Belgia: Protes Pembatasan COVID-19, Warga Buat Aksi Demo

Warga Belgia merasa didiskriminasi

Jakarta, IDN Times - Di ibu kota Brussel, ribuan warga Belgia turun ke jalanan pada hari Minggu (5/12/21). Mereka melakukan protes atas pengetatan aturan COVID-19, yang saat ini kasus infeksinya telah mengalami lonjakan di beberapa negara Eropa.

Ketika sekitar 100 orang mencoba menerobos kantor Komisi Eropa dan dihalangi oleh polisi, mereka terlibat bentrokan. Peserta demonstran melempari polisi dengan sampah, dan benda lainnya termasuk sepeda. Polisi bergerak untuk membubarkan massa yang ricuh dengan menggunakan tembakan gas air mata dan meriam air.

1. Lebih buruk dari skenario terburuk

Lebih dari 27.000 orang Belgia telah meninggal karena infeksi COVID-19 sejak wabah tersebut dimulai. Saat ini, negara tersebut mencatat ada 1.827.467 total kasus infeksi. Angka tersebut terus mengalami kenaikan.

Saat ini di Belgia, lebih dari 3.700 orang dirawat di rumah sakit karena terinfeksi virus corona. Hampir seribu orang di antaranya dalam perawatan intensif. Rumah sakit mengalami kenaikan penerimaan pasien mencapai 4 persen.

Untuk mencegah tersebarnya infeksi virus, pemerintah Belgia melakukan pengetatan aturan kembali meski kebijakan tersebut sangat tidak populis. Pada 26 November 2021, pengetatan itu mulai diumumkan oleh Perdana Menteri Alexander De Croo.

Dilansir Politico, De Croo menjelaskan "jumlah tempat tidur yang ditempati dalam perawatan intensif telah berlipat ganda dalam satu minggu. Garis merah telah dilanggar dan itu tentu saja sangat mengkhawatirkan. Analisis yang kami buat kemarin adalah jauh lebih buruk daripada skenario terburuk yang dibuat oleh para ahli."

Kebijakan yang dipilih oleh PM adalah dengan mengambil tindakan untuk mengurangi tekanan dalam sektor pelayanan kesehatan. Dia juga mengumumkan dengan tegas kepada warganya, agar menghormati aturan jarak sosial untuk mencegah sebaran infeksi.

2. Demonstran dan polisi terlibat bentrokan

Baca Juga: Belgia Rebut Satu Tiket ke Piala Dunia 2022

Sejak keputusan pengetatan aturan kembali diberlakukan, banyak warga Belgia yang tidak sepakat. Mereka melakukan protes kepada pemerintah dan menuntut kebebasan. Protes yang terjadi pada hari Minggu adalah protes yang dilakukan oleh massa, selama tiga minggu berturut-turut.

Hari Jumat lalu (3/12/21), pemerintah Belgia lebih memperketat aturan dan itu tidak disukai oleh warga. Mereka melakukan demonstrasi sambil meneriakkan slogan "Kebebasan! Kebebasan! Kebebasan!"

Dilansir Associated Press, sebagian besar kerumunan demonstran berjalan dengan damai. Tapi sekitar 100 orang berlari menembus barikade polisi anti huru-hara yang menutup akses ke kantor Komisi Eropa. Demonstran dan polisi kemudian terlibat bentrokan. 

3. Demonstran anggap aturan pemerintah diskriminatif

Demonstrasi yang digelar pada hari Minggu, melibatkan sekitar 8.000 orang. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dari pada pekan lalu, yang melibatkan sekitar 35.000 orang. Namun protes terbaru, para demonstran berusaha untuk menuju kantor pusat Uni Eropa yang aksesnya ditutup oleh polisi.

Menurut Al Jazeera, gas air mata dan meriam air digunakan oleh polisi untuk membubarkan massa yang ricuh dalam bentrokan. Massa melempari polisi dengan sampah, petasan, suar dan juga kaleng bir.

Sejauh ini, tidak ada laporan korban terluka dari peristiwa tersebut. Tapi setelah para demonstran bubar dan menjadi kelompok-kelompok kecil, insiden bentrokan kembali lagi terjadi lebih banyak. Para demonstran membakari sampah dan barikade milik polisi.

Warga Belgia yang melakukan demonstrasi, mereka protes aturan kewajiban vaksinasi dan aturan menunjukkan sertifikat vaksin untuk mengakses bar serta restoran. Aturan itu menurut mereka sangat diskriminatif.

Alain Sienaort, salah satu demonstran mengatakan "saya tidak bisa menanggung diskriminasi dalam bentuk apapun, dan sekarang ada izin vaksin yang diskriminatif, sanksi untuk pengasuh (yang tidak divaksinasi) yang diskriminatif juga, ada vaksinasi wajib yang sedang menuju ke arah kami. Itu semua diskriminasi, jadi kami harus melawannya. Kami tidak menginginkan kediktatoran."

Baca Juga: Warga Belgia Diculik-Disiksa Usai Curi Narkoba dari Geng Kriminal

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya