Taktik Perang Taliban hingga Menangkan Pertempuran di Afghanistan

Strategi tempur akhirnya mengalahkan persenjataan modern

Jakarta, IDN Times - Kemenangan Taliban di Afghanistan merupakan sebuah momen sejarah yang kembali berulang. Taliban ternyata sukses menggulingkan pemerintahan Afghanistan dalam kepemimpinan Presiden Ashraf Ghani secara kilat, jauh lebih cepat dari perkiraan intelijen Amerika Serikat.

Situasi ini sama seperti para penduhulu mereka menang melawan amukan militer Uni Soviet yang menginvasi selama 10 tahun. Sejumlah pihak mempertanyakan bagaimana kekuatan tempur yang jauh lebih kecil dan tanpa alutsista militer modern, dapat memenangkan pertempuran melawan militer yang terlatih.

Taliban membuktikan bahwa kekuatan tempur yang diatur dengan strategi dan semangat juang yang jauh lebih efektif ketimbang militer Afghanistan yang didanai puluhan miliar dolar AS.

Seperti apa strategi tempur para pejuang Taliban hingga akhirnya kembali menguasai Afghanistan. 

Baca Juga: Bagaimana Masa Depan Afghanistan di Tangan Taliban? Ini Kata Pakar HI

1. Isolasi tentara Afghanistan

Taktik Perang Taliban hingga Menangkan Pertempuran di AfghanistanPasukan militer Afghanistan. (Twitter.com/978KazoFM)

Strategi tempur pertama yang dilakukan Taliban sebenarnya sudah terlebih dahulu dipraktikan oleh pejuang Mujahidin ketika Uni Soviet menginvasi. Taktik isolasi merupakan sebuah teknik pertempuran yang mencoba menghalangi pergerakan musuh untuk berpindah secara bebas dan bahkan mendapatkan bala bantuan. 

Dikutip dari Atlantic Council, pejuang Taliban yang sadar mereka tidak dapat menyerang langsung militer Afghanistan secara frontal, memilih untuk mengisolasi daerah-daerah atau posisi pertahanan milik militer Afghanistan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menghancurkan kesatuan-kesatuan tempur militer Afghanistan yang memang tersebar luas sehingga sangat mudah untuk dikepung.

Taktik yang diimplementasikan oleh Taliban ini terbukti sukses. Banyak pangkalan militer dan pos keamanan milik militer Afghanistan yang terisolasi, tidak mendapatkan bantuan makanan, minuman, dan peluru. Kondisi ini kemudian memaksa pihak militer untuk memilih antara dua pilihan, menyerah tanpa syarat ke Taliban atau menegosiasikan penarikan mundur pasukan mereka.    

2. Menyerang psikologi prajurit Afghanistan dengan teror dan ancaman

Taktik Perang Taliban hingga Menangkan Pertempuran di AfghanistanHumvee milik Pasukan Khusus Afghanistan terlihat hancur selama bentrokan hebat dengan Taliban selama misi penyelamatan seorang perwira polisi yang dikepung di sebuah pos pemeriksaan, di provinsi Kandahar, Afghanistan, Selasa (13/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui.

Perang tidak dapat dilanjutkan apabila prajurit mulai memilih untuk berhenti berperang. Itulah kondisi yang terjadi di Afghanistan sejak beberapa minggu lalu sebelum Taliban menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul. Ratusan hingga ribuan prajurit Afghanistan memutuskan untuk meletakkan senjata mereka dan membiarkan pejuang Taliban terus bergerak maju.

Melansir Gandhara, untuk mencapai posisi ini, Taliban memang banyak menginvestasikan strategi tempurnya melalui aksi teror dan ancaman yang menyerang psikologi prajurit Afghanistan. Serangan bom improvised explosive device (IED), teks sms ancaman pembunuhan, dan aksi pembunuhan terhadap beberapa prajurit, seperti pilot dan perwira tinggi. Teknik semacam ini marak terjadi di Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi kunci strategi Taliban. 

Taktik yang diterapkan Taliban itu secara langsung menyerang moral prajurit Afghanistan hingga dengan mudah meletakkan senjata. Situasi ini dialami militer Afghanistan dari hari ke hari. Kondisi ini diperburuk dengan ketidakpastian gaji yang seharusnya mereka dapatkan dari pemerintah. Semua itu membuat sebagian besar prajurit berdamai dengan Taliban daripada melanjutkan pertempuran.

Baca Juga: Jangan Sembrono, Ini 3 Sikap Ideal RI Merespons Taliban di Afghanistan

3. Menggunakan diplomasi untuk mengulur waktu

Taktik Perang Taliban hingga Menangkan Pertempuran di AfghanistanMenlu Qatar Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani bertemu dengan Kepala Politik Taliban (www.twitter.com/@MofaQatar_EN)

Keputusan Amerika Serikat berdamai dengan Taliban menjadi titik awal bagaimana diplomasi membantu pejuang Taliban memenangkan pertempuran di Afghanistan. Dengan disetujuinya dialog damai, para pimpinan Taliban dapat menuntut pemerintah Afghanistan untuk melepaskan para tawanan perang, pejuang mereka yang kemudian akan kembali dipersenjatai.

Tidak hanya itu, diplomasi dan negosiasi damai yang dilakukan kedua belah pihak juga memberikan Taliban banyak waktu untuk memperkuat posisinya. Ini juga memungkinkan mereka mempersiapkan serangan yang lebih dahsyat terhadap posisi militer Afghanistan, seperti yang dilansir Atlantic Council

Dengan berbagai strategi ini, Taliban tidak terhentikan. Dengan kedudukannya yang jauh lebih kuat dibandingkan pemerintah Afghanistan, Taliban tidak perlu terlalu perlu memaksa untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sekarang, semua itu berhasil dibuktikannya dengan kemenangan gemilang atas pemerintah Afghanistan setelah hampir 20 tahun berperang.

Baca Juga: Fakta-Fakta Taliban: Sejarah 'Pelajar' Mengangkat Senjata

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya