Banjir dan Longsor Hantam Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Puluhan ribu orang dievakuasi ke tempat yang lebih aman

Dhaka, IDN Times - Cox's Bazar, salah satu distrik di Bangladesh yang dekat dengan Myanmar, adalah tempat pengungsian terbesar di dunia. Lebih dari setengah juta warga Rohingya ditampung di tempat ini karena melarikan diri dari tindakan keras Myanmar pada tahun 2017 lalu.

Beberapa bencana telah menerpa tempat pengungsian tersebut, dari mulai kebakaran sampai tertularnya infeksi virus corona. Kini, musim hujan yang melanda daerah tersebut telah memicu banjir dan longsor yang mematikan.

Banyak pengungsi berlarian untuk menyelamatkan diri ketika gubuk mereka tergenang air dan puluhan ribu orang terdampak. Sekitar 10.000 pengungsi telah dievakuasi dan dipindahkan sementara di tempat yang lebih aman.

1. Setidaknya 14 tewas dan sekitar 10 ribu pengungsi dievakuasi

Komisaris pengungsi bernama Shah Rezwan Hayat memberikan keterangan bahwa selama tiga hari berturut-turut hujan deras melanda daerah Cox's Bazar. Melansir laman Al Jazeera, “kami telah membawa sekitar 10.000 Rohingya ke tempat-tempat yang aman setelah tempat penampungan mereka dilanda hujan lebat dan tanah longsor,” kata Hayat

Puluhan ribu penduduk Rohingnya membuka hutan di perbukitan dan sekitarnya untuk tempat tinggal karena tempat kamp pengungsian tidak mampu menampung mereka. Tempat itu sering terancam tanah longsor setiap musim hujan.

Dalam kejadian tersebut, setidaknya enam orang Rohingya tewas dan beberapa lainnya terluka karena tertimbun tanah. Korban tewas lainnya adalah penduduk desa setempat yang rumahnya terkubur longsoran tanah.

Menurut UNHCR, badang pengungsi PBB, sekitar 2.500 tempat penampungan telah rusak atau hancur.

Menurut Al Jazeera, sejauh ini total korban ada 14 orang, termasuk pengungsi dan penduduk lokal setempat. Seorang pengungsi korban tanah longsor bernama Mohammad Salam, yang dipindahkan bersama istri dan tiga anaknya mengatakan "rumah saya ambruk kemarin. Saya tidak punya apa-apa. Saya punya tiga anak dan mereka mulai demam."

2. Korban pengungsi yang tewas termasuk anak-anak

Baca Juga: Ratusan Pengungsi Rohingya akan Dideportasi India ke Myanmar

Bangladesh menghadapi musim hujan dalam tiga bulan ke depan. Dalam 24 jam terakhir saja, lebih dari 300 milimeter hujan turun di kamp-kamp pengungsian. Curah hujan tersebut hampir setengah dari rata-rata curah hujan bulanan untuk bulan Juli dalam satu hari.

Kantor cuaca Bangladesh mengatakan hujan yang lebih deras diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Kondisi di tempat pengungsian semakin mengkhawatirkan, ditambah dengan adanya pandemik COVID-19 di lokasi tersebut. memperkirakan hujan lebat akan berlanjut selama beberapa hari ke depan. 

Pejabat senior Bangladesh yang bernama Mohammad Shamsud Douza dan bertanggung jawab atas pengungsi, bahwa enam korban tewas dari pengungsi adalah lima orang akibat tanah longsor dan seorang anak tersapu banjir.

Banyak pengungsi Rohingya tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu dan tertutup lembaran plastik di bawah bukit-bukit yang curam dan gundul. Nasib mereka rentan ancaman seperti longsor ketika musim hujan datang.

3. Lembaga pengungsi PBB kekurangan dana

Banjir dan Longsor Hantam Pengungsi Rohingya di BangladeshLogo UNHCR PBB. (Twitter.com/Heaven Crawley)

Jaringan Tim Tanggap Darurat UNHCR, lembaga pengungsi PBB, telah dikerahkan untuk membantu dan memberi dukungan kepada keluarga yang terkena dampak dan mereka yang terpaksa pindah sementara.

Relawan pengungsi yang telah dilatih UNHCR juga ikut membantu saudaranya dalam bencana tersebut. Tim saat ini juga menilai kerusakan dan memulai perbaikan segera ke tempat penampungan serta melakukan perbaikan lokasi.

Melansir laman resmi PBB, UNHCR berusaha memprioritaskan untuk mendapatkan akses ke layanan penting bagi semua yang terkena dampak.

Saat ini, UNHCR tidak memiliki dana yang cukup untuk memberikan bantuan maksimal kepada lebih dari setengah juta pengungsi Rohingya di Bangladesh. Dalam 2021 Joint Response Plan, UNHCR membutuhkan dana sebanyak 943 juta dolar AS atau setara Rp13,6 trilun untuk satu tahun.

Namun, UNHCR hanya mendapatkan kira-kira 30 persennya saja dari rencana tersebut. Jumlah yang diterima UNHCR adalah 274 juta dolar AS atau Rp3,9 triliun.

Baca Juga: Bangladesh Kirim Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya