Bangladesh Borong Alat Retas dari Israel, Buat Apa?

Alat peretas dibeli dengan perantara

Dhaka, IDN Times - Bangladesh dikabarkan telah membeli banyak peralatan peretasan dari sebuah perusahaan yang berasal dari Israel. Peralatan yang dibeli tersebut adalah produk bernama UFED buatan Cellebrite. Kabar transaksi pembelian alat peretasan itu dilaporkan oleh Al Jazeera lewat Unit Investigasinya (I-Unit). 

Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di Asia Selatan, Bangladesh tidak mengakui Israel sebagai sebuah negara. Itu karena Bangladesh menjalin solidaritas bersama untuk Palestina. Namun, meski di antara keduanya tidak menjalin hubungan diplomatik, bisnis atau kerja sama tetap bisa terjadi.

1. Kontrak perdagangan bernilai miliaran

Bangladesh Borong Alat Retas dari Israel, Buat Apa?Kontrak kerja sama Bangladesh dan perusahaan alat retas Israel bernilai miliaran. Ilustrasi (unsplash.com/Alexander Schimmeck)

Bangladesh dan Israel secara resmi tidak memiliki hubungan diplomatik. Bangladesh juga tidak mengakui keberadaan negara Israel dan melarang perdagangan dengannya serta mencegah warga berkunjung ke Israel.

Meski begitu, perdagangan di balik permukaan kadang bisa terjadi secara sembunyi-sembunyi. Ironisnya, hal itu dilakukan oleh pemerintah sendiri.

Melansir dari laman Al Jazeera, Unit Investigasi media tersebut mengungkapkan bahwa Bangladesh menjalani kontrak perdagangan dengan Israel senilai 330 ribu dolar AS atau setara Rp4,7 miliar. Kontrak tersebut terkait peralatan peretasan dari fima keamanan Cellebrite.

Belum diketahui secara rinci apakah negara Bangladesh mendapatkan peralatan itu secara lansung atau melalui anak perusahaan Cellebrite yang memiliki basis di negara lain, dan itu berguna untuk menutupi asal-usulnya. Akan tetapi, pada Februari 2019, perwira Bangladesh pernah melakukan pelatihan dengan pakar intelijen Israel di Hongaria.

2. Peralatan peretas yang mampu mengakses dan mengekstrak dari berbagai macam ponsel

Bangladesh Borong Alat Retas dari Israel, Buat Apa?Ilustrasi ponsel. (unsplash.com/Maxim Ilyahov)

Dalam laporan penelusuran investigasi Al Jazeera, alat peretas yang didapatkan oleh Bangladesh yang terbaru ini adalah UFED. Peralatan peretasan tersebut memiliki kemampuan tangguh untuk menjebol penghalang digital apa pun.

Melansir dari laman resmi Cellebrite, UFED juga memiliki kemampuan menjebol penghalang terenskripsi, dan mengumpulkan kembali berkas yang dihapus dan tak dikenal.

Kemampuan lain yang dimiliki UFED yakni mampu mengumpulkan lebih banyak data dengan cara yang cepat dan mampu menerjemahkan konten sekaligus dengan tetap mempertahankan keberadaan bahasa sumber ke bahasa terjemahan.

Peralatan peretasan ini juga menawarkan pelatihan yang diajarkan khusus oleh tim forensik digital yang handal dan terkemuka untuk meningkatkan ketrampilan.

Alat peretas dari Cellebrite tersebut pernah digunakan sebelumnya untuk meretas ponsel para demonstran Hong Kong. Melalui alat tersebut, kepolisian Hong Kong mampu meretas sektiar 4.000 ponsel jenis apa saja yang digunakan oleh demonstran.

Para aktivis dan pegiat hak asasi manusia mengkritik ekspor teknologi Israel ke negara lain, yang mana teknologi itu digunakan untuk menindas dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Dengan ekspor tersebut, Israel dianggap telah mendukung rezim yang melakukan pelanggaran hak asasi.

Baca Juga: Bangladesh Hukum Mati Pembunuh Blogger AS

3. Pembelian alat peretas melalui perantara

Bangladesh Borong Alat Retas dari Israel, Buat Apa?Ilustrasi kerja sama. (unsplash.com/Sebastian Herrmann)

Selain UFED dari Cellebrite, rupanya pemeritah Bangladesh juga membeli peralatan peretas lainnya dari sebuah perusahaan yang bernama PicSix. Peralatan peretas itu bernama P6 Interception. Ini adalah peralatan "pasif" pemantau ponsel dan punya fungsi untuk melakukan "intersepsi". 

Melansir dari laman media Israel Haaretz, penjualan dilakukan bukan atas dasar Israel sebagai negara asal tetapi dari negara Hungaria. Penjualan tersebut melalui perantara yang bernama James Moloney dari perusahaan Sovereign System.

Moloney sendiri adalah pria berkebangsaan Irlandia dan Sovereign System adalah mitra PicSix di Asia. Sovereign System terdaftar di Singapura tetapi memiliki basis di Bangkok, Thailand.

Menurut Moloney, teknologi P6 Interception "dari Israel, jadi kami tidak mengiklankan teknologi itu." Dia merasa harus hati-hati menampilkan profil publik di website perusahaannya. "Teknologi ini sangar agresif dan mengganggu," kata Moloney menambahkan.

Pihak Kementrian Bangladesh dan militernya membantah telah mendapatkan peralatan peretasan itu dari Israel. Angkatan Darat Bangladesh sendiri menuduh informasi yang tersebar bahwa alat itu dari Israel adalah informasi palsu.

Melansir dari laman Dhaka Tribune, “Tidak ada bagian peralatan yang disebutkan/ditulis bahwa ini berasal dari Israel. Tidak ada kerja sama/pengadaan (alat) pertahanan dari Israel karena Bangladesh tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara itu, ”kata markas besar Angkatan Darat Bangladesh.

Baca Juga: Akademi Pertama untuk Transgender di Bangladesh Didirikan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya