Bongbong Marcos: Presiden Terpilih Filipina Putra Mantan Diktator

Menjadi wakil gubernur saat berusia 23 tahun

Jakarta, IDN Times - Filipina menggelar pemilihan umum (pemilu) pada Senin, 9 Mei 2022. Dalam hitung cepat sementara lembaga COMELEC, Bongbong Marcos mendapatkan 31,08 juta suara.

Pesaing utamanya, Leni Robredo, hanya mampu mendapatkan 14,8 juta suara. Dengan selisih lebih dari dua kali lipat, Bongbong Marcos kemungkinan besar akan mendapatkan jabatan presiden.

Pemilu Filipina telah menarik mata banyak pengamat di dunia. Ini karena keberadaan Bongbong Marcos. Dia adalah putra dari Ferdinand Marcos, mantan diktator Filipina yang pernah berkuasa selama 21 tahun. Berikut adalah profil Bongbong Marcos!

1. Bongbong Marcos adalah anak lelaki satu-satunya Ferdinand Marcos

Bongbong Marcos: Presiden Terpilih Filipina Putra Mantan DiktatorFerdinand Marcos, mantan diktator Filipina (Instagram.com/bongbongmarcos)

Bongbong Marcos memiliki nama asli Ferdinand Romualdez Marcos Jr. Dia adalah satu-satunya anak lelaki dari pasangan Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr. yang menikahi Imelda Remedios Visitacion Romualdez.

Bongbong lahir pada 13 September 1957. Saat itu, ayahnya yang lebih dikenal dengan nama Ferdinand Marcos, sedang menjabat sebagai anggota parlemen Filipina. Saat Bongbong berusia delapan tahun, pada 1965 Ferdinand Marcos terpilih sebagai Presiden Filipina ke-10.

Menurut Vote Pilipinas, Bongbong memiliki dua saudara kandung bernama Maria Imelda Josefa “Imee” Romualdez Marcos dan Irene Romualdez Marcos-Araneta. Keduanya adalah perempuan. Satu lagi saudaranya adalah Aimee Romualdez Marks, seorang putri yang diadopsi oleh keluarga Marcos.

Baca Juga: Tolak Marcos, 400 Orang Demo Quick Count Pilpres Filipina 

2. Gagal meraih gelar dari Universitas Oxford

Bongbong Marcos: Presiden Terpilih Filipina Putra Mantan DiktatorBongbong Marcos bersama dengan para pendukung (Twitter.com/Bongbong Marcos)

Sebagai putra orang nomor satu di Filipina, Bongbong Marcos mendapatkan pendidikan yang istimewa. Dia belajar Taman Kanak-Kanak di Institucion Teresiana, Quezon City. Kemudian, ia melanjutkan sekolah dasar di La Salle Green Hills, sebuah sekolah Katolik dengan standar kualitas tinggi.

Pada saat bersekolah di La Salle Green Hills, ayah Bongbong, Ferdinand Marcos, secara resmi menjabat sebagai Presiden Filipina ke-10.

Dalam laman resmi pemerintah Filipina, Bongbong kemudian dikirim sekolah ke Inggris di Worth School pada 1970. Itu adalah sebuah institusi Benediktin khusus laki-laki di West Sussex.

Dari sekolah itu, putra Ferdinand Marcos tersebut melanjutkan ke Oxford University untuk meraih gelar Filsafat, Politik dan Ekonomi (PPE). Bongbong pernah mengklaim bahwa dia mendapatkan gelar Bachelor of Arts dari kampus ini yang kemudian disangkal oleh pihak Oxford.

Namun, dikutip dari Cherwell, Oxford mengatakan, "menurut catatan kami, dia tidak menyelesaikan gelarnya, tetapi dianugerahi diploma khusus dalam Ilmu Sosial pada tahun 1978."

Diploma Khusus semacam ini tidak dianggap bergengsi sebagai gelar penuh, dan sering diberikan kepada siswa yang gagal menyelesaikan gelar mereka.

Setelah dari Oxford, Bongbong melanjutkan ke Wharton School of Business, University of Pennsylvania, di Amerika Serikat (AS) dari 1974 sampai 1981.

3. Menjadi wakil gubernur di usia muda

Bongbong Marcos: Presiden Terpilih Filipina Putra Mantan DiktatorBongbong Marcos (Twitter.com/Bongbong Marcos)

Berkuliah di AS, Bongbong mengikuti program MBA. Tapi rupanya dia juga tak pernah menyelesaikan gelarnya dan lebih memilih pulang ke Filipina untuk memulai karir politik.

Dilansir CNN, putra mantan Presiden Marcos itu menjabat sebagai wakil gubernur provinsi Ilocos Norte pada 1981. Saat itu, Bongbong masih berusia 23 tahun. Dia kemudian menjadi gubernur pada tahun 1983.

Di tahun tersebut, seorang pemimpin oposisi bernama Benigno Aquino, yang melarikan diri dari rezim Marcos, bertekad membawa demokrasi kembali ke negaranya. Ia terbang dari AS ke ibu kota Manila, tapi ditembak dan meninggal tak lama setelah mendarat.

Kematian Aquino itu memicu gelombang prodemokrasi yang meluas, yang kemudian tiga tahun setelahnya mampu menggulingkan rezim diktator Marcos.

Oleh karena itu, jabatan gubernur Bongbong Marcos kemudian tidak bertahan lama karena ia terdampak penggulingan ayahnya oleh people power rakyat Filipina.

Dalam kisruh penggulingan kekuasaan itu, keluarga Bongbong, termasuk ayah dan ibunya melarikan diri ke pengasingan di Hawaii. Pada 1989, Presiden Marcos yang berkuasa selama 21 tahun meninggal dunia.

Baca Juga: Bukan hanya Filipina, 5 Negara Ini Pernah Dipimpin Anak dan Ayah

4. Meraih kesuksesan politik usai dari pengasingan

Bongbong Marcos: Presiden Terpilih Filipina Putra Mantan DiktatorBongbong Marcos (Instagram.com/bongbongmarcos)

Tumbangnya kediktatoran Ferdinand Marcos rupanya tidak turut membuat keluarga itu terusir dari dunia politik Filipina. Sepanjang 1991-1992, keluarga itu kembali lagi ke Filipina dari pengasingan dan berusaha membangkitkan ambisi politiknya.

Menurut BBC, Bongbong kemudian menggunakan kekayaan dan koneksi keluarganya yang masih kuat untuk menjadi anggota kongres di Ilocos Norte pada tahun 1992-1995.

Laman resmi senat Filipina juga mencatat bahwa Bongbong Marcos menjadi Gubernur provinsi Ilocos Norte pada 1998 sampai 2007, kembali lagi menjadi anggota kongres sampai tahun 2010 dan kemudian menjadi senat.

Kesuksesan keluarga Marcos di jalur politik tidak hanya Bongbong saja. Tapi ibunya, Imelda Marcos, dan saudara perempuannya Imee juga telah memenangkan jabatan pemerintahan.

Imee Marcos pernah menjadi gubernur provinsi Ilocos Norte, sama seperti adik dan ayahnya. Saat ini Imee menjabat sebagai salah satu Senator Filipina.

5. Menjadi presiden terpilih Filipina

Bongbong Marcos: Presiden Terpilih Filipina Putra Mantan DiktatorBongbong Marcos, calon Presiden Filipina (Twitter.com/Bongbong Marcos)

Bongbong Marcos menikah dengan seorang pengacara bernama Louise C. Araneta. Pernikahan itu terjadi pada 17 April 1993, setelah dia dan keluarganya kembali dari pengasingan di AS.

Kedua pasangan tersebut dikaruniai tiga anak Ferdinand Alexander yang lahir pada 7 Maret 1994, Joseph Simon yang lahir pada 25 November 1995, dan William Vincent yang lahir pada 17 Mei 1997.

Putra sulung Bongbong biasa dipanggil dengan nama Sandro. Dia juga terjun ke politik dan maju sebagai calon anggota Kongres pada tahun ini.

Dikutip dari Inquirer, sebelum mendaftarkan diri Sandro mengatakan, "saya mungkin berusia 27 tahun, tetapi apapun yang saya pelajari di masa lalu telah diarahkan (menuju kursi di Kongres)."

Pada 2016, Bongbong bertarung untuk menjadi wakil presiden. Dia kalah dengan Leni Robredo. Tahun ini, Bongbong maju sebagai calon presiden dan juga kembali bersaing ketat dengan Robredo.

Tapi, menurut penghitungan sementara, Bongbong melesat jauh meninggalkan Robredo dengan selisih suara lebih dari dua kali lipat. Bongbong Marcos mendapat 31,08 juta suara, sedangkan Robredo hanya mampu mendapatkan 14,8 juta suara.

Dengan hasil itu, kemungkinan besar Bongbong Marcos akan memenangkan jabatan prtesiden seperti yang pernah didapatkan oleh ayahnya.

Menurut CNN, naiknya Bongbong Marcos menjadi calon Presiden Filipina telah mendapatkan banyak kritik. Dia dianggap menghindari pertanyaan tentang peran keluarganya di masa kelam Filipina.

Baca Juga: Penembakan dan Ledakan Granat Warnai Pilpres Filipina 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya