Lawan Propaganda Kremlin, YouTube Hapus Ribuan Video Pro-Invasi Rusia

YouTube larang konten yang membenarkan invasi Rusia

Jakarta, IDN Times - YouTube telah menghapus lebih dari 70 ribu video dan 9 ribu channel yang berhubungan dengan perang di Ukraina, karena dianggap melanggar pedoman konten. 

Di antara yang dihapus adalah konten pro-Rusia yang menarasikan invasi yang dimulai sejak 24 Februari 2022 itu sebagai misi pembebasan. Tindakan ini dianggap menyangkal dan meremehkan kerusakan invasi serta melanggar kebijakan YouTube mengenai peristiwa kekerasan besar.

Sejak Rusia memulai invasinya, YouTube telah menghapus dan menangguhkan beberapa channel pro-Kremlin. Di antaranya ada, penghapusan channel  jurnalis pro-Kremlin Vladimir Solovyov dan penangguhan sementara channel yang terafiliasi dengan Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri Rusia.

Beberapa channel tersebut dianggap kerap melancarkan propaganda dengan narasi yang membenarkan invasi Rusia.

1. Tanggapan pihak YouTube

Kepala produk YouTube, Neal Mohan, mengatakan bahwa konten pro-Rusia yang dihapus tersebut melanggar kebijakan perusahaan mengenai perstiwa kekerasan besar. Perang di Ukraina dianggap sebagai peristiwa kekerasan besar oleh YouTube, sama seperti peristiwa Holocaust dan Sandy Hook.

YouTube menganggap tindakan ini perlu dilakukan untuk memastikan setiap orang yang mencari informasi tentang perang di Ukraina mendapat informasi yang akurat, berkualitas, dan kredibel. 

YouTube tidak memberikan rincian konten dan saluran yang dihapus, tetapi Mohan mengatakan sebagian besar konten yang dihapus mewakili narasi Kremlin tentang invasi.

“Saya tidak memiliki angka spesifik, tetapi Anda dapat membayangkan banyak dari itu adalah narasi yang datang dari pemerintah Rusia, atau aktor Rusia atas nama pemerintah Rusia,” kata Neal Mohan, dilansir The Guardian.

Baca Juga: Pidato di Parlemen Ukraina, Presiden Polandia: Rusia Pasti Akan Kalah!

2. YouTube masih beroperasi di Rusia

YouTube memutuskan untuk tetap beroperasi di Rusia walaupun kerap menentang tindakan Rusia ke Ukraina. Namun, YouTube tidak lagi mengizinkan iklan di platform negara tersebut. 

YouTube adalah salah satu platform media sosial yang populer di Rusia dengan 90 juta pengguna. Keputusan YouTube untuk mempertahankan layanan di Rusia ditentang oleh tokoh oposisi terbesar rezim Putin, Alexei Navalny yang khawatir Putin dapat menggunakan platform tersebut untuk menyebar propaganda.

Keputusan YouTube mempertahankan layanannya di Rusia, di saat banyak perusahaan yang menarik diri dari negara itu, adalah untuk menyediakan informasi kredibel bagi warga Rusia.

“YouTube tetap menjadi situs berbagi video terbesar yang ada di Rusia. Jadi, YouTube adalah tempat di mana warga Rusia bisa mendapatkan informasi tanpa sensor tentang perang. Kami tetap menjadi platform penting bagi warga Rusia sendiri karena krisis ini terus berkembang," tutur Mohan. 

3. Rusia tidak akan blokir YouTube

Lawan Propaganda Kremlin, YouTube Hapus Ribuan Video Pro-Invasi RusiaIlustrasi Istana Kremlin. (unsplash.com/Paul_G)

Meskipun sering terlibat perselisihan, pemerintah Rusia memutuskan untuk tidak memblokir YouTube. Pemblokiran terhadap YouTube dikhawatirkan dapat merugikan jutaan pengguna aktifnya di Rusia.

“Kami tidak berencana menutup YouTube. Di atas segalanya, ketika kami membatasi sesuatu, kami harus memahami dengan jelas bahwa pengguna kami tidak akan menderita”, kata Menteri Pengembangan Digital Rusia, Maksut Shadaev.

Namun, pemerintah Rusia telah memblokir Facebook dan Instagram serta membatasi akses ke Twitter. Tindakan ini diambil sebagai balasan Rusia atas larangan platform tersebut terhadap media milik negara Rusia.

Baca Juga: Wali Kota di Ukraina Antek Rusia Terluka Akibat Serangan Bom

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya