AS Kirim Jet Tempur ke Timur Tengah untuk Antisipasi Serangan Iran
Intinya Sih...
- AS meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah untuk membantu pertahanan Israel dari serangan Iran dan sekutunya.
- Penguatan kehadiran militer AS meliputi pengiriman skuadron jet tempur, kapal induk, kapal perusak, penjelajah, dan sistem pertahanan rudal balistik.
- Situasi tegang di Timur Tengah dipicu oleh pembunuhan pemimpin Hamas dan Hizbullah, memicu ancaman pembalasan Iran dan reaksi internasional.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) mengumumkan peningkatan kehadiran militernya di Timur Tengah pada, Jumat (2/8/2024). Langkah ini dilakukan dengan mengirim skuadron jet tempur dan mempertahankan kapal induk di wilayah tersebut. Keputusan ini diambil untuk membantu pertahanan Israel dari kemungkinan serangan Iran dan sekutunya serta melindungi pasukan AS di kawasan itu.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengeluarkan perintah penempatan aset militer tambahan ke wilayah Eropa dan Timur Tengah. Langkah ini merupakan realisasi janji Presiden Joe Biden kepada PM Israel Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan perlindungan terhadap ancaman serangan rudal balistik dan drone.
1. AS kirim jet tempur, kapal induk dan sistem pertahanan rudal
Penguatan kehadiran militer AS di Timur Tengah meliputi beberapa langkah strategis. Pertama, pengiriman skuadron jet tempur ke wilayah tersebut. Meski demikian, Pentagon belum mengungkapkan detail mengenai asal atau lokasi penempatan skuadron baru ini.
Kedua, AS akan mengirim kelompok serang kapal induk USS Abraham Lincoln ke Timur Tengah. Kapal ini akan menggantikan USS Theodore Roosevelt yang saat ini berada di Teluk Oman. Langkah ini menunjukkan komitmen AS untuk mempertahankan kehadiran kapal induk secara konsisten di wilayah tersebut.
"Austin telah memerintahkan penyesuaian postur militer AS yang dirancang untuk meningkatkan perlindungan pasukan AS, meningkatkan dukungan untuk pertahanan Israel, dan memastikan AS siap merespons berbagai kemungkinan," ujar juru bicara Pentagon, melansir dari The Guardian.
Selain itu, AS juga akan menempatkan kapal perusak dan penjelajah tambahan yang mampu menangkal rudal balistik ke wilayah Eropa dan Timur Tengah. Langkah terakhir adalah rencana penempatan sistem pertahanan rudal balistik berbasis darat tambahan, seperti Patriot atau THAAD di kawasan tersebut.
Baca Juga: Masjid Istiqlal Gelar Salat Gaib untuk Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
2. Timur Tengah memanas pasca tewasnya pemimpin Hamas dan Hizbullah
Editor’s picks
Peningkatan kehadiran militer AS di Timur Tengah tidak terlepas dari situasi keamanan yang semakin tegang di kawasan tersebut. Pemimpin AS khawatir tentang meningkatnya kekerasan di Timur Tengah sebagai respons terhadap serangan Israel baru-baru ini terhadap pemimpin Hamas dan Hizbullah.
Pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Tehran pada Rabu dan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Beirut sehari sebelumnya telah memicu ancaman pembalasan dari Iran dan sekutunya. Iran secara terbuka mengancam akan membalas pembunuhan Haniyeh. Mereka melemparkan tuduhan kepada Israel yang harus bertanggung jawab atas insiden tersebut.
"Kami berada dalam keadaan kesiapsiagaan yang sangat tinggi untuk skenario apa pun," kata Netanyahu.
Pemerintah Israel bahkan telah memberikan telepon satelit kepada para menteri sebagai antisipasi jika pembalasan Iran melumpuhkan sistem komunikasi. Gedung Putih menegaskan kembali komitmen Joe Biden terhadap keamanan Israel menghadapi ancaman dari Iran dan kelompok teroris proksinya, termasuk Hamas, Hizbullah, dan Houthi. Namun, Biden juga menyatakan bahwa pembunuhan Haniyeh tidak membantu upaya perdamaian di kawasan tersebut.
3. Reaksi internasional atas ketegangan di Timur Tengah
Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah telah memicu reaksi dari berbagai pihak. Beberapa maskapai penerbangan besar, termasuk Lufthansa, Delta, dan Air India, telah membatalkan penerbangan ke Tel Aviv atau Beirut sebagai langkah pencegahan.
Pemerintah Prancis juga telah mendesak warganya untuk meninggalkan Iran. Sementara Siprus memperluas rencana untuk mendukung evakuasi besar-besaran dari wilayah tersebut jika perang meluas. Siprus sebelumnya pernah membantu puluhan ribu orang meninggalkan kawasan tersebut selama perang antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.
Di tengah situasi yang semakin tegang, upaya diplomasi terus dilakukan. Delegasi Israel direncanakan akan melakukan perjalanan ke Kairo dalam beberapa hari mendatang. Perjalanan itu bermaksud untuk melangsungkan negosiasi gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.
Namun, pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menanggapi pengumuman tersebut dengan skeptis.
"Netanyahu tidak ingin menghentikan perang dan menggunakan pernyataan kosong ini untuk menutupi kejahatannya dan menghindari konsekuensinya," ujar Zuhri.
Baca Juga: Iran Tuding Israel Dalang Tewasnya Ismail Haniyeh
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.