2020 adalah Tahun Suram Bagi Jurnalis di Seluruh Dunia

Tiongkok negara terburuk bagi jurnalis 

Washington, IDN Times – Pers adalah salah satu pilar demokrasi. Pers memiliki posisi penting untuk memberikan peliputan tentang ketidak-adilan yang dilakukan oleh sebuah rezim yang menguasai negara. Namun, di tahun 2020 ini, ketika dunia dihantam oleh wabah virus corona, pekerjaan sebagai jurnalis juga tak kalah suramnya dihantam oleh kebijakan rezim semena-mena.

Wabah virus corona telah banyak dibicarakan menjadi salah satu sebab dicengkeramnya kebebasan berpendapat. Salah satu kebijakan dalam pengekangan virus corona, juga rupanya mengekang pergerakan protes masyarakat atas tindakan rezim kekuasaan. Hal itu bisa dilihat dari tidakan yang dilakukan oleh, misalnya, pemerintah Israel.

Israel mengeluarkan aturan yang melarang warganya untuk melakukan perjalanan lebih dari satu kilometer dari rumah dengan alasan menahan sebaran infeksi. Namun, massa anti-Netanyahu menjelaskan bahwa kebijakan itu hanyalah alasan karena sebenarnya rezim Netanyahu berusaha mengekang gelombang demonstrasi yang sedang menuntut dirinya untuk mundur.

Melansir dari laman Times of Israel, pada awal Oktober, ratusan orang turun ke jalan di ibukota Tel Aviv. Mereka melakukan protes atas batasan baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu (1/10). Polisi Isreal saat itu menangkap setidaknya empat demonstran yang dituduh telah melakukan serangan kepada petugas.

1. 274 jurnalis di penjara

2020 adalah Tahun Suram Bagi Jurnalis di Seluruh DuniaIlustrasi Penjara (IDN Times/Mardya Shakti)

Wabah virus corona dan pekerjaan sebagai jurnalis memiliki tingkat badai yang sama suramnya. Pekerjaan menjadi jurnalis rupanya telah menjadi ancaman di masa ketika wabah menyerang dunia. Committee to Protect Journalist (CPJ) yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, menurunkan laporan terbaru tentang suramnya tahun 2020 bagi para pewarta yang telah bekerja untuk menegakkan demokrasi.

Dalam laporan khusus yang diterbitkan pada 15 Desember 2020 dan ditulis oleh Elana Beiser, secara global ada 274 jurnalis yang dimasukkan ke dalam penjara per 1 Desember 2020. Jumlah itu lebih tinggi dari pada rekor pada tahun 2016, yang telah mencatatkan ada 272 jurnalis dipenjara. Negara-negara otoriter menangkap jurnalis karena meliput COVID-19 dan ketidakstabilan politik negeri.

Tindakan semena-mena memenjarakan jurnalis telah menjadi rekor baru selama lima tahun terakhir. Dalam lima tahun terakhir ini, setidaknya 250 jurnalis dipenjara tiap tahunnya. CPJ menilai bahwa para pemimpin dunia banyak yang kekurangan nilai-nilai demokrasi dalam prinsip kepemimpinannya. 

Donald Trump dituduh sebagai “panglima” yang secara terus menerus merendahkan pers dan bergaul karib dengan pemimpin otoriter semacam Abdelfattah el-Sisi, Presiden Mesir. Secara global, seruan retorika “berita palsu” telah membuat 34 jurnalis ditahan dan dipenjara.

2. Tiongkok negara paling buruk dalam memperlakukan jurnalis

2020 adalah Tahun Suram Bagi Jurnalis di Seluruh DuniaXi Jinping, pemimpin Tiongkok. (instagram.com/realxijinping)

Negara-negara di dunia dengan stabilitas yang terancam seperti Belarusia dan Ethiopia menjadi ancaman serius bagi jurnalis. 10 jurnalis di penjara di Belarusia, tujuh jurnalis dipenjara di Ethiopia dengan alasan karena tuduhan anti-negara. Negara Iran juga dicatat memiliki rekam buruk dengan memenjarakan 12 jurnalis, satu diantaranya Rohullah Zam, dieksekusi pada 12 Desember dengan 17 dakwaan termasuk melakukan spionase.

Meskipun banyak jurnalis terancam di negara-negara dengan tingkat ketidakstabilan yang tinggi, Tiongkok yang cenderung lebih stabil, mencatatkan sebagai negara terburuk dalam memperlakukan jurnalis. Selama dua tahun berturut-turut, negara pimpinan Xi Jinping ini menempati posisi puncak sebagai negara paling buruk memperlakukan jurnalis dalam survei yang dilakukan CPJ.

Melansir dari laman The Guardian, pada tahun 2020 ini Tiongkok setidaknya telah memenjarakan 47 jurnalis. Satu diantaranya yang terbaru adalah jurnalis dari Bloomberg, yang dituduh mengancam stabilitas nasional Tiongkok (15/12).

Kasus di Tiongkok dianggap parah, karena banyak jurnalis yang ditahan tanpa dakwaan, kabarnya tidak diketahui, ditahan dalam kondisi yang mengerikan, termasuk mereka yang ditangkap karena melaporkan kondisi di Wuhan, asal mula virus corona muncul. Banyak diantaranya yang ditahan mendapat tuduhan telah melakukan spionase.

Baca Juga: Pengadilan Slovakia Tambah Hukuman Pembunuh Jurnalis Kuciak

3. Tidak ada jurnalis di Amerika Serikat yang dipenjara tapi ratusan mendapatkan dakwaan

2020 adalah Tahun Suram Bagi Jurnalis di Seluruh DuniaIlustrasi Orasi/Kebebasan Berpendapat (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebagai negara yang mendaku memegang kuat prinsip demokrasi dan banyak menekan negara lain ketika bertindak tidak demokratis, CPJ melaporkan tidak ada jurnalis di Amerika Serikat yang dipenjara hingga 1 Desember 2020. Namun, ratusan jurnalis AS mendapatkan dakwaan ketika melakukan liputan terhadap aksi kekerasan polisi.

Melansir dari kantor berita Reuters, sebanyak 110 jurnalis Amerika Serikat ditangkap dan didakwa meskipun tidak ada yang dimasukkan ke penjara (15/12). Joel Simon, Direktur Eksekutif CPJ dalam sebuah pernyataan mengatakan “mengejutkan dan mengejutkan kami melihat jumlah jurnalis yang dipenjara di tengah wabah global”.

Joel Simon juga menyerang retorika kebebasan pers yang digemakan oleh Donald Trump. Menurutnya, “rekor jumlah jurnalis yang dipenjara di seluruh dunia adalah warisan kebebasan pers Presiden Donald Trump” katanya seperti dikutp dari laman Al Jazeera (15/12).

Dalam laporan yang dirilis oleh CPJ itu, sekitar dua per tiga jurnalis yang dipenjara dengan dakwaan melakukan tindakan yang dianggap kejahatan anti-negara. Dakwaan itu seperti dituduh melakukan “terorisme” dan bergabung dengan kelompok terlarang. Sementara hampir 20 persen kasus pemenjaraan jurnalis, tidak ada tuduhan yang diungkapkan kepada mereka.

Dua jurnalis meninggal di tahanan pada tahun 2020, karena tertular virus corona. Dua jurnalis itu masuk dalam 29 orang jurnalis yang meninggal, dan sebagian besar dari mereka karena dibunuh. Ada 20 jurnalis yang tercatat meninggal karena pembunuhan.

Baca Juga: Kisah Tiga Jurnalis Perempuan Alami Kekerasan Ketika Bekerja, Miris!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya