AS dan UE: Masuknya Pasukan Eritrea ke Tigray Alami Kenaikan

Warga sipil Ethiopia bergabung melawan TPLF

Addis Ababa, IDN Times - Perang selama sembilan bulan dan bahkan akan mencapai bulan ke sepuluh di Tigray telah menimbulkan kekhawatiran besar munculnya ancaman krisis kemanusiaan. Perang itu telah meluas tidak hanya di regional Tigray tapi ke Afar dan Amhara.

Dalam perkembangan yang terbaru, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) bahkan memperingatkan peningkatan kedatangan pasukan negara tetangga Eritrea ke wilayah konflik Tigray untuk membantu Ethiopia.

Pasukan Eritrea sejak awal konflik pecah bulan November 2020, telah dituduh bergabung dengan pasukan pemerintah federal Ethiopia memerangi pasukan Tigrayan People's Liberation Front (TPLF). Namun para pejabatnya terus membantah tudingan itu.

Pada 23 Agustus, Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada Filipos Woldeyohannes, kepala staf Pasukan Pertahanan Eritrea (EDF). Departemen Keuangan menuduh pasukan melakukan pelanggaran hak asasi manusia seperti pembantaian, serangan seksual dan sengaja menembak warga sipil di jalan-jalan wilayah Tigray.

1. Pasukan Eritrea dikerahkan di wilayah barat Tigray dalam posisi defensif

Konflik di regional Tigray, bagian utara Ethiopia telah membuat ribuan orang meninggal dunia. Jutaan orang kehilangan tempat tinggal, ratusan ribu orang mengungsi bahkan menyeberang ke negara tetangga Sudan.

Konflik yang berkembang jadi perang mematikan itu bermula pada November 2020. Dengan cepat operasi militer yang diperintahkan oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed mendeklarasikan kemenangan pada akhir bulan setelah menaklukkan ibukota Mekelle, region Tigray.

Tapi pada 28 Juni 2021, TPLF merebut kembali Mekelle dan sebagian besar Tigray. Kini pertempuran meluas dan pasukan TPLF menyeberang ke region Afar dan Amhara.

Dalam peningkatan eskalasi di wilayah konflik itu, seperti dilansir Reuters, pemerintah AS dan UE memperingatkan peningkatan kedatangan pasukan Eritrea dari negara tetangga. Pasukan Eritrea sejak awal konflik telah dituduh menyeberang perbatasan dan ikut memerangi warga Tigray dan TPLF.

Pada hari Senin (24/8), Anthony Blinken yang menjabat Menteri Luar Negeri AS mengatakan "Amerika Serikat khawatir bahwa sejumlah besar (Pasukan Pertahanan Eritrea) telah memasuki kembali Ethiopia, setelah mundur pada Juni."

Di sisi lain, UE juga memperingatkan akan meningkatnya pasukan Eritrea yang menyeberang. Sebuah dokumen yang didapat Reuters menunjukkan mulai 20 Agustus, pasukan Eritrea telah dikerahkan ke bagian barat Tigray "mengambil posisi defensif dengan tank dan artileri." Mereka berada di sekitar kota Adi Goshu dan Humera.

2. PM Abiy Ahmed 'mampir' ke Eritrea sebelum sampai di Turki

Baca Juga: Terlibat Konflik Tigray, AS Sanksi Pejabat Militer Eritrea

Pada tanggal 18 Agustus lalu, PM Abiy melakukan kunjungan ke Turki dan bertemu dengan Presiden Erdogan. Dalam pertemuan tersebut, dilansir Associated Press, Erdogan mengatakan "perdamaian, ketenangan dan integritas Ethiopia, yang memiliki lokasi strategis dan penting di Afrika, penting bagi kami. Semua negara di kawasan akan terpengaruh oleh memburuknya situasi (atas Tigray)."

Erdogan mendukung resolusi damai atas konflik Ethiopia dengan Tigray. Selain itu, Erdogan juga mengatakan siap untuk menjadi mediator atas ketegangan yang terjadi antara Ethiopia dan negara tetangganya, yakni Sudan.

Namun dalam perjalanan ke Ankara itu, PM Abiy Ahmed dikabarkan pada 17 Agustus "singgah" ke Asmara, ibukota Eritrea. Dilansir laman Al Jazeera, kunjungan itu tidak diumumkan secara resmi oleh kantor PM Abiy Ahmed.

Pihak Kementrian Informasi Ethiopia, PM Ethiopia, dan militer Ethiopia tidak menanggapi permintaan komentar. Setelah kunjungan Abiy Ahmed ke Asmara itu, UE mengeluarkan memo internal yang mengatakan bahwa pasukan bala bantuan Eritrea telah untuk Ethiopia melintasi perbatasan Tigray.

3. Warga sipil Ethiopia termotivasi bergabung memerangi TPLF

Ketika pejuang TPLF mengambil alih Mekelle pada akhir Juni, pemerintah Ethiopia menawarkan gencatan secara sepihak atas dasar kemanusiaan. Tapi oleh TPLF hal itu disebut sebagai lelucon yang menyakitkan dan mereka terus melanjutkan serangan.

PM Abiy Ahmed kemudian membatalkan gencatan senjata sepihak itu, dan menyerukan kepada seluruh warga Ethiopia yang sehat untuk bergabung dengan pasukan pemerintah dalam melawan TPLF.

Pengumuman PM Abiy telah membuat komunitas internasional khawatir bahwa pertempuran semakin membesar dan krisis kemanusiaan yang sudah terjadi akan semakin parah.

Melansir Africa News, dari penduduk sipil yang akhirnya ikut bergabung dengan pasukan Ethiopia, mereka termotivasi karena "apa yang memprakarsai kami untuk bergabung dalam perang adalah kekejaman yang telah dilakukan. Ketika Anda melihat pembantaian di Mai Kadra, serangan terhadap komando utara, dan pembunuhan di Kobo dan Afar, ini keji dan mengkhawatirkan. Kami ingin melenyapkan junta ini (TPLF)," kata salah satu rekrutan yang baru lulus.

Baca Juga: Pasukan Tigray Kuasai Kota Suci Lalibela

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya