Pemerintah Bayangan Myanmar: Kami Juga Butuh Senjata Seperti Ukraina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemimpim pemerintah bayangan Myanmar meminta bantuan senjata ke negara Barat untuk hadapi junta militer. Myanmar dikatakan juga membutuhkan bantuan senjata seperti Ukraina, yang sedang berjuang melawan Rusia.
Saat ini, kelompok pro demokrasi Myanmar sedang berjuang memerangi junta militer, yang mengambil alih pemerintahan dengan melancarkan kudeta terhadap pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021.
1. Myanmar butuh lebih dari sekadar dukungan moral
Permintaan untuk bantuan senjata itu disampaikan oleh Yee Mon, menteri pertahanan National Unity Government's (NUG). NUG adalah pemerintahan bayangan yang didirikan oleh para tokoh pro demokrasi untuk menandingi pemerintahan junta militer Myanmar.
Yee Mon menyampaikan, saat ini rakyat Ukraina dan milisi pro demokrasi Myanmar sama-sama sedang berjuang untuk kebebasan mereka.
Namun, Yee Mon mengatakan bahwa Myanmar hanya mendapat dukungan moral dari komunitas internasional dan itu dirasa tidak cukup.
"Sikap komunitas internasional untuk Myanmar adalah dukungan moral bagi kami dan kami berterima kasih untuk itu. Kami akan jauh lebih menghargai jika kami mendapatkan dukungan fisik seperti senjata dan dana," kata Yee Mon, dikutip dari Reuters.
Baca Juga: Uni Eropa Janji Gak Akan Tinggalkan Ukraina Tanpa Senjata dan Uang
2. Akan akhiri revolusi secepatnya
Editor’s picks
Bantuan sejata untuk para militan pro demokrasi Myanmar diyakini dapat segera menagakhiri revolusi di Myanmar. Hal ini akan meminimalkan jatuhnya korban dan hilangnya harta benda rakyat.
Saat ini, Myanmar mengalami kekacauan akibat kudeta yang dilancarkan junta militer Myanmar pada awal tahun lalu. PBB memmengatakan, lebih dari 560 ribu rakyat Myanmar mengungsi akibat pertempuran, dilansir dari Channel News Asia.
3. Pejuang demokrasi Myanmar kekurangan senjata mumpuni
NUG, aliansi kelompok anti-junta, mendeklarasikan "perang defensif rakyat" di pedesaan-pedesaan Myanmar sejak tahun lalu. Ini dilakukan untuk menahan upaya junta militer yang berusaha mengkonsolidasikan kekuasaan di Myanmar.
Namun, para pejuang demokrasi hanya memiliki persenjataan sederhana seperti, senapan yang belum sempurna dan bom rakitan sendiri.
Sedangkan, junta militer memiliki persenjataan yang lebih mumpuni. PBB menuduh junta militer Myanmar menggunakan senjata berat dan serangan udara untuk untuk menekan perlawanan.
Selama berbulan-bulan, junta militer melancarkan tindakan represif keras terhadap protes pro-demokrasi. Mereka juga mencap kelompok NUG sebagai teroris.
Pernyataan Yee Mon ini datang beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri NUG, Zin Mar Aung, mengadakan pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Wendy Sherman dan Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah di Amerika Serikat.
Baca Juga: Kondisi Terkini di Ukraina: Rusia Rebut Mariupol, Milisi Kiev Nyerah
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.