Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina 

Pejuang yang mempertahankan Mariupol dari tahun 2014

Jakarta, IDN Times - Batalion Azov di Ukraina telah menjadi pemberitaan di banyak kabar internasional. Batalion itu disebut beranggotakan para milisi sukarelawan yang memiliki ideologi neo-Nazi serta supremasi kulit putih.

Batalion Azov ikut mempertahankan Ukraina dari gempuran pasukan Rusia sejak tahun 2014 lalu, ketika Moskow mencaplok Krimea dan membantu pasukan pemberontak pro-Rusia di Donbass.

Kini setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Batalion Azov kerap jadi pemberitaan. Mereka beroperasi di sekitar kota Mariupol dan mempertahankan kota itu sampai titik terakhir.

Bahkan resimen dari Batalion Azov juga dikabarkan menjadi kelompok pasukan terakhir Ukraina yang mempertahankan Mariupol dan menjadikan kompleks pabrik metalurgi Azovstal sebagai benteng terakhir.

Berikut ini adalah fakta-fakta tentang Batalion Azov, pejuang Ukraina yang disebut memiliki ideologi neo-Nazi tersembunyi.

1. Sejarah terbentuknya Batalion Azov

Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina ilustrasi anggota batalion Azov (Wikipedia.org/Carl Ridderstråle)

Secara resmi, Batalion Azov adalah kelompok paramiliter Ukraina yang terbentuk dari dua kelompok organisasi. Dua kelompok tersebut adalah Patriot Ukraina (2005) dan Social National Assembly (SNA), sebuah gerakan neo-Nazi.

Kelompok tersebut dipimpin oleh Andriy Biletsky. Dia adalah hooligan sepak bola pendukung FC Metalist Kharkiv, yang dikenal sebagai Sekte 82.

Dikutip dari Al Jazeera, Biletsky pada 2010 mengatakan, tujuan nasional Ukraina adalah untuk, "memimpin ras kulit putih dunia dalam Perang Salib terakhir melawan Untermenschen (ras inferior) yang dipimpin Semit."

Pada 2014, Biletsky meninggalkan kelompok Azov karena terpilih sebagai anggota parlemen. Dia berada di jabatan tersebut sampai tahun 2019. Pada 2016 sebelumnya, dia juga mendirikan partai National Corps, sebuah partai sayap kanan yang basis intinya adalah veteran pejuang Azov.

2. Batalion Azov mendapatkan kredibilitas internasional

Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina pelabuhan di Mariupol (Unsplash.com/Viktor Hesse)

Aktivitas gerakan Batalion Azov pertama kali terekam dalam catatan adalah pada 2014. Saat itu, Rusia melakukan pencaplokan Semenanjung Krimea Ukraina dan dituduh mendukung pemberontak Donetsk dan Luhansk yang berada di Donbass.

Pemberontak di Donbass itu berusaha memisahkan diri dari Ukraina dan berperang melawan pasukan pemerintah Kiev. Batalion Azov menjadi salah satu kelompok sukarelawan terkenal yang membantu pemerintah Ukraina.

Saat itu, militer Ukraina lemah dan tidak cukup memiliki kemampuan untuk melawan pemberontak. Dikutip dari Center for International Security and Cooperation, Kementerian Pertahanan Ukraina mendorong terbentuknya unit militer sukarelawan untuk melawan kelompok separatis.

Seruan itu disambut oleh Biletsky dan anggota Patriot Ukraina yang kemudian membentuk Batalion Azov.

Nama mereka mulai mencapai ketenaran dan mendapatkan kredibilitas internasional ketika membantu merebut kota Mariupol pada Juni 2014. Sekitar setengah dari 400 pasukan pro-Ukrania yang mengambil kendali berasal dari Batalion Azov.

Selama Pertempuran Mariupol, Batalion Azov terlihat membawa ikon neo-Nazi di medan perang yang menampilkan simbol Wolfsangel. Itu adalah simbol sejarah kemerdekaan Jerman yang dikooptasi oleh Nazi.

3. Sumber pendanaan Batalion Azov

Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina Serhiy Taruta (Wikipedia.org/Andriy Makukha)

Dikutip dari The Guardian, mereka memperoleh pendanaan yang cukup dari Gubernur wilayah Donetsk saat itu, yakni Serhiy Taruta.

Dalam catatan CS Monitor, Taruta adalah salah satu pendiri Industrial Union of Donbass, memiliki bisnis metalurgi dan pertanian dengan kekayaan ratusan juta dolar.

Ada lagi satu sosok yang mendanai kelompok pejuang ekstrem sayap kanan Azov. Dia adalah taipan Yahudi, Igor Kolomoisky. 

Menurut Vox, Kolomoisky bahkan tidak hanya mendanai Azov, tapi juga mendanai milisi swasta lain yang membantu pemerintah Ukraina untuk bertempur di Donbass. Dia mendanai Batalyon Dnipro, pasukan swasta yang memiliki 2.000 pejuang siap tempur dan 20 ribu pejuang cadangan lainnya.

Kolomoisky adalah seorang oligarki yang juga Gubernur wilayah Dnipropetrovsk.

Baca Juga: Demi Anjingnya, Kakek Ini Berjalan 225 Km Untuk Keluar dari Mariupol 

4. Batalion Azov bergabung dengan Garda Nasional Ukraina

Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina ilustrasi militer Ukraina (Twitter.com/ArmyInform)

Ketika Batalion Azov memiliki peran penting dalam menguasai kembali Mariupol pada 2014, perang di Donbass kemudian saat itu menyusut. Presiden Ukraina saat itu, Petro Poroshenko, mengakui Azov adalah pejuang terbaik, dilansir Independent.

"Ini adalah pejuang terbaik kami," kata Poroshenko, saat upacara penghargaan yang menyerahkan medali kepada Biletsky, sebuah medali relawan terbaik.

Sejak itu, banyak pejuang Azov bergabung dengan Garda Nasional Ukraina yang mendapatkan gaji resmi dari pemerintah. Mereka berada di bawah naungan Kementrian Dalam Negeri.

"Mereka pada dasarnya berubah dari sekelompok preman sayap kanan. Begitulah cara mereka terlihat sebelum 2014, tidak relevan secara numerik dan politik," kata Kacper Rękawek, seorang rekan post-doctoral di Pusat Penelitian Ekstremisme di Universitas Oslo, dilansir Vice.

"Tiba-tiba, mereka berubah dari nol menjadi pahlawan," tambahnya.

Azov kemudian berkembang menjadi milisi, mengadakan kamp musim panas untuk anak-anak, dan pusat pelatihan militer. Dilansir CNN, mereka juga menjalankan kegiatan festival musik, acara politik, dan turnamen bela diri campuran.

Bahkan, mereka juga memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan internasional lainnya di berbagai negara. 

Olena Semenyaka, kepala departemen internasional partai National Corps, menghadiri festival pada 2018 yang diselenggarakan oleh neo-Nazi Jerman. Pada 2019, dia berbicara di Forum Scanza sayap kanan di Swedia bersama neo-Nazi Inggris Mark Collett.

5. Batalion Azov menarik pejuang dari luar negeri

Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina ilustrasi (Pexels.com/Jakson Martins)

Kota Mariupol telah menjadi kota utama yang kemudian menjadi markas besar Batalion Azov. Kota tersebut berada di pesisir Laut Azov, di bagian tenggara Ukraina. 

Deutsche Welle mencatat, para pejuang Azov terlatih dengan baik. Sejak terkenal pada 2014, batalion tersebut memiliki sekitar 1.000 pejuang, serta memiliki perlengkapan perang seperti artileri dan tank.

Sepanjang 2014, beberapa relawan yang bergabung dengan Azov bahkan berasal dari luar negeri. The Guardian mencatat, ada juga pejuang berasal dari St. Petersburg, Rusia, juga dari Swedia.

Mikael Skillt, seorang mantan aktivis sayap kanan, pernah dilatih menjadi penembak jitu di tentara Swedia dan bergabung dengan Azov. Meski begitu terkenal, tapi faktanya pejuang Azov adalah elemen minoritas dari pasukan Ukraina.

Ketika mereka dituduh sebagai ultranasionalis yang anti-Rusia, sebenarnya bahasa yang mereka gunakan di antara anggota adalah bahasa Rusia dan sebagian menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa pertama.

6. Rekaman kekejaman pasukan Azov

Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina ilustrasi (Pexels.com/Antonio Prado)

Dalam catatan Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA), resimen Azov telah melakukan tindakan membahayakan warga sipil. Mereka juga dituduh menjarah properti.

Azov juga dituduh melakukan serangkaian penyiksaan terhadap tawanan perang dan menolak memberikan layanan medis meski tawanan terluka. Antara November 2015-Februari 2016, Al Jazeera mencatat Azov juga dituduh memperkosa para tahanan.

Karena rekam jejak pelanggaran batalion Azov, mereka sempat direncanakan untuk masuk dalam daftar teroris asing (FTO) Amerika Serikat (AS). Namun upaya itu tidak dilakukan karena beberapa alasan, salah satunya kekerasan mereka bersifat lokal dan seharusnya ditangani oleh pihak berwenang Ukraina, kutip Counter Extremism.

7. Batalion Azov dieksploitasi Presiden Putin sebagai alasan untuk invasi

Batalion Azov: Milisi Neo-Nazi yang Diangkat Jadi Militer Ukraina Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin (Twitter.com/ President of Russia)

Tidak ada angka resmi yang menunjukkan secara tepat berapa banyak pejuang di Batalion Azov. Tapi menurut New Statesman, diperkirakan ada 10 ribu pejuang. Jika jumlahnya dibandingkan dengan pasukan Ukraina sebelum perang terjadi, Azov hanya menempati 5,1 persen dari komposisi.

Namun, keberadaan mereka telah dieksploitasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022, kutip CNN.

Dalam pidato yang disiarkan televisi sebelum invasi, Putin mengatakan, "kami akan berusaha untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina."

Denazifikasi yang dimaksud oleh Putin dinilai oleh negara-negara Barat sebagai tidak masuk akal dan mengabaikan fakta, karena pada dasarnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adalah seorang Yahudi. Yahudi sendiri adalah korban Nazi dalam Perang Dunia II.

Dalam catatan Vox, gerakan politik Azov pada 2019 di pemilu Ukraina juga hanya menerima dua persen suara. Ini menunjukkan kelompok sayap kanan tersebut, secara politik, tidak mendapatkan ketertarikan secara luas di kalangan Ukraina.

Baca Juga: Situasi Terkini di Ukraina: Selangkah Lagi Rusia Kuasai Luhansk!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya