5 Fakta May Day di Prancis, Buruh Bentrok dengan Polisi

Popularitas Emmanuel Macron anjlok ke titik terendah

Jakarta, IDN Times - Memperingati Hari Buruh atau May Day pada 1 Mei, ratusan ribu demonstran di Prancis turun ke jalanan. Mereka melakukan protes di puluhan kota di Prancis, dengan massa terbanyak terkonsentrasi di ibu kota Paris.

Menjelang protes, polisi telah memperingatkan risiko potensi kekerasan sehingga melakukan beberapa penangkapan. Ketika protes terjadi, bentrokan sengit akhirnya pecah dan sebuah bangunan terbakar di Place de la Nation.

Berikut ini lima fakta aksi protes May Day di Prancis yang berujung pada bentrokan sengit dengan pasukan keamanan.

Baca Juga: Perusahaan Prancis Siap Dukung Dekarbonisasi Indonesia 

1. Saling serang antara demonstran dan polisi

5 Fakta May Day di Prancis, Buruh Bentrok dengan Polisiilustrasi (Unsplash.com/Sébastien Ramage)

Protes Hari Buruh di Prancis dipimpin oleh serikat pekerja. Polisi mengatakan sekitar 112 ribu demonstan berada di ibu kota Paris, ikut ambil bagian dalam protes.

Dilansir CNN, situasi di lapangan ketika protes terjadi merupakan kekacauan. Kembang api dan proyektil lainnya dilemparkan ke polisi yang kemudian membalas dengan tembakan gas air mata dan meriam air.

Demonstran yang mundur karena gas air mata, berkumpul dan kembali melanjutkan protes sehingga pada Senin malam, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa protes tersebut akan bubar.

Di Place de la Nation, sebuah bangunan dikabarkan terbakar tetapi akhirnya mampu dipadamkan. Dua kontainer bahan bakar disebut telah dibakar oleh kelompok radikal.

Baca Juga: Dituduh sebagai Teroris, Karyawan Penerbit Prancis Ditahan di Inggris

2. Hampir 300 demonstran ditangkap

5 Fakta May Day di Prancis, Buruh Bentrok dengan Polisiilustrasi (Unsplash.com/ Niu Niu)

Sebelumnya, polisi telah memperingatkan risiko kekerasan dari protes May Day. 291 orang ditahan di seluruh Prancis, dan 90 di antaranya ditangkap di ibu kota Paris.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin menjelaskan, sekitar 108 polisi terluka dalam protes May Day. Jumlah polisi yang terluka tersebut, disebut begitu tinggi dan itu sangat jarang terjadi pada protes 1 Mei sebelumnya, kutip Le Monde.

Seorang polisi dilaporkan menderita luka bakar serius di tangan dan wajah usai terkena bom molotov. Darmanin menyebut para demonstran radikal sebagai preman yang berniat membunuh polisi.

"Bahkan jika sebagian besar demonstran damai, di Paris, Lyon dan Nantes, khususnya polisi menghadapi preman yang sangat kejam yang datang dengan satu tujuan: membunuh polisi dan menyerang properti orang lain," katanya.

Baca Juga: Kutuk Aksi Protes, Macron Akan Teruskan Reformasi UU Pensiun Prancis

3. Popularitas Emmanuel Macron anjlok ke titik terendah

https://www.youtube.com/embed/no2TTcApTZI

Aksi protes Hari Buruh di Prancis benar-benar menyeluruh. Kekerasan tidak hanya terjadi di ibu kota Paris, tapi juga terjadi di kota besar lainnya di Prancis.

Di Toulouse, situasi menegangkan dan polisi melepaskan tembakan gas air mata. Di Lyon empat mobil dibakar dan di Nantes, para demonstran melempari polisi dengan proyektil. Di Marseille, demonstran sempat menduduki hotel mewah, memecahkan pot bunga dan merusak perabotan.

Isu utama yang diusung demonstran adalah penentangan peningkatan usia pensiunari 62 menjadi 64 tahun yang dilakukan Presiden Emmanuel Macron. Akibatnya, popularitas Macron anjlok ke titik terendah karena kebijakan tersebut, kutip Evening Standard.

"(Pemerintah) eksekutif tidak dapat memerintah tanpa dukungan rakyatnya," kata Sophie Binet, pemimpin serikat pekerja kiri CGT, menjelang protes berlangsung.

4. Pemerintah salahkan kaum ultra-kiri

5 Fakta May Day di Prancis, Buruh Bentrok dengan PolisiGerald Darmain (jas hitam), Menteri Dalam Negeri Prancis (Twitter.com/Gerald DARMANIN)

Protes yang digelar di seluruh Prancis, menurut Gerald Darmanin melibatkan sekitar 800 ribu orang. Reformasi pensiun pemerintahan Macron, dinilai sebagai ancaman terhadap hak-hak pekerja.

Secara umum, sebagian besar demonstrasi di Prancis berlangsung damai. Tapi kekerasan yang terjadi, disebut karena ulah kaum radikal. Darmanin menyalahkan perilaku kekerasan kepada kaum ultra kiri.

"Kekerasan semakin kuat dalam masyarakat yang teradikalisasi," kata Menteri Dalam Negeri tersebut dikutip Associated Press.  Di ibu kota Paris sendiri, kaum radikal diperkirakan mencapai sekitar 2 ribu orang.

Sejauh ini, belum dapat diketahui berapa banyak pengunjuk rasa yang berpotensi terluka.

5. Serikat buruh Prancis bersatu

Ada beberapa serikat buruh di Prancis, dari mulai yang moderat, kiri, hingga radikal. Tahun ini, disebut sebagai pertama kalinya delapan serikat buruh utama Prancis bergabung dalam menyerukan protesnya.

Dikutip France24, keanggotaan serikat pekerja juga melonjak sejak protes rencana reformasi pensiun dimulai. Serikat pekerja CGT sayap kiri dan serikat pekerja CFDT terbesar di Prancis memiliki 30 ribu anggota lebih banyak daripada tiga bulan lalu, sedangkan serikat pekerja FO terbesar ketiga memiliki 10 ribu tambahan.

Dengan 140 ribu anggotanya, serikat Kristen CFTC melampaui keanggotaan di partai sayap kanan Rassemblement National (National Rally), gabungan partai konservatif Les Républicains dan partai Renaisans kanan-tengah Macron.

Protes di Prancis pada Senin memang bukan yang terbesar dalam rangkaian protes menentang reformasi pensiun. Tapi, protes tersebut telah melibatkan banyak kalangan, termasuk dari siswa, mahasiswa dan orang-orang tua yang sudah pensiun.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya