Harga Pangan Naik 300 Persen, Demonstrasi Besar Terjadi di Iran

Iran dilanda gelombang protes akibat kenaikan harga makanan

Jakarta, IDN Times - Pihak berwenang Iran telah menahan 22 orang yang terlibat dalam unjuk rasa untuk memprotes kenaikan harga bahan makanan. Di antaranya, 15 orang ditangkap pada Kamis (12/5/2022) di kota barat daya Dezful di provinsi Khuzestan, serta tujuh lainnya di kota Yasuj di Provinsi Kohgiluyeh-Boyerahmad di selatan, dilansir dari Associated Press.

1. Gelombang protes melanda Iran

Protes pecah di Iran sejak Kamis (12/5/2022), setelah pemerintah Iran mengumumkan pemotongan subsidi pada bahan makanan. Pemotongan subsidi tersebut mengakibatkan harga bahan pangan seperti, minyak goreng, ayam, telur dan susu melonjak hingga 300 persen.

Dalam video yang beredar di media sosial, pengunjuk rasa terlihat berbaris melalui Dezful dan Mahshahr di provinsi barat daya Khezestan, meneriakkan "Matilah Khamenei! Mati Raisi!"

Ini merupakan wujud dari kekecewaan rakyat Iran atas gagalnya pemenuhan janji Presiden Iran, Ebrahim Raisi, untuk menciptakan lapangan kerja, mencabut sanksi ekonomi, dan menyelamatkan perekonomian Iran.

Video lain diunggah oleh Dewan Nasional Perlawanan Iran (NRCI), sebuah kelompok oposisi pemerintah, memperlihatkan pengunjuk rasa yang membakar pangkalan militer Basij di Jooneghan, sebuah kota di Distrik Pusat Kabupaten Jooneghan, dilansir dari Fox News.

Sedangkan di provinsi Khuzestan, sekitar 200 orang berkumpul untuk berunjuk rasa. Petugas pemadam kebakaran terluka ketika demonstran melempari mereka dengan batu. Kantor berita IRNA, menlaporkan bahwa keadaan mulai tenang pada Jumat (13/5/2022), dilansir dari Associated Press.

Baca Juga: Inggris Dakwa Warga Iran atas Penyelundupan Manusia dengan Perahu

2. Warga Iran panic buying

Akibat pengumuman itu, warga Iran berbondong-bondong menggeruduk tempat perbelanjaan. Panic buying melanda Iran beberapa jam sebelum kebijakan tersebut diterapkan. 

Warga menyerbu toko-toko dan memasukkan barang-barang pokok ke dalam kantung plastik besar. Antrean panjang juga tampak di depan toko-toko di Teheran.

"Demo semacam ini sering terjadi di Iran. Walaupun memiliki premis yang berbeda-beda, pesannya tetap sama. Mereka memprotes rezim yang brutal," kata Lisa Daftari, pakar asal Iran dan pemimpin redaksi Foreign Desk. 

"Ini juga merupakan bukti bahwa protes tidak lagi hanya terjadi di Teheran atau daerah perkotaan lain. Kali ini protes terjadi di daerah-daerah pedesaan oleh masyarakat Iran yang sangat luas dan beragam," tambahnya, dilansir dari Fox News.

3. Perekonomian Iran terpukul akibat Perang Rusia-Ukraina

Perekonomian Iran yang telah terseok-seok akibat kekeringan dan sanksi ekonomi negara barat atas program nuklir Iran, diperparah dengan dampak dari Perang Rusia-Ukraina.

Pasokan bahan pangan Iran telah terhambat akibat perang tersebut. Iran mengimpor setengah kebutuhan minyak gorengnya dari Ukraina dan setengah kebutuhan gandumnya dari Rusia. Maraknya penyelundupan roti bersubsidi ke Irak dan Afghanistan juga ikut andil dalam kekacauan ekonomi ini.

Iran telah mengalami inflasi hingga 40 persen. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 1994. Angka pengangguran juga meroket dan Pusat Statistik Iran mencatat sekitar 30 persen rumah tangga hidup dibawah garis kemiskinan, dilansir dari Associated Press.

Baca Juga: Iran Disebut Kirim Rudal Buat Rusia via Milisi Syiah di Irak

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya