Lawan Limbah Makanan, Jepang Tingkatkan Teknologi AI

Perlu penanganan khusus

Perusahaan Jepang mencari cara agar limbah makanan tidak menumpuk dan mengurangi biaya selama pandemi, data pemerintah Jepang juga menunjukkan setidaknya 6 juta ton limbah makanan di Jepang merugikan perekonomian saat ini.

Karena limbah makanan tertinggi pemerintah Jepang mulai memberlakukan undang - undang untuk mengurangi biaya dan mendorong perusahaan agar mencari solusi untuk masalah tersebut.

1. Jepang mencari solusi dalam pengelolahan limbah makanan

Lawan Limbah Makanan, Jepang Tingkatkan Teknologi AIIlustrasi robot dalam penanganan limbah makanan di Jepang. (pexels.com/Laura Musikanski)

Lawson inc Jepang saat ini mulai menggunakan AI perusahaan AS untuk memperkirakan produk yang dijual dan beberapa stok makanan lainnya, lawson yang ada juga memiliki tujuan menurunkan kelebihan stok bahan pangan di tempat - tempat tertentu.

Japan today melansir jika limbah makanan merupakan salah satu biaya terbesar yang dikeluarkan untuk pembuangannya setelah tenaga kerja, disisi lain perusahaan suntory beverange dan food ltd berekspresimen menggunakan AI dari fujitsu untuk menentukan barang seperti botol dan air mineral telah mengalami kerusakan selama pengiriman berlangsung.

Meski memakan waktu, produksi artificial intelligence atau yang biasa disebut AI diharapkan dapat mendeteksi kapan dan apa saja barang yang rusak dan perlu dikembalikan.

2. Menyediakan artificial intelligence terbaru untuk penanganan limbah

Lawan Limbah Makanan, Jepang Tingkatkan Teknologi AIIlustrasi makanan yang dapat didaur ulang menggunakan artificial intelligence terbaru. (unsplash.com/Fabrizio Chiagano)

Di Jepang juga terdapat pembeli yang terlalu cerewet dan bergabung untuk menambah pendapatan karena terkena dampak pandemi, kuradashi yang diluncurkan oleh perusahaan e-commerce makanan seringkali tidak terjual meski telah didiskon.

Meski mulai penggunakan teknologi AI bisnis online saat ini berkembang pesat di Jepang karena permintaan makanan yang tidak terjual meski dengan harga miring karena para konsumen menghemat pemasukan semenjak pandemi berlangsung.

Laman reuters mengutip jika penjualan saat ini tumbuh 2,5 kali lipat dari tahun sebelumnya, disisi lain penjualan limbah makanan yang ada meningkat dua kali lipat sejak pandemi karena rantai makanan yang terputus dan berdampak kepada para konsumen.

Untuk itu perusahaan lain bergabung dengan perusahaan makanan dalam menggunakan platform teknologi agar dapat memotong limbah makanan dan dapat memenuhi target pasar dalam penjualan internasional.

Baca Juga: Satu Ton Biji Kakao Organik asal Jembrana Bali Akan Diekspor ke Jepang

3. Bertujuan untuk menaikkan perekonomian 

Lawan Limbah Makanan, Jepang Tingkatkan Teknologi AIIlustrasi makanan onigiri yang mungkin tidak terjual atau kurang dari permintaan. (unsplash.com/Markus Winkler)

Perusahaan NEC tak hanya menggunakan AI untuk menganalisis kalender dan data cuaca, namun memiliki alasan lain dibalik penggunaannya saat ini. Teknologi ini juga telah tersebar di beberpaa pembuat dan pengecer makanan untuk membantu mengurangi biaya hingga 15 sampai 75 persen.

Saat ini NEC mengharapkan untuk memproses dan berbagi data melaui platform antara pengecer, pembuat dan logistik untuk mengurangi rantai pemasukan agar dapat disesuaikan.

Melansir laman rvarticle bahwa pengurangan limbah makanan yang ada bukan tujuan akhir dari perusahaan integrasi digital NEC, namun pada akhirnya NEC berharap dapat membantu lebih dalam penyelesaian bisnis dan meminimalisir biaya dan memperbaiki kekurangan tenaga kerja yang ada.

Baca Juga: Jepang Gunakan Tes Acak Demi Kendalikan Mutasi COVID-19

Noer Suhasbi Photo Verified Writer Noer Suhasbi

Sedang mengetik...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya