Donald Trump Jadi Dukung Mobil Listrik usai Dapat Restu Elon Musk 

Donald Trump sebelumnya sering mengkritik mobil listrik

Intinya Sih...

  • Donald Trump mendukung mobil listrik setelah dukungan dari Elon Musk.
  • Meski pernah mengkritik, Trump berjanji akan menghapus kebijakan Biden yang mendorong penggunaan mobil listrik jika terpilih kembali sebagai presiden.
  • Industri mobil listrik di AS terus berkembang, meski masih ada hambatan seperti harga yang mahal dan kurangnya infrastruktur pengisian.

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejutkan publik dengan pernyataan dukungannya terhadap mobil listrik. Trump mengaku mengambil sikap ini setelah ia mendapat dukungan dari CEO Tesla, Elon Musk.

"Saya mendukung mobil listrik. Saya harus begitu karena Elon mendukung saya dengan sangat kuat," ujar Trump dalam pidatonya di Atlanta, Georgia, Sabtu (3/8/2024).

Pernyataan ini kontras dengan sikap Trump sebelumnya yang kerap mengkritik mobil listrik dan industri kendaraan listrik (EV). Meski demikian, Trump tetap berpendapat bahwa mobil listrik hanya cocok untuk sebagian kecil populasi.

"Anda ingin memiliki mobil berbahan bakar bensin. Anda ingin memiliki hybrid. Anda ingin memiliki segala jenis mobil," tambahnya, menegaskan bahwa ia masih ingin melihat berbagai jenis kendaraan tersedia di pasar.

Baca Juga: Donald Trump atau Kamala Harris Jadi Presiden AS, Dolar Tetap Menguat

1. Hubungan Trump-Musk pengaruh sikap Trump terhadap mobil listrik

Perubahan sikap Trump terhadap mobil listrik tidak terlepas dari dukungan yang ia terima dari Elon Musk. Melansir dari The Guardian, Musk telah menyatakan dukungannya agar Trump kembali ke Gedung Putih.

Meski demikian, Musk membantah laporan yang menyebutkan ia berencana mendonasikan 45 juta dolar AS (sekitar Rp728 miliar) per bulan untuk Super PAC yang berfokus pada pemilihan Trump. Ia enggan mengklarifikasi berapa banyak yang ia rencanakan untuk didonasikan.

Trump berjanji akan menghapus kebijakan Biden yang mendorong penggunaan mobil listrik jika ia terpilih kembali sebagai presiden. Ia menyebut kebijakan tersebut sebagai kebijakan gila meski sebenarnya tidak ada aturan yang mewajibkan penggunaan mobil listrik.

Kebijakan yang ada hanyalah pengetatan aturan polusi kendaraan yang diharapkan dapat membuat mobil listrik lebih menarik, serta undang-undang yang memberikan potongan pajak bagi pembeli mobil listrik baru.

2. Tantangan industri mobil listrik di AS

Terlepas dari kritik Trump, industri mobil listrik di AS terus berkembang. Tahun lalu penjualan mobil listrik di AS mencapai 1 juta unit untuk pertama kalinya. Analis memperkirakan angka ini akan terus meningkat tahun ini. Pertumbuhan diperkirakan akan mendekati titik di mana bahkan penarikan dukungan pemerintah tidak akan memperlambat pertumbuhan penjualan.

Namun, masih ada beberapa hambatan untuk adopsi mobil listrik secara luas. Di antaranya adalah harga mobil listrik yang relatif lebih mahal dibandingkan model bensin dan diesel, kurangnya infrastruktur pengisian, serta masalah rantai pasokan.

Meski begitu, mobil listrik memiliki sejumlah keunggulan.

"Mereka lebih senyap, lebih cepat, dan lebih menyenangkan untuk dikendarai. Mereka tidak memiliki emisi knalpot yang mengotori jalan raya dan lingkungan. Biaya perbaikan dan perawatan hampir tidak ada," Senator Demokrat, Sheldon Whitehouse, yang juga memiliki dua Chevy Bolt.

Advokat lingkungan juga mengingatkan bahwa transportasi adalah sumber emisi gas rumah kaca terbesar di AS, serta pusat polusi udara yang mematikan. Mereka berpendapat bahwa lebih banyak yang perlu dilakukan untuk mengalihkan warga AS dari mobil berbahan bakar bensin atau bahkan meninggalkannya secara total.

Baca Juga: Trump Geram Serikat Pekerja Otomotif AS Lebih Pilih Kamala Harris

3. Trump klaim AS perlu Rp125 kuadriliun untuk membangun fasilitas pengisian mobil listrik

Donald Trump Jadi Dukung Mobil Listrik usai Dapat Restu Elon Musk Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)

Salah satu kritik utama Trump terhadap industri mobil listrik adalah soal infrastruktur pengisian. Ia mengklaim bahwa dibutuhkan 9 triliun dolar AS (Rp145 kuadriliun) untuk membangun jaringan pengisian mobil listrik. Namun, angka ini tidak pernah disebut oleh industri atau Gedung Putih.

Melansir dari Business Insider, Trump sebenarnya memberikan estimasi yang tidak konsisten. Di konferensi bitcoin Juli lalu, ia menyebut angka 12 triliun dolar AS. Di rapat umum North Carolina pada 24 Juli, ia menyebut 5 triliun dolar AS. Dan di Atlanta pada Sabtu lalu, ia menyebut 9 triliun dolar AS.

Sementara, pemerintahan Biden telah berjanji membangun 500.000 pengisian, meski jumlah ini masih jauh di bawah kebutuhan sekitar 28 juta unit. Untuk mendukung ini, Undang-undang Investasi dan Pekerjaan Infrastruktur bipartisan tahun 2021 menyediakan dana sebesar 7,5 miliar dolar AS (Rp121 triliun) untuk membantu pembayaran ribuan pengisian EV di seluruh negeri.

Meski demikian, proses pembangunan ini terbilang lambat. Situs pelacakan infrastruktur Gedung Putih menunjukkan bahwa baru 15 stasiun pengisian yang telah dipasang sejauh ini. Politico mengutip analisis dari firma riset Atlas Public Policy yang menunjukkan bahwa stasiun-stasiun tersebut menerima rata-rata 770.000 dolar AS (Rp12 miliar) per unit dalam pendanaan federal.

Baca Juga: Di Mukernas Perindo, Hary Tanoe Ngaku Kenal Baik Donald Trump

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya