Bank Dunia Ancam Hentikan Pendanaan Vaksin COVID-19 untuk Lebanon

Terjadi nepotisme pemberian vaksin

Beirut, IDN Times - Kabar tidak mengenakkan datang dari gedung Parlemen Lebanon. Kabar tersebut adalah adanya nepotisme dalam tindakan vaksinasi terhadap penduduk. Anggota parlemen dikabarkan menerima suntikan vaksin secara rahasia di dalam gedung perlemen.

Hal itu telah membuat marah para pengawas peluncuran vaksin di negara tersebut. Bank Dunia sendiri juga mengancam dapat menghentikan pendanaannya untuk Lebanon karena terjadi ketidakadilan dalam distribusi pemberian vaksin.

Sejauh ini, penduduk Lebanon yang terinfeksi virus corona sebanyak 359.337 orang. Mereka yang meninggal ada 4.446 orang. Namun negara Lebanon adalah negara berpendapatan rendah yang sebagian besar tergantung dengan bantuan luar. Program kampanye vaksin butuh pendanaan dari luar, khususnya Bank Dunia.

1. Memvaksinasi orang-orang yang tidak terdaftar

Bank Dunia Ancam Hentikan Pendanaan Vaksin COVID-19 untuk LebanonIlustrasi vaksin. (Pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Lebanon sementara ini telah mendapatkan separuh dari 60.000 dosis vaksin Pfizer-BioNTech. Mereka mulai melakukan suntikan pertama vaksinasi mulai tanggal 14 Februari lalu. Dalam proses pemberian suntikan vaksin, mereka yang pertama mendapatkannya adalah para lansia yang rentan, dengan usia di atas 75 tahun.

Melansir dari laman Associated Press, dalam pemberian suntikan vaksin ada dugaan terjadi nepotisme di mana mereka yang tidak terdaftar justru mendapatkan suntikan. Salah satu yang dicurigai adalah mereka anggota parlemen mendapatkan suntikan di gedung parlemen secara rahasia dan tanpa persetujuan sebelumnya.

Sharaf Abu Sharaf, presiden dari Lebanese Order Physicians, sebuah organisasi dokter Lebanon, mengatakan "Ada banyak pelanggaran yang terjadi di pusat-pusat vaksinasi," ujarnya. Menurutnya, beberapa pelanggaran tersebut adalah memvaksinasi orang yang tidak terdaftar atau tidak termasuk dalam kampanye vaksin tahap pertama.

Warga Lebanon sendiri menduga bahwa peluncuran vaksin penuh dengan korupsi. Mereka meragukan dan tidak mempercayai pemerintah. Kabar adanya dugaan anggota parlemen mendapatkan suntikan vaksin secara sembunyi-sembunyi semakin membuat warga Lebanon marah.

2. Bank Dunia ancam akan hentikan pendanaan

Bank Dunia Ancam Hentikan Pendanaan Vaksin COVID-19 untuk LebanonGedung Bank Dunia di Washington DC. (Wikimedia.org/Shiny Things)

Bank Dunia adalah lembaga utama yang memberikan pendanaan bagi Lebanon dalam pembiayaan vaksin virus corona. Rencananya lembaga tersebut akan memberikan pinjaman dana sebanyak 34 juta dolar AS atau setara dengan Rp478,5 miliar untuk memvaksin dua juta penduduk Lebanon.

Menurut Bank Dunia, ada tiga krisis yang saat ini menghantam negara tersebut. Pertama, krisis ekonomi yang terjadi sejak Oktober 2019; kedua, wabah virus corona dan ketiga paska ledakan dahsyat yang terjadi di pelabuhan Beirut. Dengan bantuan pinjaman, Bank Dunia dan Masyarakat Palang Merah-Bulan Sabit sepakat untuk mengawasi distribusi vaksin.

Kabar adanya anggota legislatif yang mendapatkan vaksin tanpa persetujuan telah membuat marah perwakilan Bank Dunia di negara tersebut. Melansir dari laman Al Jazeera, Saroj Kumar Jha, direktur regional Bank Dunia Lebanon mengatakan "Kami akan mencatatnya sebagai pelanggaran syarat dan ketentuan yang kami sepakati untuk vaksinasi yang adil dan merata," katanya di media sosial.

Dia juga menambahkan bahwa Bank Dunia dapat menangguhkan pembiayaan bantuan pinjaman serta dukungan terhadap penyelesaian pandemi COVID-19 di seluruh Lebanon.

Namun Sekjen Parlemen, Adnan Daher mengelak dan membela. Dia mengatakan bahwa penerima suntikan vaksin di parlemen semuanya berusia diatas 75 tahun. Semuanya ada 20 orang anggota parlemen, termasuk di antaranya empat staf.

Baca Juga: Rudal Anti-Udara Diluncurkan dari Selatan Lebanon 

3. Protes publik Lebanon karena ketidakadilan

Bank Dunia Ancam Hentikan Pendanaan Vaksin COVID-19 untuk LebanonIlustrasi virus corona. (Pexels.com/CDC)

Pemberian suntikan vaksin yang dianggap tidak adil, rupanya juga tidak hanya terjadi di gedung parlemen Lebanon. Akan tetapi, pemberian vaksin juga dianggap sarat dengan nepotisme karena beberapa pasokan vaksin dikirim ke istana Presiden Lebanon.

Melansir dari kantor berita Reuters, kantor kepresidenan membenarkan bahwa Presiden, Michael Aoun yang berusia 86 tahun telah mendapatkan suntikan. Begitu pula istri dan 10 orang dari tim terdekatnya.

Abdul Rahman Bizri, dokter yang mengepalai komite vaksinasi COVID-19 Lebanon, mengatakan "Apa yang terjadi hari ini tidak bisa diterima." Bizri kecewa dengan apa yang terjadi di parlemen dan istana kepresidenan sehingga ia berniat mengundurkan diri dari posisinya. Namun niat itu ia urungkan.

Penduduk Lebanon ramai-ramai meluapkan kemarahan mereka di media sosial. Jad al-Hamawi, salah satu penduduk mengatakan bahwa kakeknya berusia 85 tahun dan saat ini juga sedang menderita sakit jantung. Kakek tersebut seharusnya masuk dalam prioritas penerima vaksin tapi belum mendapatkannya.

Bintang pop negara tersebut, Elissa, juga memprotes dan mengatakan "Malu pada negara ini dan para pemimpinnya. Apakah anggota parlemen ini lebih penting daripada rakyat?" ujarnya dalam sebuah unggahan di media sosial.

Protes lain juga disuarakan oleh Jonathan Dagher. Dia mengatakan "Saat orang yang kita cintai menghirup oksigen di bangsal COVID-19, anggota parlemen memotong antrean hari ini untuk mengambil vaksin."

Baca Juga: Kunjungi Lebanon, Presiden Prancis Ancam Jatuhkan Sanksi

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya