Akui Dulu Ekspor Setengah Juta Budak, Bank Sentral Belanda Minta Maaf

Lebih dari setengah juta orang diperdagangkan jadi budak

Jakarta, IDN Times - Presiden Bank Sentral Belanda atau De Nederlandsche Bank (DNB), Klaas Knot, pada Jumat (1/7/2022) secara resmi meminta maaf atas peran lembaganya dalam perdagangan budak pada abad ke-19. Permintaan maaf itu dilakukan bersamaan dengan peringatan penghapusan Hari Penghapusan Perbudakan di Belanda.

Lebih dari setengah juta orang yang diperdagangkan sebagai budak oleh perusahaan Geoctrooieerde Westindische Compagnie (GWC) atau Perusahaan Hindia Barat Belanda. Perdagangan budak itu dilakukan sejak abad ke-17 sampai dengan dihapuskan pada 1863.

De Nederlandsche Bank mengakui terlibat dalam perdagangan budak antara 1814 hingga 1863. Bank tersebut kemudian menjanjikan jutaan euro untuk mengurangi efek negatif kontemporer atas keterlibatan masa lalunya.

1. Direktur awal DNB punya peran penting dalam perdagangan budak

Dalam memperingati Hari Penghapusan Perbudakan pada 1 Juli, Knot secara resmi meminta maaf atas peran perdagangan budak.

Permintaan maaf itu dilakukan setelah penyelidikan independen yang diterbitkan pada Februari lalu. Beberapa direktur awal DNB memiliki peran penting dalam perdagangan budak.

"Atas nama DNB, hari ini saya meminta maaf kepada semua orang, yang karena pilihan pribadi para pendahulu saya, direduksi menjadi warna kulit mereka," kata Knot dikutip dari Reuters. 

Knot juga mengatakan bahwa lembaganya akan menyesuaikan pendekatan terhadap perekrutan dan promosi stafnya agar lebih beragam.

Baca Juga: Reruntuhan Romawi Kuno Ditemukan Hampir Utuh di Belanda

2. DNB menyediakan uang untuk perkebunan yang mempekerjakan budak

Akui Dulu Ekspor Setengah Juta Budak, Bank Sentral Belanda Minta Maafilustrasi (Unsplash.com/Katya Ross)

DNB adalah bank Belanda yang didirikan pada 1814 oleh Raja William I. Para direktur awal bank tersebut terlibat dalam perdagangan budak antara 1814 dan 1863.

Saat perbudakan dihapus, mereka bahkan membayar kompensasi kepada pemilik perkebunan dan kepada anggota dewan bank sentral.

"Hari ini, atas nama De Nederlandsche Bank, saya meminta maaf atas fakta-fakta yang tercela ini," kata Knot, dilansir Al Jazeera.

Perusahaan GWC mengoperasikan kapal yang memperdagangkan ratusan ribu budak tranatlantik, untuk dipekerjakan di perkebunan Karibia dan Amerika Selatan. Penelitian independen menunjukkan sebagian besar investor awal DNB menyediakan keperluan keuangan untuk perkebunan tersebut.

Komoditi yang saat itu paling favorit untuk diperdagangkan di pasar adalah gula, kopi, kapas, dan tembakau.

3. Proyek untuk mengurangi efek negatif perbudakan

Permintaan maaf juga telah dilakukan oleh petinggi perusahaan Belanda lainnya. Pada April, bank ABN Amro Belanda juga mengakui para pendahulunya terlibat perdagangan budak.

Femke Halsema, Wali Kota Amsterdam, tahun lalu juga meminta maaf atas perang ibu kota Belanda dalam perdagangan budak di era kolonial.

Knot, dikutip Deutsche Welle, kemudian menjanjikan bahwa DNB akan memberikan 10 juta euro atau Rp156,1 miliar dalam 10 tahun ke depan. Dana itu akan digunakan untuk proyek yang bertujuan mengurangi efek negatif kontemporer dari perbudakan masa lalu.

Dalam data yang disampaikan negara Belanda, GWC memperdagangkan sekitar 600 ribu budak dan berhenti pada 1863 ketika perbudakan dihapuskan.

Baca Juga: Protes Target Emisi, Ribuan Petani Belanda Bawa Traktor Padati Jalanan

4. Dampak penghapusan perbudakan Belanda terhadap orang Indonesia

Akui Dulu Ekspor Setengah Juta Budak, Bank Sentral Belanda Minta MaafOrang Jawa yang dipekerjakan di Suriname (Wikipedia.org/ Tropenmuseum)

Setelah perbudakan dihapus pada 1 Juli 1863 oleh Belanda, maka perusahaan-perusahaan perkebunan di Karibia dan Amerika Latin kebingungan untuk mencari tenaga kerja baru. Ini karena pemerintah Belanda membebaskan lebih dari 33 ribu budak di Suriname, negara jajahannya.

Mereka akhirnya mengimpor tenaga kerja kontrak dari luar. Peneliti Rosemarijn Hoefte, dikutip dari Inside Indonesia, menuliskan awalnya penduduk India jajahan Inggris adalah tenaga kerja kontrak awal yang diimpor. Sekitar 34 ribu orang India didatangkan ke Suriname.

Karena menghadapi beberapa masalah, akhirnya Indonesia jajahan Belanda menjadi sumber tenaga kerja alternatif, khususnya orang-orang Jawa.

Antara 1890-1939, hampir 33 ribu orang Jawa diangkut ke Suriname. Sebagian besar orang Jawa yang dikirim sebagai tenaga kerja kontrak berasal dari Semarang, Surabaya dan daerah dekat Batavia. Dari jumlah tersebut, hanya 20-25 persen yang kembali ke Indonesia dan sisanya tinggal menetap dan berkeluarga di Suriname.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya