Dipecat Sebagai Dubes Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun Akan Melawan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Duta besar Myanmar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kyaw Moe Tun, dicopot dari jabatannya sehari setelah pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB yang mengecam kudeta militer di negaranya beberapa waktu belakangan. Kyaw Moe Tun dinilai telah mengkhianati negara oleh junta militer Myanmar.
Namun, Kyaw Moe Tun mengatakan akan tetap melawan. "Saya memutuskan untuk melawan selama saya bisa," ujar Kyaw Moe Tun dikutip dari Channel News Asia, Minggu (28/2/2021).
Baca Juga: 6 Demonstran Tewas Ditembak Polisi di Myanmar, Wartawan Juga Ditahan
1. PBB belum resmi mengakui junta militer Myanmar sebagai pemerintahan baru
Meski telah dipecat oleh Junta Militer, namun PBB belum secara resmi menerima junta militer Myanmar sebagai pemerintahan baru lantaran belum ada pengumuman resmi yang diterima PBB.
Oleh sebab itu, bagi PBB Kyaw Moe Tun masih tetap menjadi duta besar Myanmar untuk PBB hingga saat ini.
"Kami belum menerima komunikasi apapun terkait pergantian representasi Myanmar di PBB," ujar Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric.
2. Kyaw Moe Tun menentang militer yang menguasai Myanmar
Editor’s picks
Dalam pidato di Majelis Umum PBB pada Jumat (26/2/2021), Kyaw Moe Tun mengeluarkan permohonan agar dunia segera membantu membatalkan kudeta militer di Myanmar.
Militer telah melakukan kudeta di Myanmar dan memimpin negara itu pada 1 Februari.
“Kami membutuhkan tindakan sekuat mungkin dari komunitas internasional untuk segera mengakhiri kudeta militer, menghentikan penindasan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, mengembalikan kekuasaan negara kepada rakyat, dan memulihkan demokrasi,” katanya dalam pidato itu.
3. Kudeta militer Myanmar
Kudeta oleh militer terjadi di Myanmar pada 1 Februari, di mana pada hari tersebut militer Myanmar melakukan penggeledahan dan menangkap Aung San Suu Kyi, pemimpin Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) yang memenangkan pemilu di Myanmar, dan tokoh senior lainnya dari partai yang berkuasa.
Setelahnya, militer Myanmar yang telah memimpin Myanmar selama puluhan tahun hingga 2011, menyatakan mengambil alih kekuasaan negara selama setahun. Mereka kemudian mengumumkan Wakil Presiden U Myint sebagai penjabat presiden.
Kudeta itu terjadi karena militer menganggap pemilu yang dimenangkan Suu Kyi diliputi kecurangan. Suu Kyi sendiri telah ditahan di rumahnya di ibu kota sejak kudeta terjadi.
Namun, akibat hal tersebut, demo telah pecah di Myanmar dan hari ini menandai hari ke-21 berturut-turut demo terjadi di negara itu.
Sebagai antisipasi karena kerusuhan terus berlanjut, para pemimpin militer telah memberlakukan jam malam yang membatasi penggunaan internet.
Baca Juga: Ini Alasan Thailand Tak Ingin Kudeta Myanmar Diintervensi Asing