10 Polisi Myanmar Tewas Diserang Militan Etnis

3 anggota militer Myanmar tewas disergap penduduk lokal

Taunggyi, IDN Times - Protes anti-kudeta yang dilakukan oleh Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) rakyat Myanmar sampai hari ini masih terus berlanjut setelah Tatmadaw, militer negara tersebut, melakukan kudeta pada 1 Februari lalu.

Saat ini tercatat sudah lebih dari 500 warga sipil yang tewas akibat tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar.

Banyak dari anggota CDM berharap bahwa pasukan-pasukan militan separatis di negara tersebut akan berpihak kepada mereka. Hal itu akan membuat mereka memiliki senjata untuk melawan balik militer Myanmar.

Beberapa kelompok separatis, seperti misalnya kelompok etnis Karen mendukung CDM. Kelompok separatis lain di negara bagian Shan, juga menentang kudeta. Pada hari Sabtu (10/4), gabungan kelompok militan di Shan menyerang kantor polisi di negara bagian tersebut dan menewaskan setidaknya 10 polisi Myanmar.

1. Perbedaan laporan jumlah korban

Ada beberapa kelompok militan etnis Myanmar yang memiliki konflik dengan pemerintah militer. Mereka di antaranya adalah kelompok etnis Karen, etnis Arakan, etnis Rakhine, juga etnis Shan dan lainnya.

Pada hari Sabtu, aliansi kelompok militan menyerang kantor polisi Naungmon di negara bagian Shan. Mereka yang bergabung dalam aliansi adalah tentara etnis Arakan (AA), tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA).

Kantor berita Reuters menyebutkan bahwa korban meninggal dari pihak polisi Myanmar ada 10 orang. Namun kabar lain disebutkan bahwa polisi Myanmar yang tewas dalam serangan tersebut sebanyak 14 orang.

Setelah serangan dilancarkan ke kantor polisi oleh gabungan pasukan militan etnis, militer Myanmar segera mengirimkan helikopter menuju lokasi kejadian. Setelahnya, pasukan gabungan militer etnis tersebut mundur.

Negara bagian Shan, Myanmar, beribukota di Taunggyi. Jarak antara Taunggyi ke ibukota Naypitaw lebih dari 150 kilometer. Negara bagian Shan ini terletak di bagian timur Myanmar yang berbatasan langsung dengan Tiongkok, Laos dan Thailand.

2. Dukungan militan etnis kepada CDM

10 Polisi Myanmar Tewas Diserang Militan EtnisMiliter Myanmar membubarkan paksa demonstran dengan kekerasan. (Twitter.com/Sellie Swan)

Sejak militer melakukan kudeta di Myanmar pada 1 Februari 2021, banyak kelompok militan etnis yang telah berkonflik dengan militer mengecam tindakan kudeta tersebut. Mereka memprotes tindakan keras militer terhadap rakyat sipil Myanmar.

Melansir dari laman Al Jazeera, jurnalis bernama Tony Cheng yang melaporkan dari Thailand menjelaskan bahwa beberapa etnis yang tergabung adalah kelompok militan separatis tertua, yang telah berkonflik selama beberapa dekade dengan militer Myanmar.

Cheng mengatakan bahwa "sejak kudeta, ada banyak pembicaraan tentang kelompok bersenjata yang beroperasi bersama tapi kami belum pernah melihatnya sebelumnya. Hari ini tiga kelompok mengklaim bertindak bersama, bergabung, menyerang pos terdepan yang diawaki oleh polisi Myanmar dan menewaskan sejumlah polisi.”

Para anggota parlemen sipil Myanmar juga diisukan sedang melakukan pembicaraan untuk membentuk "pemerintah persatuan nasional", dan mencari para pemimpin etnis militan sebagai pimpinannya. Mereka dikabarkan melakukan pembicaraan secara damai untuk melawan para jenderal Myanmar.

Baca Juga: 5 Hewan Endemik yang Dapat Dijumpai di Wilayah Myanmar, Memukau!

3. Penyergapan terhadap militer Myanmar

10 Polisi Myanmar Tewas Diserang Militan EtnisTank militer Myanmar di tengah kota. (Twitter.com/DJ H-AG)

Perlawanan rakyat Myanmar yang tergabung dalam CDM terhadap junta yang melakukan kudeta sepertinya semakin meningkat. Rakyat yang tergabung dalam CDM semakin berani memberikan perlawanannya.

Laman media Myanmar Now melaporkan bahwa di wilayah Myanmar tengah bernama Sagaing, sebuah konvoi militer telah disergap oleh rakyat Tamu. Para penduduk bergabung untuk melakukan penyergapan sebelum militer menyerang para pengunjuk rasa.

Seorang penduduk Tamu menjelaskan bahwa penyergapan "itu adalah perang gerilya. Kami tidak memiliki benteng tertentu secara khusus, tetapi kami mendirikan bunker di setiap lingkungan sehingga tidak mudah bagi mereka untuk masuk."

Penyergapan tersebut membuat setidaknya tiga personel militer Myanmar tewas dan satu orang dari warga lokal meninggal dunia. Seorang warga yang meninggal ditembak oleh militer tepat di kepalanya.

Penduduk lokal setempat menyatakan bahwa mereka akan terus membela diri dalam melawan rezim kudeta. 

Baca Juga: Myanmar Bombardir Gerilyawan Karen

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya