Aliansi AUKUS, Australia Tegaskan Tidak Akan Membuat Senjata Nuklir

Malaysia tetap khawatir AUKUS memicu perlombaan senjata

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, pada Selasa (28/6/2022), berkunjung ke Kuala Lumpur. Dia bertemu dengan Saifuddin Abdullah, Menteri Luar Negeri Malaysia.

Dalam kesempatan itu, Wong menegaskan bahwa negaranya tidak akan membuat atau memiliki senjata nuklir meski telah membangun aliansi AUKUS bersama Inggris dan Amerika Serikat (AS). AUKUS terbentuk saat Australia membeli kapal selam bertenaga nuklir dari AS.

Meski begitu, Malaysia tetap mengungkapkan kekhawatirannya. Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri pernah menagtakan menolak aliansi yang berbagi senjata nuklir atau teknologi terkait karena mengancam akan memicu perlombaan senjata.

Baca Juga: Sepakat Lanjutkan Perundingan Nuklir, Iran Tetap Luncurkan Roket

1. Australia tegaskan hanya memiliki sistem penggerak nuklir untuk kapal selam dan bukan senjata nuklir

Aliansi AUKUS, Australia Tegaskan Tidak Akan Membuat Senjata NuklirMenlu Australia Penny Wong dan Menlu Malaysia Saifuddin Abdullah (Twitter.com/Saifuddin Abdullah)

Kesepakatan pembelian kapal selam tenaga nuklir Australia dengan AS dan terbentuknya aliansi trilateral AUKUS telah memicu perdebatan. Negara di kawasan Pasifik, khususnya ASEAN, khawatir bahwa itu akan memicu terjadinya perlombaan senjata dan mengancam stabilitas keamanan.

"Kami bukan (negara) tenaga nuklir. Ada kekuatan nuklir di wilayah ini, tetapi Australia bukan salah satunya," kata Penny Wong dalam konferensi pers, dikutip dari Associated Press.

"Kami tetap sangat jelas bahwa kami tidak mencari, kami juga tidak akan pernah berusaha untuk mempersenjatai, (untuk) memiliki kemampuan nuklir di kapal selam kami," tambah Wong setelah bertemu dengan Saifuddin Abdullah.

Wong menjelaskan kekhawatiran orang-orang yang mendengar kata nuklir. Tapi dia menegaskan Canberra hanya mencari sistem propulsi atau penggerak nuklir di kapal selam dan bukan senjata nuklirnya.

Baca Juga: Ancaman Nuklir Masuki Fase Paling Berbahaya Sejak Perang Dingin 

2. Australia berharap kekhawatiran akan hilang

Pakta pertahanan trilateral AUKUS telah menjadi salah satu fokus utama kekhawatiran negara-negara ASEAN. Pakta trilateral itu telah dipandang akan mengancam stabilitas kawasan, khususnya di wilayah Laut China Selatan yang saat ini sebagian besar diklaim sebagai milik China.

Namun Wong menegaskan kembali bahwa pemerintahan Australia yang baru saja dilantik pada 1 Juni lalu itu, memiliki komitmen menjaga kawasan tetap damai, stabil dan sejahtera.

Dilansir Independent, Wong telah menjelaskan sikap Australia tersebut kepada rekan-rekan negara tetangga lain termasuk ke Vietnam dan Indonesia. 

"Kami berharap seiring berjalannya waktu, Anda tahu, kekhawatiran masyarakat (tentang senjata nuklir) akan dapat diredakan," kata Wong yang memiliki darah keturunan China-Malaysia itu.

Baca Juga: PM Australia Kunjungi Prancis Pekan Depan, Ingin Perbaiki Hubungan

3. Malaysia tetap khawatir meningkatnya ancaman perlombaan senjata

Aliansi AUKUS, Australia Tegaskan Tidak Akan Membuat Senjata Nuklirilustrasi kapal selam (Pixabay.com/12019)

Pertemuan antara Menlu Australia dan Malaysia yang berlangsung di Kuala Lumpur itu diakui berlangsung secara ramah dan jujur dalam berdiskusi. Tapi meski Penny Wong telah menegaskan Australia tidak berniat memiliki senjata nuklir, Saifuddin Abdullah masih tetap memiliki kekhatiran atas ancaman meningkatnya perlombaan senjata.

"Kami baru saja berdiskusi dengan sangat jujur ​​tentang AUKUS dan saya berterima kasih kepada menteri luar negeri (Australia) karena telah menjelaskan posisi pemerintah. Posisi Malaysia tetap sama. Saya telah menyebutkan itu kepada menteri luar negeri," kata Abdullah dilansir The Guardian.

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri pernah mengatakan bahwa pemerintah Kuala Lumpur menolak aliansi trilateral AUKUS yang berbagi senjata nuklir atau teknologi terkait.

Dalam wawancaranya pada bulan Mei lalu, Sabri mengungkapkan kekhawatiran tentang meningkatnya perlombaan senjata di kawasan Pasifik karena aliansi tersebut.

"Kami khawatir bahwa beberapa ekonomi utama lainnya akan mengambil keuntungan dari AUKUS. Misalnya, jika China ingin membantu Korea Utara membeli kapal selam bertenaga nuklir, kami tidak bisa menolak karena AUKUS telah menjadi preseden," kata Sabri. 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya