AS-Meksiko Mulai Usir Ribuan Warga Haiti di Perbatasan Texas

Gedung Putih marah dengan tindakan patroli perbatasan

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) dan Meksiko, bersama-sama meningkatkan ketegasan mereka dan mulai mengusir ribuan penduduk Haiti yang bertahan di perbatasan Texas-Tamaulipas.

Lebih dari 12 ribu migran yang mencoba mencari suaka untuk bisa memasuki AS di perbatasan Texas, AS dan Tamaulipas, Meksiko. Sebagian besar dari mereka adalah warga Haiti.

Ribuan orang berkemah di bawah jembatan dan baru-baru ini, AS mengirim mereka kembali pulang dengan penerbangan yang dilakukan dalam beberapa tahap. Pada hari Selasa (21/9), petugas patroli perbatasan AS yang menunggang kuda, mengusir migran Haiti dengan menangkap dan mencambuk.

1. AS-Meksiko mulai melakukan deportasi dan pengungsiran migran Haiti

Sejak hari Minggu (19/9), pemerintah AS telah mulai menerbangkan migran Haiti yang bertahan di perbatasannya. Pesawat mengantarkan para pencari suaka itu kembali ke bandara Port-au-Prince.

Pada hari Selasa, enam penerbangan disiapkan untuk mendeportasi penduduk Haiti yang telah berada di perbatasan dengan berkemah dalam beberapa waktu.

Menurut The Guardian, lebih dari 6.000 migran telah dipindahkan dari kamp yang mereka dirikan di bawah jembatan perbatasan Texas. Beberapa pengungsi kembali menyeberang ke Meksiko dan lainnya bingung mau kemana.

Meksiko sendiri dikabarkan juga telah mulai mengusir para penduduk Haiti yang kembali ke Meksiko dari perbatasan AS. Seorang pejabat federal Meksiko mengatakan rencananya adalah membawa para migran ke Monterrey, di Meksiko utara, dan Tapachula, di selatan, dengan penerbangan ke Haiti.

2. Gedung Putih marah dengan tindakan pasukan patroli perbatasan

Baca Juga: Kepala JPU Haiti Undang PM Haiti soal Kasus Pembunuhan Moise

Pada hari Selasa, foto-foto tentang pasukan patroli perbatasan AS yang menunggang kuda dan bertopi lebar, banyak beredar di media sosial. Beberapa foto menunjukkan salah satu pasukan patroli membawa cambuk untuk mengusir para pencari suaka yang sebagian besar warga Haiti.

Tindakan pasukan patroli itu, telah menimbulkan kemarahan dari banyak kalangan. Kritik segera meluncur untuk ditujukan kepada pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden.

Dilansir dari Huffington Post, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa meskipun dia tidak memiliki "konteks penuh" tentang apa yang terjadi dalam insiden tersebut, "Saya pikir yang melihat rekaman itu akan berpikir itu dapat tidak dapat diterima atau sesuai."

Menanggapi rekaman video dan foto perilaku pasukan patroli perbatasan, Departemen Dalam Negeri AS dalam sebuah pernyataan juga menilai bahwa itu "sangat meresahkan." Penyelidikan akan dilakukan dengan cepat untuk dilakukan tindakan disipliner yang sesuai.

Chuck Schumer, pemimpin mayoritas Senat, mendesak Joe Biden untuk segera mengakhiri pengusiran migran Haiti. "Gambar-gambar migran Haiti yang dipukul dengan cambuk dan bentuk-bentuk kekerasan fisik lainnya benar-benar tidak dapat diterima," katanya.

3. Bencana dan rasa tidak aman telah memicu ribuan orang Haiti untuk bisa mencari penghidupan di AS

Haiti telah menderita dan menjadi salah satu negara termiskin di benua Amerika. Selain itu, negara tersebut juga tidak stabil, baik secara keamanan maupun politik.

Presiden Haiti yang bernama Jovenel Moise dibunuh pada bulan Juli lalu, dan telah meningkatkan kekhawatiran akan semakin tidak stabilnya negara tersebut.

Ditambah lagi dengan bencana gempa bumi yang telah merusak dan mematikan, membuat banyak penduduk Haiti putus asa dan mencoba mencari peruntungan agar bisa diterima di AS. 

Dilansir dari Associated Press, Claile Bazile, salah satu warga Haiti yang telah sampai di perbatasan AS-Meksiko mengaku ia meninggalkan negaranya setelah gempa bumi tahun 2010. Kini ia dideportasi dan tidak tahu akan tinggal di mana bersama putranya yang berusia dua tahun.

Penduduk Haiti lainnya yang bernama Joseph Derilus, telah meninggalkan negaranya untuk mencari pekerjaan ke Chile. Tapi kemudian dia ingin bisa memasuki AS dan akhirnya terdampar di perbatasan.

Dia termasuk orang yang sudah dideportasi kembali ke Haiti bersama istri dan anaknya yang masih kecil. "Saya tidak punya uang. Semuanya sangat rumit. Tidak ada keamanan di Haiti. Tidak ada apa-apa."

Salah satu faktor lain yang membuat orang Haiti pergi adalah kekerasan antar geng yang brutal. Organisasai Doctor Without Borders menjelaskan "ketidakamanan yang kita lihat hari ini di Port-au-Prince adalah yang terburuk yang telah kita lihat dalam beberapa dekade."

Mereka meminta AS untuk tidak mendeportasi penduduk Haiti dengan alasan kemanusiaan.

Menurut organisasi tersebut, lebih dari separuh pasien di fasilitas kesehatan mereka menderita luka tembak. "Tidak masuk akal mengembalikan migran di luar kehendak mereka ke situasi ketidakpastian dan bahaya ini," katanya.

Baca Juga: AS Akan Deportasi Ribuan Pengungsi Haiti di Perbatasan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya