serius, karena tindakan Hilton yang terlihat tidak menghormati kepentingan Washington secara tidak langsung dapat mencederai citra AS sebagai negara pelindung HAM. 

2. Hilton selalu menolak memberikan komentar

Menalaah Fakta Hotel Hilton Kontroversial di XinjiangReplika gedung Hotel Hampton di Tiongkok. twitter.com/KashirSamachar

Besarnya kontroversi yang sedang membebani Hilton ternyata tidak membuatnya mencoba meluruskan. Sampai hari ini, Hilton Worldwide belum sedikit pun menjelaskan alasan maupun keputusan akhir mereka dari masalah ini.

Dilaporkan Reuters, sejak munculnya laporan pembangunan hotel atas nama Hampton yang merupakan anak perusahann Hilton di Xinjiang ke publik dari awal Juni 2021, Hilton memilih terus menolak berkomentar meski sudah mendapat banyak kesempatan.

Satu-satunya pernyataan resmi yang sempat disampaikan Hilton adalah mengenai perkembangan pembangunan hotel di mana hotel yang mereka bangun di Xinjiang merupakan waralabanya yang ditangani perusahaan Tiongkok bernama Huan Peng Hotel. 

Lahan 'kosong' tempat didirikannya hotel tersebut menurut pernyataan yang disampaikan Hilton, dibeli dari lelang umum yang disediakan pemerintah Tiongkok. Dikarenakan terbatasnya informasi mengenai pembangunan hotel terkait, belum dapat dipastikan apakah hotel yang merupakan waralaba dari perusahaan Hilton itu masih dilanjutkan atau sudah dihentikan. 

3. Tiongkok sudah hancurkan sekitar 16 ribu masjid dan tempat suci di wilayah Xinjiang

Menalaah Fakta Hotel Hilton Kontroversial di XinjiangIDN Times/Uni Lubis

Kekhawatiran Tiongkok akan ekstremisme dan radikalisme di wilayah Xinjiang, membuat wilayah di Barat Tiongkok tersebut menjadi salah satu yang paling tertutup dan termiliterisasi. Meskipun warga lokal hingga asing tetap diizinkan mengunjungi Xinjiang, tetapi sudah banyak hal yang dilakukan Beijing demi mengontrol penuh kawasan itu.

Melansir Reuters, berdasarkan laporan dari Congressional-Executive Commission on China yang merupakan salah satu cabang dari pemerintahan federal AS, mereka menjelaskan bahwa sekitar 16 ribu masjid dan tempat suci di wilayah Xinjiang yang memiliki kaitan dengan masyarakat Uighur, telah dirusak atau dihancurkan otoritas Tiongkok.

Penghancuran masjid-masjid itu sering kali tertangkap kamera karena Beijing tidak pernah menyangkal apabila mereka menghancurkan masjid di berbagai wilayah di Tiongkok, secara khusus Xinjiang. Pemerintah Tiongkok berdalih bahwa alasan mereka menghancurkan masjid tersebut diakibatkan ketidakjelasan izin pembangunan yang dimiliki. 

Baca Juga: Selandia Baru: Ada Pelanggaran HAM Berat di Xinjiang

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya