29 November: Hari Solidaritas Internasional Palestina

Perjuangan untuk mendukung masyarakat Palestina

Jakarta, IDN Times - Salah satu titik nyala konflik di dunia saat ini berada di Palestina. Konflik hampir selalu muncul setiap hari di wilayah tersebut, baik itu yang berada di Jalur Gaza atau pun di Tepi Barat.

Israel, menurut PBB, telah melakukan pendudukan ilegal di tanah Palestina. Jumlah penduduk Israel yang menduduki Palestina sampai tahun 2019, ada 1,9 juta orang di Gaza dan 2,9 juta orang di Tepi Barat.

Sudah ada tawaran solusi yang diajukan untuk membentuk dua negara di wilayah itu, namun sampai saat ini, hal tersebut belum bisa diwujudkan.

Pada tahun 1977, Majelis Umum PBB menyerukan peringatan tahunan pada 29 November sebagai Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina. Pada tanggal tersebut, orang-orang bisa menunjukkan solidaritasnya dengan mempromosikan hak rakyat Palestina atas penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan.

1. Seruan untuk memberi dukungan kepada masyarakat Palestina

29 November: Hari Solidaritas Internasional PalestinaIlustrasi (Pixabay.com/hosny_salah)

Akar konflik Palestina dan Israel telah berusia lama. Bahkan ribuan tahun ke belakang. Namun masalah tersebut semakin mengerucut pada era kolonialisme, mulai akhir tahun 1800-an sampai awal Perang Dunia Pertama.

Pada akhir Perang Dunia Kedua, masalah Palestina dibawa ke PBB sebagai masalah internasional. Tak lama setelah itu, pada tahun 1947, tepatnya 29 November, Majelis Umum  PBB mengeluarkan resolusi yang merekomendasikan pembagian Palestina menjadi dua negara, satu Arab Palestina dan yang lainnya Yahudi (Israel).

PBB sampai saat ini masih berkutat untuk mewujudkan solusi dua negara tersebut. Di sisi lain, Israel terus melakukan pembangunan perumahan di wilayah Tepi Barat, juga termasuk membangun tembok pemisah sepanjang ratusan kilometer.

Menurut laman resmi PBB, pada tahun 1977, sebagai upaya untuk mendukung Palestina merdeka, Majelis Umum menyerukan peringatan tahunan tanggal 29 November sebagai Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina.

2. Mengapa harus ada peringatan hari dukungan solidaritas untuk Palestina?

29 November: Hari Solidaritas Internasional PalestinaSalah satu pemandangan di Tepi Barat, Palestina (Twitter.com/Omar Shakir)

Jika memang masyarakat Palestina terus tertindas oleh tindakan Israel, mengapa untuk menunjukkan solidaritas harus memerlukan hari peringatan?

Ada tujuan utama mengapa diputuskan untuk memperingati hari solidaritas internasional untuk Palestina. Tujuan tersebut adalah kesempatan untuk mendidik masyarakat tentang isu yang jadi perhatian internasional.

Selain hal tersebut, hari peringatan dibuat untuk memobilisasi kemauan politik guna mengatasi masalah global. PBB menggunakan hal tersebut sebagai alat advokasi yang kuat agar masyarakat selalu ingat untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina.

3. Bibit utama kelahiran negara Israel

29 November: Hari Solidaritas Internasional PalestinaKuburan Theodor Herzl (Wikipedia.org/Marco Plassio)

Sejak abad ke-16, orang-orang Yahudi di Eropa, khususnya Eropa Timur, mengalami banyak penindasan. Mereka gagal berasimilasi dengan masyarakat setempat. Munculnya gairah nasionalisme, memicu orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara sendiri.

Beberapa orang Yahudi yang memiliki pengaruh di Eropa dan Amerika Serikat, membantu mewujudkan ambisi tersebut. Selain itu, Eropa Barat dan Amerika tidak mau menerima gelombang imigrasi dari para Yahudi di Eropa Timur yang tertindas.

Theodor Herzl pada Agustus 1897 mendirikan sebuah organisasi bernama Zionis. Organisasi ini secara umum berambisi untuk mendirikan negara Yahudi dan lokasi yang diinginkan berada di Palestina. Itu merujuk pada klaim sejarah, yang menurut mereka bahwa tanah tersebut adalah milik para leluhur.

Namun sampai Perang Dunia Pertama, organisasi Zionis yang didirikan oleh Herzl tidak menghasilkan pencapaian yang substansial atas niat dan tujuannya itu.

Baca Juga: MA Israel Tegakkan UU Israel Sebagai Negara Bangsa Yahudi

4. Deklarasi Balfour: Inggris buka jalan imigrasi orang Yahudi ke Palestina

29 November: Hari Solidaritas Internasional PalestinaDeklarasi Balfour (Wikipedia.org/United Kingdom Government signed by Arthur Balfour)

Pada Perang Dunia Pertama, Inggris berhasil menguasai Palestina dari kekuasaan Dinasti Turki Ustmani pada tahun 1918. Satu tahun sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour membuat deklarasi yang mendukung aspirasi orang Yahudi mendirikan negara di Palestina.

Deklarasi tersebut adalah surat dari Arthur Balfour untuk pemimpin komunitas Yahudi di Inggris Lord Walter Rothschild yang bertanggal 2 November 1917.

Selama masa pendudukan Inggris di Palestina dari tahun 1918 sampai dengan tahun 1948, pintu imigrasi dibuka dengan lebar untuk orang-orang Yahudi. Tadinya warga Yahudi di Palestina sekitar 55 ribu pada tahun 1918, kemudian melonjak menjadi 646 ribu pada tahun 1948.

Orang Yahudi yang jumlah populasinya hanya 8 persen menjadi 31,7 persen. Pada era pendudukan kolonial Inggris ini, orang-orang Yahudi juga mendapatkan tanah. Jumlah kepemilikan tanahnya sekitar 6,3 persen dari tanah Palestina pada tahun 1948.

Dengan dukungan dan perlindungan aktif Inggris, lembaga-lembaga ekonomi, politik, pendidikan, militer dan sosial terbentuk di komunitas Yahudi. Bahkan pada tahun 1948 tersebut, orang Yahudi memiliki pasukan militer sekitar 70 ribu pejuang dan sudah siap untuk mendeklarasikan negara mereka, Israel, pada tanggal 14 Mei 1948.

Itu dilakukan setelah mereka mengalahkan pasukan Arab dalam sebuah perang. Banyak wilayah Palestina yang kemudian dikuasai Israel akibat perang tersebut. Ratusan ribu warga Palestina juga terusir dan desa-desa mereka dimusnahkan.

5. Konflik berdarah pada 1967 dan setelahnya

29 November: Hari Solidaritas Internasional PalestinaIlustrasi dukungan untuk Palestina. (Pexels.com/TIMO)

Perang antara Arab dengan Israel kembali menyala pada Juni 1967. Namun dalam perang beberapa hari tersebut, pasukan Arab berhasil dikalahkan oleh pasukan Israel. Bahkan wilayah Israel semakin luas setelah berhasil melakukan beberapa penaklukan.

Sejak itu, Israel semakin memiliki stabilitas dalam mengatur wilayah dan masyarakatnya sampai saat ini. Meski peperangan terus terjadi seperti Intifadah pertama (1987-1993) dan Intifadah kedua (2000–2005), namun warga Palestina tetap belum menemukan kemerdekaannya.

Israel sampai saat ini terus melakukan pembangunan kompleks perumahan di wilayah-wilayah pendudukan, terutama di wilayah Tepi Barat, daerah yang paling banyak dihuni oleh sebagian besar warga Palestina. Tembok-tembok pembatas wilayah juga didirikan oleh Israel.

6. Palestina-Israel dalam angka

29 November: Hari Solidaritas Internasional PalestinaIlustrasi (Unsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona)

Menurut PBB, sampai tahun 2019, wilayah yang didiami oleh warga Palestina terfokus di dua tempat, yakni Jalur Gaza dan Tepi Barat. Di Gaza, luas wilayahnya adalah 365 kilometer persegi sedangkan di Tepi Barat, termasuk Yerusalem, adalah 5.655 kilometer persegi.

Israel membangun tembok pemisan di Tepi Barat dengan total panjang yang direncakanan adalah 712 kilometer. Saat ini 65,3 persen sudah selesai.

Selain membangun tembok pembatas, Israel juga mengambil tanah-tanah Palestina dan mendirikan hunian di atasnya untuk ditinggali warga Israel. Jumlah warga Israel yang menduduki gaza ada 1,9 juta orang dan sebanyak 2,9 juta orang di Tepi Barat.

PBB telah mengutuk permukiman di Wilayah Pendudukan Palestina dalam berbagai resolusi dan pemungutan suara, menyatakan Israel melakukan tindakan ilegal menurut hukum internasional.

Baca Juga: AS-PBB Kecam Rencana Israel Bangun Perumahan Yahudi di Tepi Barat

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya