Afrika Barat Terancam Ebola, Marburg dan COVID-19 Sekaligus

Kewaspadaan meningkat karena ancaman multi-wabah

Yamoussoukro, IDN Times - Negara Afrika Barat yakni Pantai Gading baru saja melaporkan telah menemukan infeksi virus Ebola pertama dalam 25 tahun terakhir. Negara tersebut kemudian bergerak untuk melakukan pelacakan, penyelidikan dan vaksinasi.

Infeksi virus Ebola ditemukan pada seorang gadis berusia 18 tahun yang telah melakukan perjalanan dari Guinea. Guinea kemudian melakukan isolasi terhadap 58 orang yang telah menjalin kontak dengan gadis tersebut selama perjalanan ke Pantai Gading.

Dengan penemuan baru infeksi virus Ebola di Guinea dan Pantai Gading, WHO khawatir bahwa sistem layanan kesehatan di Afrika Barat itu akan tertekan. Hal ini karena negara-negara tersebut sedang berjuang untuk mencegah sebaran infeksi virus mematikan COVID-19.

1. Prihatin dengan Afrika Barat

Menurut The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), infeksi virus Corona di negara-negara Afrika Barat sampai 23 Juli 2021 mencapai 542.136 kasus. Mereka yang meninggal sebanyak 7.401.

Nigeria adalah yang paling parah terdampak. Sedangkan infeksi COVID-19 di Pantai Gading ada 52.936 kasus yang dikonfirmasi. Sebanyak 373 orang meninggal dunia.

Guinea yang bertetangga dengan Pantai Gading memiliki jumlah infeksi COVID-19 sebanyak 28.428 kasus dan mereka yang meninggal dunia sebanyak 302 orang.

Dengan sebaran infeksi yang mencapai puluhan ribu tersebut, kini dua negara itu juga terancam virus lama yang bangkit kembali, yakni virus Ebola. Lebih dari 50 orang telah diketahui melakukan kontak dengan seorang gadis yang terinfeksi Ebola, yang ditemukan di Pantai Gading.

Melansir Al Jazeera, direktur regional WHO untuk Afrika yang bernama Dr. Matshidiso Moeti, pada hari Kamis (19/8) mengatakan "kami sangat prihatin dengan Afrika Barat. Memerangi banyak wabah adalah tantangan yang kompleks."

Pihak otoritas kesehatan Guinea juga mengkonfirmasi pekan lalu bahwa ada satu warganya yang meninggal akibat demam Marburg, sebuah demam yang mirip dengan yang diakibatkan virus Ebola.

Moeti mengatakan "Afrika menghadapi lebih banyak wabah penyakit menular setiap tahun dari pada wilayah lain," ujarnya.

2. Kontak dengan suspek terinfeksi Ebola, sementara tidak menunjukkan tanda-tanda ternfeksi virus

Wabah Ebola adalah wabah yang pertama kali ditemukan di Sudan dan Kongo pada tahun 1976. Wabah itu menyebar di Afrika dan menimbulkan ribuan kematian. Ebola menyebabkan demam parah dan, dalam kasus terburuk, pendarahan tak terbendung.

Model penularan wabah tersebut lewat kontak dengan cairan tubuh, dan orang-orang yang tinggal bersama atau merawat pasien adalah yang paling berisiko.

Pada pertengahan tahun 1990-an, wabah Ebola menunjukkan penurunan yang terkendali dengan adanya vaksin. Namun ketika wabah tersebut muncul kembali antara tahun 2013 sampai 2016, sekitar 11.300 orang tewas di seluruh Afrika Barat. Sebanyak 2.300 orang meninggal di Guinea.

Pada 14 Agustus lalu, Pantai Gading yang mengumumkan menemukan infeksi Ebola segera melakukan tindakan yang cepat untuk mengisolasi dan merawat orang tersebut.

Elhadj Mamadou Houdy Bah, direktur kesehatan regional mengatakan "58 kontak telah diidentifikasi. Kabar baiknya adalah tidak satupun dari mereka menunjukkan tanda-tanda (Ebola) saat ini, semuanya sedang diikuti," kutip Al Jazeera.

Selain itu, ada tiga kasus suspek yang pada akhirnya dinyatakan negatif. Enam kontak berisiko tinggi telah dikarantina dan 131 kontak terdaftar. Tidak ada kematian yang dilaporkan, menurut WHO.

Baca Juga: Pantai Gading Laporkan Kasus Ebola Pertama Sejak 1994

3. Waspada untuk serangan multi-wabah di Afrika Barat

Lewat situs resminya, WHO Afrika mengatakan telah mengirim tim ahli ke Pantai Gading dan Guinea guna mendukung otoritas nasional agar dengan cepat meningkatkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi.

Selain itu, percepatan diagnosis, pelacakan kontak, manajemen kasus dan pengawasan lintas bantas untuk mengatasi wabah demam baru yaitu Marburg, yang sebenarnya juga satu keluarga dengan Ebola. 

Sebelum Pantai Gading, Guinea pada 9 Agustus telah melaporkan virus Marburg yang satu keluarga dengan Ebola. Satu orang dikabarkan meninggal dunia. Sebanyak 173 kontak telah diidentifikasi.

Virus Marburg, wabah pertama di Afrika Barat, terdeteksi di sebuah wilayah di selatan Guinea dekat perbatasan dengan Liberia dan Sierra Leone. Dengan munculnya infeksi virus Ebola dan Marburg di Pantai Gading dan Guinea, hal itu membuat dua negara tersebut diperingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan. Itu karena penyebaran infeksi COVID-19 juga telah meningkat.

Mosoka Fallah yang menulis untuk Nature menjelaskan agar negara-negara kaya bersatu untuk membantu Afrika guna menghentikan kematian massal akibat ancaman COVID-19. Dia mengingat orang-orang yang mati di jalanan akibat Ebola dan dia tidak ingin melihatnya lagi ketika COVID-19 saat ini melanda.

Afrika sebagian besar terhindar dari pandemi pada tahun 2020, tetapi tidak tahun ini. Fallah mengatakan "kami kekurangan vaksin dan kami terengah-engah." tulisnya.

Baca Juga: Pemerintah Guinea Kerja Cepat Batasi Penyebaran Ebola

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya