Biden Berencana Cabut Izin Mega Proyek AS-Kanada

Pada 2015 Obama sempat hentikan proyek Pipa Keystone

Washington, D. C, IDN Times — Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berencana untuk mencabut izin mega proyek pipa minyak mentah atau crude oil yang membentang sepanjang 1947 kilometer dari wilayah Alberta, Kanada hingga Nebraska, Amerika Serikat. Proyek senilai 9 miliar dollar AS atau sekitar Rp126 triliun telah dikerjakan sejak tahun 2008 dan saat ini telah memasuki fase keempat.

1. Bagian dari tindakan eksekutif Biden 

Tim Biden telah mengumumkan rencana untuk menandatangani lusinan perintah eksekutif dalam beberapa hari awal setelah resmi dilantik menjadi presiden Amerika Serikat (AS) ke-46. Melansir dari CBC News, kata-kata "Cabut izin pipa Keystone XL" muncul di daftar tindakan eksekutif yang dijadwalkan untuk hari pertama kepresidenan Biden. Daftar tersebut merupakan daftar yang lebih terperinci dari catatan atau memo dari Kepala Staf Gedung Putih yang baru, Ron Klain.

Sebuah memo dirilis secara publik pada Sabtu (16/1) memaparkan serangkaian keputusan yang akan dilakukan Biden atas kewenangannya sebagai presiden terpilih dalam 10 hari pertama menjabat. Kebijakan tersebut diantaranya mencabut larangan perjalanan negara mayoritas muslim ke AS yang disahkahkan oleh Trump, bergabung kembali dengan Perjanjian Paris, berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan untuk memperpanjang penundaan pembayaran pinjaman pendidikan, serta memperbaiki sistem kesehatan, kebijakan batas negara dan keimigrasian. Ia akan berfokus menangani empat hal yaitu krisis COVID-19, ekonomi, iklim, dan kesetaraan ras.

Biden memang telah berencana membatalkan proyek tersebut berbulan-bulan lalu ketika mengumumkannya dalam salah satu wawancara televisi AS dan melalui pernyataan dari tim kampanyenya bahwa dia bermaksud untuk membatalkan pipa lintas batas AS-Kanada bernilai miliaran dollar AS tersebut, dilansir dari kantor berita CBC News.

2. Kanada akan gunakan jalur hukum jika Biden mencabut izin proyek tersebut 

Biden Berencana Cabut Izin Mega Proyek AS-KanadaPresiden terpilih AS ke-46 Joe Biden (kiri) bersama PM Kanada Justin Trudeau (kanan) (instagram.com/justinpjtrudeau)

Pimpinan Konservatif Kanada, Erin O’Toole menghubungi PM Justin Trudeau untuk memastikan proyek ini tetap berjalan. Trudeau pun dalam percakapan pertamanya dengan Biden sebagai presiden terpilih pada bulan November 2020 ingin membicarakan lebih jauh tentang hal-hal yang berpotensi mengganggu kedua negara, termasuk proyek Pipa Keystone dan kebijakan "Buy American" yang diusulkan oleh Biden.

Demikian halnya dengan Pimpinan Negara Bagian Alberta, Kanada, Jason Kenney, mengungkapkan keberatannya di media sosial pribadinya pada Senin (18/1). Ia menyatakan prihatin terhadap keputusan tersebut. Melakukan hal tersebut akan membunuh pekerjaan di kedua sisi perbatasan, melemahkan hubungan AS-Kanada, dan merusak keamanan nasional AS dengan membuat Amerika Serikat lebih bergantung pada impor minyak OPEC di masa depan. Ia juga mengatakan jika AS mencabut izin tersebut, Kanada akan bekerja sama dengan TC Energy untuk menggunakan semua jalur hukum yang tersedia untuk melindungi kepentingannya dalam proyek tersebut.

Di sisi lain meski keputusan ini belum resmi, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang lingkungan, 350.org antusias dengan rencana ini. Dalam unggahan di instagram, organisasi tersebut merayakan kemenangan besar dan menyatakan "Kami berharap pemerintah mengeluarkan keputusan yang sama terhadap konstruksi pipa yang melintasi dakota dan jalur 3."

Rekan separtai Biden, Bernie Sanders, menanggapi melalui cuitannya di Twitter (18/1) bahwa ia gembira terhadap rencana tersebut. Ia mengungkapkan bahwa dengan berbagai krisis besar yang sedang dihadapi Amerika, masyarakat tak boleh melupakan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman paling eksistensial yang dihadapi oleh planet bumi.

Baca Juga: Begitu Dilantik, Biden Bakal Cabut Larangan Larangan Muslim Masuk AS

3. Proyek Pipa Keystone menghadapi berbagai hambatan di AS

Biden Berencana Cabut Izin Mega Proyek AS-KanadaMinyak pasir di Alberta, Kanada (climatestate.com)

Sejak awal diajukan, proyek Keystone telah menuai banyak kontroversi. Mantan pimpinan eksekutif TC Energy tidak terkejut dengan keputusan tersebut. Ia mengatakan kepada wartawan CBC pada Minggu (17/1) bahwa Biden akan membatalkan izin secara segera karena merupakan ekspektasi dari basis politiknya dan sebagian besar pendonornya. Ia juga menambahkan, batalnya mega proyek ini akan menimbulkan kekecewaan pagi pelaku industri perminyakan terutama setelah mengalami banyak tantangan terkait hukum dan regulasi selama satu dekade belakangan. Keystone XL tadinya diharapkan selesai dan dapat beroperasi saat pemerintahan Trump.

Pada tahun 2015, Obama sempat menghentikan proyek tersebut karena tidak melayani kepentingan Amerika Serikat. Ia mengumumkannya di Gedung Putih bersama Menlu John Kerry dan Biden yang saat itu menjabat sebagai wakilnya. Saat itu, kongres menyetujui proyek Pipa Keystone, namun Obama melakukan veto.

Proyek tersebut baru berjalan kembali pada awal tahun 2017 setelah Trump menjabat dan menandatangani nota kepresidenan untuk menghidupkan kembali proyek yang akan mengangkut lebih dari 830 ribu barel minyak mentah per hari dari Alberta ke Pesisir Amerika.

4. TC Energy rencanakan pengoperasian Pipa Keystone tanpa emisi karbon pada 2030

Biden Berencana Cabut Izin Mega Proyek AS-KanadaPekerja konstruksi Keystone XL (keystonexl.com)

Demi mendapat persetujuan Biden, TransCanada atau sekarang berganti nama menjadi TC Energy dalam rilisnya pada Minggu (17/1) mengatakan bahwa perusahaan berencana untuk mengalokasikan 1,7 juta dollar AS atau sekitar Rp24 triliun agar sistem pengoperasian berjalan dengan energi terbarukan dan dapat beroperasi secara penuh tanpa menghasilkan emisi karbon pada 2030. Mereka juga akan mempekerjakan serikat pekerja serta bermitra dengan masyarakat adat.

Duta Besar Kanada untuk AS, Kirsten Hillman, menyatakan bahwa tidak ada mitra yang lebih baik untuk AS dalam aksi iklim selain Kanada ketika kami bekerja sama untuk transisi hijau, melansir dari kantor berita Reuters (18/1).

Melansir dari Business Insider, Negara Bagian Alberta, Kanada yang dikelilingi oleh daratan kesulitan membawa minyaknya yang dikenal dengan “oil sands,” “tar sands” “crude bitumen” atau minyak pasir ke pasar karena kurangnya fasilitas pipa. Mereka selama ini menjual minyaknya dengan harga diskon. Sejak saat itu, pembangunan fasilitas pipa menjadi prioritas utama industri minyak Kanada.

Baca Juga: Begitu Dilantik, Biden Bakal Cabut Larangan Larangan Muslim Masuk AS

Nissa Abdillah Photo Writer Nissa Abdillah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya