AS Minta Dunia Jangan Percaya Pemilu yang Diadakan Junta Myanmar

AS berusaha menekan pemerintahan junta Myanmar

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat menyerukan agar dunia tidak memercayai pemilihan umum yang akan diselenggarakan pemerintahan junta Myanmar. Pernyataan keras tersebut disampaikan oleh Penasihat Departemen Luar Negeri AS, Derek Chollet pada Kamis (22/9/2022).

Chollet merupakan diplomat yang memimpin diplomasi AS di Myanmar selama Sidang Majelis Umum PBB ke-77.

"Saya mengatakan kepada mereka bahwa kami tidak melihat peluang bahwa pemilihan ini bisa bebas dan adil, mengingat fakta bahwa rezim tidak menguasai sebanyak setengah wilayah, Anda memiliki tahanan politik yang dikurung dan dibunuh, dan Aung San Suu Kyi pada dasarnya dalam isolasi dan tidak ada yang melihatnya selama 20 bulan," kata Chollet, dikutip dari Channel News Asia.

Baca Juga: Malaysia Dorong ASEAN Punya Kerangka Jelas untuk Myanmar 

1. AS cari cara untuk tambah tekanan pada Junta Myanmar

Saat ini, Amerika Serikat sedang mencari cara untuk menambah tekanan pada junta Myanmar. Salah satu cara yang sedang dipertimbangkan adalah dengan mengusulkan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Meskipun, Chollet mengatakan, upaya tersebut masih dalam tahap awal dan belum memiliki kejelasan. Chollet juga mengakui, upaya tersebut memiliki tantangan besar. Karena, militer Myanmar memiliki Rusia dan China sebagai sekutunya yang memiliki hak veto untuk memblokir resolusi Dewan Keamanan.

"Kami pikir kami harus realistis dalam semua masalah tentang seberapa jauh Rusia dan China bersedia membiarkan Dewan mengambil tindakan," kata Chollet.

"Kami pikir itu penting untuk dicoba," tambahnya.

Baca Juga: Imbas Krisis Energi, Junta Myanmar Beli Minyak dari Rusia

2. Kecam pemerintahan brutal junta Myanmar

Chollet juga menyampaikan kecaman atas tindakan represif junta Myanmar. Ia mengutuk serangan udara yang menewaskan 11 siswa sekolah dan ekskekusi terhadap 4 tahanan politik terkemuka pada Juli lalu.

Junta Myanmar berhasil melakukan kudeta yang menggulingkan pemerintahan sah yang dipimpin Aung San Suu Kyi pada Februari 2021. Junta menuduh adanya kecurangan pada pemilihan umum yang memenangkan partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi. 

Sejak saat itu, aksi protes merebak di penjuru Myanmar untuk menuntut dikembalikannya pemerintahan sipil. Menurut laporan Assistance Association For Political Prisoners (AAPP), tindakan represif Junta Myanmar telah menewaskan lebih dari 2.300 orang sejak kudeta.

Baca Juga: Junta Myanmar Terancam Masuk ke Daftar Hitam Investasi Global

3. AS salurkan bantuan Rp2,5 triliun bagi warga Rohingya

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengumumkan pada Kamis (22/9/2022), AS telah menyalurkan bantuan kemanusiaan tambahan bagi etnis Rohingya yang berada di luar maupun di dalam Myanmar. Bantuan kemanusiaan tersebut total bernilai 170 juta dolar AS atau setara Rp2,5 triliun.

Sekitar 138 juta dolar AS akan dialokasikan untuk program kemanusiaan di Bangladesh. Program tersebut akan menyasar 940 ribu pengungsi Rohingya dan 540 ribu anggota masyarakat tuan rumah di Bangladesh.

Dana tersebut akan digunakan untuk penyediaan makanan, air minum yang aman, perawatan kesehatan, perlindungan, pendidikan, tempat tinggal dan dukungan psikososial. Dengan penyaluran bantuan terbaru ini, total bantuan kemanusiaan AS tercatat telah mencapai 1,9 miliar dolar AS sejak Agustus 2017, dilansir dari Channel News Asia.

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya