AS Tuduh Ethiopia Blokade Bantuan ke Tigray

Sekjen PBB: Tidak ada solusi militer dalam konflik Tigray 

Addis Ababa, IDN Times - Konflik di Ethiopia masih jauh dari kata damai. Perang antara pasukan pemerintah federal dengan pejuang regional Tigray atau Tigray People's Liberation Front (TPLF) masih berlanjut. Sampai saat ini, konflik tersebut telah terjadi hampir sepuluh bulan lamanya.

Pertempuran antara pejuang TPLF dan militer federal Ethiopia, membuat rakyat sipil terjebak di antaranya. Jutaan orang harus meninggalkan rumah, mengungsi ke tempat-tempat penampungan baik itu di dalam wilayah Tigray, maupun di wilayah negara tetangga seperti Sudan.

Bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi telah beroperasi di wilayah Tigray. Namun dalam beberapa bulan terakhir, bantuan itu tersendat. Pada Jumat (20/8), kepala USAID menyalahkan pemerintah Ethiopia karena memblokade jalan sehingga bantuan tidak bisa mencapai kamp pengungsian.

1. AS salahkan pemerintah Ethiopia telah memblokir bantuan kemanusiaan

Konflik di Tigray, Ethiopia, bermula sejak November 2020. Saat itu, pemerintahan Perdana Menteri (PM) Abiy Ahmed menuduh TPLF telah melancarkan serangan ke beberapa pangkalan militer federal Ethiopia. Operasi militer balasan segera diluncurkan dan pejuang TPLF diperangi.

Secara cepat, ibukota Tigray yakni Mekelle, jatuh ke dalam kekuasaan pasukan federal Ethiopia. Namun delapan bulan kemudian, TPLF yang bangkit mampu merebutnya kembali.

Sejak Juni 2021, TPLF bahkan meningkatkan serangan ke regional tetangga yakni Afar di timur dan Amhara di Barat.

Selama konflik itu, ribuan orang tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi. Ratusan ribu orang yang berada di pengungsian hidup bergantung bantuan kemanusiaan dari luar.

Ironisnya, ratusan truk bantuan kemanusiaan yang berisi makanan dan obat-obatan tidak bisa memasuki Tigray dengan lancar. Ratusan truk tersebut tertahan di kota Semera, sebuah kota di Afar yang terhubung dengan ibukota Mekelle.

Seorang koresponden BBC Afrika yang bernama Catherine Byaruhanga mengatakan selama konflik tersebut, Amerika Serikat (AS) berusaha untuk tidak membela salah satu pihak.

Namun kini setelah bantuan kemanusiaan tertahan selama beberapa pekan, AS menyalahkan Ethiopia telah memblokade akses bantuan kemanusiaan.

Samantha Power yang menjadi Kepala USAID, lembaga bantuan kemanusiaan AS, mengatakan "kekurangan ini bukan karena makanan tidak tersedia, tetapi karena pemerintah Ethiopia menghalangi bantuan dan personel kemanusiaan, termasuk konvoi darat dan akses udara," katanya.

2. Ethiopia bantah sengaja memblokade bantuan kemanusiaan

Baca Juga: Tak Ada di Negara Lain, 8 Hewan Ini Hanya Bisa Ditemui di Ethiopia

Jumlah pengungsi yang kelaparan di kamp pengungsian Tigray mencapai angka yang fantastis. Sekitar 900.000 orang saat ini dalam kondisi kelaparan dan sekitar lima juta orang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Samantha Power mengatakan "USAID dan mitranya serta organisasi kemanusiaan lainnya telah kehabisan persediaan makanan yang disimpan di Tigray." Bahkan kini, para pekerja kemanusiaan tersebut dikabarkan harus berbagi jatah makanan di antara mereka sendiri.

Melansir kantor berita Reuters, juru bicara PM Abiy Ahmed yang bernama Billene Seyoum mengatakan pemerintah Ethiopia menolak tuduhan "sengaja memblokir bantuan kemanusiaan" dalam konferensi pers hari Jumat. Dia beralasan pemerintah khawatir tentang aspek keamanannya saat bantuan itu dikirim.

Seyoum menjelaskan "keamanan adalah prioritas pertama dan terutama yang tidak dapat dikompromikan, ini adalah area yang mudah berubah sehingga dalam hal itu akan ada pemeriksaan dan proses yang berkelanjutan."

Sejak Juli lalu, hanya 320 truk yang mampu mencapai kamp pengungsian Tigray. Padahal, para pengungsi itu membutuhkan setidaknya 100 truk per hari. Jumlah bantuan yang berhasil dikirim hanya 7 persen dari yang dibutuhkan.

Juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Saviano Abreu mengatakan "di semua sektor, persediaan bantuan yang tersedia di Tigray hampir habis, dan operasi kemanusiaan mungkin terpaksa dihentikan jika, konvoi bantuan tidak tiba dalam waktu dekat," katanya.

3. Tidak ada solusi militer dalam konflik Tigray

Beberapa pekerja bantuan kemanusiaan masih dapat memasuki Tigray dan berkunjung ke kamp pengungsian. Salah satu pekerja bantuan yang baru saja berkunjung ke Tigray mengatakan kepada Associated Press bahwa kondisi di daerah tersebut sangat mengerikan karena sumber daya sangat terbatas.

Sejauh ini, layanan bank dan telepon serta akses internet masih terputus. Kelompok pekerja bantuan kehabisan uang. Bahan bakar yang langka memicu harga solar naik lima kali lipat dari harga biasanya.

Meskipun beberapa toko yang ada di Tigray memiliki persediaan makanan, tapi karena kekurangan uang tunai membuat banyak orang tidak bisa membeli dan memilikinya.

“Salah satu definisi kelaparan bukanlah kekurangan makanan, melainkan kurangnya akses terhadap makanan,” kata pekerja bantuan tersebut.

PBB telah mengutarakan keprihatinan atas konflik di Tigray. Dalam laporannya, PBB mengatakan banyak anak-anak balita dan para ibu hamil kekurangan gizi akut.

Sekjen PBB, Antonio Guterres telah meminta untuk diadakan gencaran senjata secepatnya. Dia berkata "sudah waktunya bagi semua pihak untuk mengakui bahwa tidak ada solusi militer, dan sangat penting untuk menjaga persatuan dan stabilitas Ethiopia yang sangat penting bagi kawasan dan sekitarnya," katanya dikutip US News kepada wartawan di New York.

Konflik Tigray yang kini melebar ke Afar dan Amhara telah membuat sekitar 250.000 orang mengungsi dan mengancam terciptanya bencana kemanusiaan lain, jika stabilitas wilayah tersebut tidak dapat dikendalikan.

Baca Juga: Abiy Ahmed Akhiri Gencatan Senjata, Ethiopia Memanas

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya