Aktivis Perempuan Libya Dibunuh Kelompok Bersenjata di Jalanan Ramai 

Warga sipil terancam karena kesewenang-wenangan 

Benghazi, IDN Times – Konflik di Libya hingga kini masih berlangsung. Konflik tersebut bahkan menyeret beberapa negara luar seperti Turki dan Rusia yang saling mendukung salah satu pihak yang bertikai di dalam negeri. Salah satu kubu penguasa di Libya yakni Libyan National Army (LNA) faksi Khalifa Haftar mengendalikan bagian timur negara tersebut.

Pada hari Selasa, 10 November 2020, seorang aktivis perempuan yang sering secara vokal melancarkan kritik kepada Haftar, dibunuh di siang bolong, di sebuah jalan di kota Benghazi yang ramai. Pembunuhan yang dilakukan secara terbuka terhadap warga sipil itu mengejutkan banyak orang, termasuk Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Libya.

Melansir dari kantor berita Reuters, Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Libya mengeluarkan pernyataan usai terjadi insiden mengerikan tersebut. Dalam pernyataannya, “Era warga sipil yang hilang dan terbunuh harus diakhiri sekarang,” katanya (11/11). Tuduhan segera saja tertuding kepada LNA atas pembunuhan yang dilakukan kepada aktivis perempuan yang bernama Hanan al-Barassi tersebut.

1. Kemungkinan dibunuh karena kritik kerasnya pada militer LNA

Aktivis Perempuan Libya Dibunuh Kelompok Bersenjata di Jalanan Ramai Hanan al-Barassi. (twitter.com/amnestypress)

Hanan al-Barassi selain dikenal sebagai aktivis, juga dikenal sebagai pengacara. Gaya kritiknya yang blak-blakan kemungkinan besar menjadi sebab yang membuatnya menjadi salah satu target pembunuhan. Namun, tidak ada yang menyangka jika penembakan Hanan al-Barassi dilakukan di siang bolong, di sebuah jalan yang ramai dilalui orang lalu-lalang.

Hanan Salah, peneliti senior Human Right Watch yang berbasis di New York mengatakan bahwa “Barassi secara terbuka (sering) menyuarakan tentang kasus dugaan penyerangan dan pemerkosaan terhadap perempuan di Benghazi, dan dia juga menuduh penipuan keuangan” katanya seperti dikutip dari Reuters (11/11).

Pihak Amnesty Internasional memberikan penjelasan bahwa Barassi dan putrinya sudah menerima ancaman pembunuhan sebelumnya, menurut laman lokal Libyan Express (10/11). Di sisi lain, Barassi juga berencana untuk membongkar korupsi keluarga pemipin LNA, Haftar, di dalam sebuah video yang ia unggah di media sosialnya pada hari Senin. Berbagai dugaan dan spekulasi muncul karena kritiknya yang keras dan blak-blakan, yang membuat aktivis Hanan al-Barassi diburu orang-orang yang terkait Haftar.

2.Pembunuhan terjadi ketika pembicaraan pembentukan pemerintahan transisi sedang berlangsung

Aktivis Perempuan Libya Dibunuh Kelompok Bersenjata di Jalanan Ramai Pembunuhan aktivis al-Barassi terjadi ketika kesepakatan gencatan senjata sedang berlangsungnya. Ilustrasi (unsplash.com/Constantin Wenning)

Libya, terkena efek Arab Spring dan terjadi revolusi besar hingga terjadi krisis yang hingga kini masih belum terselesaikan. Libya terbagi menjadi dua kelompok, yakni LNA dan GNA (Government of National Accord). Kekuatan luar ikut campur tangan mendukung dua kelompok tersebut dan perang saudara telah berlangsung sejak tahun 2014 hingga saat ini.

UEA, Rusia dan Mesir mendukung keberadaan LNA sedangkan Turki di sisi yang berlawanan mendukung GNA. GNA sendiri dibentuk dengan pernjanjian politik pada tahun 2015 dan didukung oleh Dewan Keamanan PBB. GNA oleh PBB dianggap satu-satunya otoritas eksekutif yang resmi dan sah di Libya.

Bulan lalu, PBB menjadi jalan tengah dan perantara bagi dua kelompok yang merencanakan gencatan senjata. Perwakilan militer dari kedua belah pihak, menurut Reuters bertemu di Sirtre untuk merinci cara-cara penerapan gencata senjata tersebut.

Di dalam suasana musyawarah gencatan senjata inilah, aktivis Hanan al-Barassi dibunuh. Menurut Associated Press, tidak ada kelompok yang bertanggung jawab atas insiden tersebut (10/11). Akan tetapi petinggi LNA sedang melakukan panggilan kepada kepala keamanan Benghazi untuk melakukan penyelidikan atas peristiwa tragis yang baru saja terjadi.

Baca Juga: Otoritas Libya Deklarasikan Gencatan Senjata Total

3. Kesewenang-wenangan yang membuat masyarakat sipil terancam

Aktivis Perempuan Libya Dibunuh Kelompok Bersenjata di Jalanan Ramai Nyawa masyarakat sipil di Libya terancam karena tidak ada hukuman dan penangkapan terhadap pelaku yang rata-rata kelompok bersenjata. Ilustrasi (unsplash.com/M.T ElGassier)

Pembunuhan tersebut memicu banyak protes di media sosial. Tindakan penembakan di tempat umum oleh sekelompok pria bersenjata dan bertopeng, ditanggapi sebagai suatu peristiwa yang mengerikan. Selain itu, kehidupan warga sipil, khususnya perempuan menjadi terancam ketika mengungkapkan pandangan politiknya.

Amnesty Internasional, menurut The Guardian, mengatakan bahwa “Pembunuhan Hanan (al-Barassi) menyoroti resiko yang ditimbulkan terhadap kehidupan wanita yang berbicara tentang masalah politik di Libya” (10/11). Tanpa akuntabilitas yang jelas, para pembunuh akan tetap lolos meskipun melakukan kejahatan di siang hari bolong, di tengah keramaian orang.

Fatou Bensouda, ketua jaksa pengadilan pidana internasional memberikan penjelasan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang ancaman terhadap warga sipil. Dalam laporan yang ia jelaskan kepada PBB, Bensouda menegaskan bahwa warga sipil menjadi target ketika menyuarakan penentangan terhadap milisi, baik barat (GNA) atan timur (LNA).

Bensouda juga mengatakan bahwa LNA dan pendukungnya memiliki pola kekerasan yang terbaca. Pola tersebut menurutnya adalah seperti melakukan serangan udara tanpa pandang bulu, penembakan wilayah sipil, penculikan sewenang-wenang, penahanan dan penyiksaan warga sipil, serta pembunuhan diluar hukum, dan penghilangan paksa, juga penjarahan properti sipil.

Baca Juga: Otoritas Libya Deklarasikan Gencatan Senjata Total

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya