Afghanistan Dihujani Roket Mortir, 8 Orang Meninggal 

Thaliban membantah terlibat dalam serangan 

Kabul, IDN Times – Ibukota Afghanistan, Kabul, pada hari Sabtu, 20 November 2020 dihujani oleh setidaknya 23 roket. Roket-roket tersebut mengenai permukiman padat di wilayah ibukota yang memiliki status Zona Hijau dan dijaga dengan ketat.

Di wilayah Zona Hijau tersebut terdapat banyak tempat kedutaan besar dan kantor-kantor perusahaan internasional. Satu roket menurut Associated Press jatuh di kompleks kedutaan besar Iran. “Untungnya insiden tersebut tidak memakan korban dan semua staf dalam keadaan selamat” kata pejabat kedubes Iran di sosial media (21/11).

Sejumlah proyektil menghantam gedung utama kedubes Iran dan menyebabkan kerusakan seperti pecahnya kaca-kaca jendela dan beberapa peralatan. Namun, pejabat kedubes tersebut tidak menjelaskan peralatan apa saja yang rusak.

1. Delapan orang meninggal dan puluhan luka-luka

Afghanistan Dihujani Roket Mortir, 8 Orang Meninggal Ledakan roket mortir terjadi di wilayah dimana banyak gedung kedubes. (twitter.com/Shay Zaad)

Meskipun pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan pihak Thaliban sedang berlangsung di Doha, Qatar, akan tetapi serangan-serangan mematikan terus terjadi di Afghanistan. Selain Thaliban, kelompok-kelompok ekstrimis lainnya juga sering melakukan serangan.

Pada insiden Sabtu, 21 November 2020, puluhan roket mortir yang ditembakkan telah membuat setidaknya delapan warga sipil meninggal dunia. Lebih dari 30 orang terluka akibat peristiwa tersebut.

Laman berita Al Jazeera melaporkan terobosan dalam negosiasi antara Thaliban dan pemerintah Afghanistan diharapkan akan diumumkan ke publik dalam beberapa hari ke depan (21/11). Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo rencananya akan bertemu dengan negosiator dari Thaliban dan dari pemerintah Afghanistan di Qatar pada hari Sabtu.

Donald Trump telah berulangkali mengatakan akan mengakhiri perang di Afghanistan dan akan menarik pasukannya yang berjumlah sekitar 2.000 personel secara bertahap. Perang di Afghanistan untuk mengusir Thaliban adalah perang terpanjang Amerika Serikat di era modern yang dimulai pada 7 Oktober 2001. Amerika Serikat turut serta mengajak sekutunya seperti Inggris dan Australia.

2. Juru bicara Thaliban membantah kelompoknya terlibat dalam serangan

Afghanistan Dihujani Roket Mortir, 8 Orang Meninggal Perundingan damai antara Taliban dan Afghanistan bertemu dengan ulama Pakistan dan ulama Qatar (twitter.com/Naeem Qurban)

Insiden serangan roket mortir di Kabul terjadi pada pagi hari yang sedang sibuk. Pejabat berwenang dari Kementrian Dalam Negeri memberikan penjelasan bahwa roket mortir ditembakkan dari dua kendaraan. Serangan tersebut juga diperkirakan menargetkan wilayah Wazir Akbar Khan di Kabul yang menampung para diplomat.

Serangan roket mortir menyebabkan setidaknya delapan warga sipil meninggal dan lebih dari 30 orang luka-luka. Menurut Al Jazeera, Thaliban langsung dengan cepat menyangkal atas serangan tersebut. Juru bicara Thaliban, Zabihullah Mujahid, membantah kelompoknya terlibat dalam serangan dan mengatakan mereka “tidak menembak membabi buta ke tempat-tempat umum” (21/11).

Penyelidikan masih terus dilakukan untuk mengetahui bagaimana kendaraan yang membawa senjata tersebut bisa tidak terdeteksi ketika memasuki wilayah Zona Hijau. Serangan roket mortir itu menyalakan peringatan yang menggelegar di seluruh kompleks diplomat untuk waspada dan hati-hati.

Baca Juga: Militer Australia Terlibat Pembunuhan Warga Sipil Afghanistan

3. Selain serangan roket mortir juga ada serangan bom

Afghanistan Dihujani Roket Mortir, 8 Orang Meninggal Ledakan bom juga terjadi dan menewaskan seorang petugas keamanan. Ilustrasi (twitter.com/Shay Zaad)

Selain serangan roket yang menyasar wilayah kantong para diplomat, pada hari Sabtu, 21 November tersebut, serangan lain juga dilancarkan yakni “bom lengket”. Bom lengket, menurut The Guardian, meledak dan menghantam sebuah kendaraan polisi. Dalam kejadian tersebut, satu polisi meninggal dan tiga lainnya luka-luka (21/11).

Ledakan bom tersebut juga tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab. Gelombang kekerasan terus terjadi di Kabul, Afghanistan, dan terus meningkat serta banyak membuat warga sipil menjadi korban. Padahal, pihak pemerintah Afghanistan dan para petinggi Thaliban sedang melakukan perjanjian damai di Doha, Qatar. Akan tetapi kesepakatan tersebut memiliki kemajuan yang lambat.

Melansir dari laman Al Jazeera, dalam enam bulan terakhir, Taliban telah melakukan serangan bunuh diri dan 1.250 pemboman yang menewaskan setidaknya 1.210 warga sipil dan melukai 2.500 lainya (21/11).

Baca Juga: Gencatan Senjata Taliban-Afghanistan Terlihat Bertahan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya